4 research outputs found

    MODAL SOSIAL MASYARAKAT TURATEA (STUDI KASUS PETANI RUMPUT LAUT DI KELURAHAN PABIRINGA KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO)

    Get PDF
    Tingkat kemiskinan di Sulsel terus meningkat. Masyarakat miskin kabupaten Jeneponto didominan oleh para petani, salah satunya petani rumput laut. Ketidakmampuan melepaskan diri dari kemiskinan menyebabkan sebagian besar masyarakat Jeneponto memilih untuk menjadi petani rumput laut. Budidaya rumput laut dalam perkembangannya menjadi bagian mata pencaharian utama oleh masyarakat pesisir Kelurahan Pabiringa. Sistem budidaya yang tidak terlalu membutuhkan keterampilan tinggi, dengan cepat dapat diadopsi. Oleh karena itu, karakteristik dari sistem budidaya rumput laut ini dapat pula melibatkan seluruh anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan yang terjadi di kabupaten Jeneponto khususnya pada msayarakat petani rumput laut di kelurahan pabiringa maka diperlukan modal sosial. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode pedekatan studi kasus. Dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan penelitan adalah masyarakat petani rumput laut dengan jumlah informan sebanyak enam orang. Fokus penelitian dilakukan dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah. Peneliti melakukan pendalaman terhadap topik terlebih dahuluh dan melengkapi informasi terkait yang akan diteliti. Metode pengumpulan data dilakukan oleh peneliti adalah dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengkategorikan data-data yang telah diperoleh dilapangan sehingga dapat diperoleh hasil temuan baru berdasarkan fokus dan permasalahan yang ingin dijawab. Berdasarkan hasil pengatamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya modal sosial yang dimiliki dan dikelola dengan baik dan merepakan dalam pekerjaan maka dapat membantu petani rumput laut untuk keluar dari garis kemiskinan

    Gender Dynamics Analysis: Uncovering the Roles and Identities of Bugis-Makassar Women

    Get PDF
    Gender is a social construction that involves labeling men and women. This construction is no longer based solely on biological or sex differences owned by individuals. Through a strong socialization process, gender ideology is formed and internalized in society. Gender identity is a sensation that appears around the age of two, when individuals identify themselves as male or female due to biological differences. Gender role identification, on the other hand, refers to an individual’s feelings about their gender, whether as male or female, which are influenced by social, biological, and psychological variables (Nurohim 2018). But in the gender ideology that is formed, there are stereotypes or images attached to the roles of men and women. For example, women are often connoted as beings who are gentle, beautiful, emotional, and have motherly traits. On the other hand, men are often seen as strong, rational, mighty, and possessing masculine traits. Stigma and social expectations of gender roles can influence behavior, attitudes, and expectations received by individuals in society

    Kekuatan Budaya Lokal: Menjelajahi 3S (Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge’) sebagai Simbol Kearifan Lokal

    Get PDF
    Local wisdom is an important cultural heritage for a society in maintaining its cultural identity. One of these is the Sipakatau, Sipakalebbi, and Sipakainge culture, which consists of three indigenous wisdom ideas that are crucial to the way of life of the Makassar tribal people. This study employs a literature review research method for examining, analyzing, and synthesizing the body of previous literature on a given research issue. The literature review approach will be employed in this study to analyze the connections between sociology learning initiatives, including character development, and the Sipakatau, Sipakalebbi, and Sipakainge's local knowledge. Researchers have reviewed a total of 33 journals related to livelihood keywords such as "local wisdom 3S culture (Sipakatau, Sipakalebbi, and Sipakainge'), "character learning projects," "sociological learning," and other relevant combinations of keywords. Internalization of values Bugis-Makassar cultural values ​​in sociology learning can be linked to the learning project profile, which focuses on developing student character through learning more contextually and integrated with everyday life.

    STUDI ETNOGRAFI PADA SUKU TO BALO DI DESA BULO-BULO KECAMATAN PUJANANTING KEBUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Penelitian ini menganalisis tentang budaya di suku to balo di Desa Bulo-Bulo Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Suku to balo jauh dari pelosok masyarakat tempat tinggal mereka karena telah mengasingkan diri dari masyarakat yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem kekerabatan dan sistem mata pencaharian masyarakat suku to balo. Jenis penelitian yang digunakan  merupakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi, karena dalam penelitian kualitatif menghendaki data dan informasi yang berbentuk deskripsi dan narasi untuk dapat mengungkapkan makna yang berada di balik deskripsi atau uraian informan. Penentuan informan atau sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling jenuh.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dan observasi kelompok, wawancara dengan masyarakat suku to balo, dan metode dokumenter.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Suku to balo adalah sebuah keluarga besar yang memiliki ciri tersendiri yaitu to balo yang artinya belang. Keluarga to balo hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar dan tidak membentuk sebuah kelompok tersendiri. Sistem kekeluargaan keluarga to balo adalah sistem kekeluargaan patrilineal dan bilateral. Keluarga to balo termasuk sistem keluarga patrilineal karena yang menjadi kepala keluarga adalah pihak laki-laki atau sang ayah. Keluarga to balo juga termasuk sistem keluarga bilateral karena sistem kekerabatan masyarakat to balo masih memegang peranan penting dalam membangun identitas dalam kehidupan bersama sebagai suatu kelompok masyarakat. Sistem kekerabatan masyarakat to balo, berkembang dari suatu kelompok keluarga sebagai keluarga batih yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Masyarakat suku to balo memperhitungkan garis keturunannya berdasarkan prinsip bilateral, yakni hubungan yang memperhitungkan garis ayah-ibu. Kata Kunci : Etnografi, Sistem Kekeluargaan, Sistem Mata Pencaharian, dan Suku To Bal
    corecore