16 research outputs found
DINAMIKA SEDIMENTASI BATUAN KARBONAT KOMPLEKS GUNUNG KAMPAK KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH
Lokasi penelitian yang berada di Gunung Kampak, Dukuh Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah pada koordinat 457779 E β457959 E dan 9143322 N
β 9143537 N merupakan bagian dari Formasi Wonosari di Pegunungan Selatan. Singkapan di Gunung
Kampak ini memiliki dimensi yang cukup lebar dan tinggi sehingga perubahan fasies secara lateral
maupun vertikal terlihat dan dapat diamati. Penelitian dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur
dengan skala 1:10 di lapangan dan analisis laboratorium pada sampel paleontologi dan petrografi.
Obyek yang diteliti berupa litofasies, umur dari litofasies, lingkungan pengendapan daerah penelitian,
dan dinamika sedimentasi batuan karbonat daerah penelitian. Berdasarkan analisis litofasies, lokasi
penelitian terdiri dari 5 fasies yaitu, fasies foraminiferal algal rudstone, fasies foraminiferal packstone
sisipan grainstone, fasies floatstone sisipan grainstone, fasies foraminiferal packstone, fasies rudstone
sisipan grainstone, dan fasies wackestone sisipan floatstone. Berdasarkan kandungan foraminifera
pada batuan di lokasi penelitian, umur dari lokasi penelitian berkisar antara N10-N11 dan diendapkan
pada lingkungan laut dangkal di bagian foreslope. Dinamika sedimentasi pada daerah penelitian
menunjukkan perubahan lingkungan pengendapan yang semakin mendalam akibat kenaikan muka air
laut relatif sesuai dengan kurva perubahan muka air laut relatif global yang telah ada sebelumnya.
Kata kunci : Dinamika Sedimentasi, Litofasies, Batuan Karbona
DINAMIKA SEDIMENTASI FORMASI MUNDU DI DAERAH GIRIK, KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR
Formasi Mundu yang diamati berdasarkan metode stratigrafi terukur di daerah Girik, Kecamatan
Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, tersusun sebagian besar oleh perselingan
napal dan napal pasiran. Pengambilan data stratigrafi terukur antara lain geometri, deskripsi litologi,
tekstur batuan, struktur sedimen, dan ketebalan batuan. Pengambilan sampel juga dilakukan dengan
interval sekitar 1 β 2 meter yang digunakan untuk pengamatan lebih lanjut yakni pengamatan
petrografi berjumlah 5 sampel dan pengamatan paleontologi berjumlah 15 sampel. Pembagian fasies
daerah penelitian didasarkan oleh pengamatan megaskopis meliputi litologi dan struktur sedimen pada
batuan, dengan hasil dimana daerah penelitian tersusun atas fasies perselingan napal dan napal pasiran.
Fasies tersebut menunjukkan lingkungan pengendapan berupa outer shelf. Berdasarkan data
foraminifera planktonik didapatkan umur litofasies berada pada kisaran umur Pliosen Atas (N18 β
N19), dan berdasarkan data foraminifera bentonik didapatkan lingkungan batimetri berada di batial
atas β batial tengah
DINAMIKA SEDIMENTASI BATUAN KARBONAT KOMPLEKS GUNUNG KAMPAK KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH.
Lokasi penelitian yang berada di Gunung Kampak, Dukuh Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah pada koordinat 457779 E β457959 E dan 9143322 N
β 9143537 N merupakan bagian dari Formasi Wonosari di Pegunungan Selatan. Singkapan di Gunung
Kampak ini memiliki dimensi yang cukup lebar dan tinggi sehingga perubahan fasies secara lateral
maupun vertikal terlihat dan dapat diamati. Penelitian dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur
dengan skala 1:10 di lapangan dan analisis laboratorium pada sampel paleontologi dan petrografi.
Obyek yang diteliti berupa litofasies, umur dari litofasies, lingkungan pengendapan daerah penelitian,
dan dinamika sedimentasi batuan karbonat daerah penelitian. Berdasarkan analisis litofasies, lokasi
penelitian terdiri dari 5 fasies yaitu, fasies foraminiferal algal rudstone, fasies foraminiferal packstone
sisipan grainstone, fasies floatstone sisipan grainstone, fasies foraminiferal packstone, fasies rudstone
sisipan grainstone, dan fasies wackestone sisipan floatstone. Berdasarkan kandungan foraminifera
pada batuan di lokasi penelitian, umur dari lokasi penelitian berkisar antara N10-N11 dan diendapkan
pada lingkungan laut dangkal di bagian foreslope. Dinamika sedimentasi pada daerah penelitian
menunjukkan perubahan lingkungan pengendapan yang semakin mendalam akibat kenaikan muka air
laut relatif sesuai dengan kurva perubahan muka air laut relatif global yang telah ada sebelumnya.
Kata kunci : Dinamika Sedimentasi, Litofasies, Batuan Karbona
ANALISIS DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE LITOFASIES PADA FORMASI SONDE DI JALUR SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
Formasi Sonde pada jalur Sungai Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah, tersusun atas batugamping klastik, napal, dan batulempung. Pengukuran stratigrafi dimulai
dari Formasi Kalibeng sebagai batas bawah Formasi Sonde, dan diakhiri oleh Formasi Pucangan
pada bagian atasnya. Pembagian fasies didasarkan pada pengamatan batuan secara megaskopis,
yang meliputi jenis litologi dan tumpukannya dengan batuan lain. Pengamatan petrografis batuan
pada 15 sampel dilakukan untuk membantu menentukan jenis komposisi tiap fasies, serta pengamatan
foraminifera kecil bentonik dilakukan untuk mengetahui paleobathimetri tiap lingkungan
pengendapannya. Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 8 fasies, yaitu fasies grainstone dengan
struktur sedimen sejajar (fasies 1), napal (fasies 2), packstone (fasies 3), grainstone dengan struktur
sedimen silangsur (fasies 4), rudstone dengan struktur sedimen perlapisan sejajar (fasies 5),
batulempung (fasies 6), rudstone dengan struktur sedimen silangsur (fasies 7), dan wackstone (fasies
8). Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 6 asosiasi fasies. Pengendapan Formasi Sonde dimulai
pada Pliosen Bawah (N19), berupa asosiasi fasies A, tersusun atas perselingan fasies 1 dan fasies 3,
dengan sisipan fasies 3 yang terendapkan pada deep shelf margin. Di atasnya terdapat asosiasi fasies
B, tersusun atas fasies 4, fasies 5, fasies 3, dengan sisipan fasies 6 yang terendapkan pada foreslopewinnowed platform. Di atasnya terdapat asosiasi fasies C, tersusun atas perselingan fasies 1 dan
fasies 3, dengan sisipan fasies 6 yang terendapkan pada open platform. Asosiasi fasies C kembali
muncul di atas asosiasi fasies B yang tersusun oleh fasies 4, fasies 7, fasies 1, dan fasies 2. Di atasnya
terdapat asosiasi fasies D, tersusun atas fasies 6 yang terendapkan pada lacustrine. Pengendapan
Formasi Sonde diakhiri oleh asosiasi fasies C, tersusun oleh fasies 2, fasies 1, fasies 8, dan fasies 7
yang berumur Pliosen Tengah (N20)
MEKANISME DAN DINAMIKA SEDIMENTASI FORMASI TAPAK BAGIAN BAWAH DI DAERAH KALISALAK, KECAMATAN MARGASARI, KABUPATEN TEGAL, PROVINSI JAWA TENGAH
Formasi Tapak bagian bawah berdasarkan penelitian terdahulu pada umumnya memiliki karakteristik
yang menunjukkan lingkungan pengendapan pasang surut ataupun zona tidal. Namun pada lokasi
penelitian yang merupakan bukit yang berada di daerah Kalisalak, Kecamatan Margasari, Kabupaten
Tegal, Provinsi Jawa Tengah menunjukkan karakteristik yang berbeda. Penentuan lingkungan
pengendapan dilakukan dengan menggunakan data pengukuran stratigrafi terukur yang dilakukan
pada jalur yang dimulai pada koordinat UTM 49S 9215888S 0277342T dan berakhir pada koordinat
UTM 49S 9215962S 0277550T. Pengambilan data stratigrafi terukur dilakukan dengan merekam data
berupa geometri, tekstur batuan, struktur sedimen, dan ketebalan batuannya serta dilakukan pula
pengambilan sampel batuan untuk pengamatan lebih lanjut untuk petrografi dan paleontologi. Sampel
batuan yang diambil untuk pengamatan petrografi berjumlah 5 sampel dan untuk pengamatan
paleontologi berjumlah 4 sampel. Berdasarkan data stratigrafi yang diperoleh, lokasi penelitian
tersusun atas 5 litofasies, yaitu fasies perselingan batulanau dengan batupasir gradasi normal (mTgS), fasies perselingan batulanau dengan batupasir gradasi normal slump (mT-gS-sl), fasies
perulangan batupasir gradasi normal dengan batulanau lentikuler (gS-lensT), fasies batupasir
kerakalan gradasi normal (g
1
GyS), dan fasies batupasir kerikilan gradasi normal (g
2GyS). Litofasies
ini terbentuk melalui mekanisme pengendapan berupa arus traksi dan suspensi. Berdasarkan data
foraminifera plangtonik didapatkan umur litofasies berada pada kisaran umur Pliosen Awal (N18 -N19), dan berdasarkan data foraminifera bentonik kecil didapatkan lingkungan batimetri berada di
batial atas β batial tengah. Lingkungan pengendapan litofasies tersebut berada pada lingkungan
kipas laut dalam pada bagian levee, dan middle fan channel
PENENTUAN PALEOGEOGRAFI BERDASARKAN STRUKTUR SLUMP STUDI KASUS FORMASI HALANG DAERAH WONOSARI, KEBUMEN, JAWA TENGAH
Penentuan paleogeografi suatu daerah sangat penting dalam suatu eksplorasi hidrokarbon. hal
tersebut mempunyai dua arti penting, yang pertama untuk mengetahui arah sumber batuan dan yang
kedua untuk mengetahui geometri batuan. Salah satu cara untuk mrngetahui paleogeografi adalah
dengan menggunakan struktur slump. Struktur slump dapat menunjukkan dimana arah tinggian purba
dan dimana arah cekungan purba.
Lokasi penelitian berada pada tebing vertikal singkapan Formasi Halang di Desa Wonosari,
Kecamatan Selang, Kabupaten Kebumen. Pada singkapan tersebut dilakukan pengukuran stratigrafi
1:100, pengukuran arah slump, dan pengambilan sampel batuan untuk analisis petrografi.
Susunan batuan di daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua asosiasi fasies, yang pertama yaitu
asosiasi fasies perselingan batupasir dan napal sedangkan yang kedua yaitu asosiasi fasies napal
sisipan batupasir. Daerah tersebut pada kisaran Miosen-Pliosen merupakan sebuah paparan laut
dangkal yang dikelilingi oleh tinggian karbonat di sebelah utara dan selatanya. Tidak jauh dari
paparan tersebut terdapat gunungapi aktif. Selama proses pengendapan terjadi dua kali transgresi
dan sekali regresi
STRATIGRAFI FORMASI SEMILIR DI DUSUN KRAKITAN, DESA CANDIREJO, KECAMATAN SEMIN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Formasi Semilir merupakan salah satu formasi di Pegunungan Selatan yang tersusun oleh material β material asal vulkanik pada umur Miosen Awal. Formasi ini terendapkan pada lingkungan darat hingga laut dengan mekanisme pengendapan yang bervariasi. Di dusun Krakitan, desa Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, DIY dijumpai bentukan kerucut sirkuler yang tersusun oleh batuan β batuan dari Formasi Semilir. Pengukuran stratigrafi dengan skala 1 : 100 dan analisa petrografi serta paleontologi menghasilkan 9 fasies pada daerah ini, yaitu fasies tuf, fasies tuf lapili, fasies tuf foraminifera, fasies tuf lapili foraminifera, fasies tuf foraminifera wavy ripple, fasies tuf lapili wavy ripple, fasies tuf foraminifera planar cross bedding, fasies tuf lapili foraminifera planar cross bedding dan fasies breksi piroklastik. Masing β masing fasies tersebut berupa endapan piroklastik jatuhan, piroklastik aliran dan hasil sedimentasi ulang material vulkaniklastik yang diendapkan dengan mekanisme suspensi, fluid flow dan mass flow. Lingkungan pengendapan dari masing β masing fasies akan berbeda β beda, namun berdasarkan kandungan foraminifera bentoniknya dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapannya berada di daerah laut dangkal hingga daerah transisi antara laut dan darat. Berdasarkan kandungan foraminifera planktonik dan foraminifera besarnya, umur dari fasies batuan ini berkisar antara Miosen Tengah β Miosen Akhir ( N9 β N16 ). Umur fasies batuan ini jauh lebih muda daripada umur Formasi Semilir pada umumnya yang berakhir pada Miosen Awal (N5)
SEKUEN STRATIGRAFI SUB-CEKUNGAN PALEMBANG SELATAN BERDASARKAN DATA PEMBORAN PADA SUMUR βSSBβ, KABUPATEN MUSI WARAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN
Daerah Penelitian merupakan wilayah kerja PT. Pertamina EP yang berada pada Sub-Cekungan
Palembang Selatan, Cekungan Sumatera Selatan. Penelitian ini difokuskan untuk membahas sekuen
stratigrafi pada Sub-Cekungan Palembang Selatan menggunakan data pemboran pada sumur βSSBβ,
dimana terdiri dari Formasi Talang Akar, Baturaja, Gumai dan Air Benakat. Dalam Penelitian ini, data
yang digunakan adalah cutting, well log, dan paleobatimetri berdasarkan foraminifera bentonik. Hasil
dari analisis dan korelasi data tersebut adalah litologi, sekuen stratigrafi, dan hubungan antara
paleobatimetri dan sedimentasi. Dari analisis data tersebut didapatkan bahwa pada Sub-Cekungan
Palembang Selatan berkembang empat (4) sekuen. Sekuen 1 terdiri dari tiga system tract, antara lain
Lowstand system tract, Transgressive system tract, dan Highstand system tract. Pada sekuen 2 dan 3,
terdiri dari Transgressive system tract, dan Highstand system tract yang masing-masing dibatasi oleh
maximum flooding surface. Sedangkan sekuen 4 hanya terdiri dari satu system tract, yaitu
transgressive system tract. Pada bagian atas dari sekuen 4 teridentifikasi adanya penurunan suplai
sedimen yang ditandai dengan berkembangnya pola transgresif saat paleobatimetri mendangkal.
Kata kunci : Sekuen Stratigrafi, Litologi, Paleobatimetri, Sub-Cekungan Palembang Selata
ANALISIS FASIES FLUVIAL PADA FORMASI KIKIM ANGGOTA CAWANG DI JALUR SUNGAI MENGHALUS, SUMATRA SELATAN
Formasi Lahat atau Formasi Kikim yang merupakan salah satu formasi pengisi di Cekungan Sumatra
Selatan, mempunyai peranan yang penting di dalam petroleum system cekungan tersebut. Formasi Kikim
sendiri mempunyai Anggota Cawang yang litologinya tersusun secara dominan oleh kandungan kuarsa.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan daerah penelitian melalui analisis
fasies. Hal tersebut menarik dilakukan karena terkait dengan potensi reservoir pada formasi tersebut.
Analisis fasies dilakukan pada suksesi stratigrafi yang memiliki ketebalan mencapai 500 meter pada jalur
pengukuran Sungai Menghalus, Sumatra Selatan. Analisis tersebut mengarah kepada pembagian fasies
dengan melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan secara deskriptif di lapangan dan (2) pembagian
fasies yang mengacu pada klasifikasi Miall (1978). Pembagian fasies berdasarkan deskriptif lapangan
menghasilkan 11 fasies, yaitu: fasies batupasir kerikilan-batupasir (GSS), fasies batupasir (S), fasies
batulanau-batupasir silang siur (SLCBS), fasies batupasir tufan (TS), fasies konglomerat (CM), fasies
batulanau-batupasir (SLS), fasies batulanau (SL), fasies batulempung-batupasir flaser (CLFS), fasies
batulempung (CL), fasies batulanau-batupasir flaser silang siur (SLFCBS), dan fasies batupasir kerikilan
gradasi normal-batupasir (GGSS). Sementara itu, pembagian fasies yang mengacu pada klasifikasi Miall
menghasilkan 8 fasies: gravel clast graded (Gcg), gravel matrix graded (Gmg), gravel planar cross-bed
(Gp), gravel horizontal (Gh), sandstone low-angle cross-bed (Sl), sandstone horizontal (Sh), fine silt mud
(Fsm), dan fine mud (Fm). Asosiasi fasies yang dihasilkan dari observasi fasies terdiri dari: sandy
bedform (SB), levee (Lv), crevasse splay (Cs), floodplain (FF), dan gravel bedform (GB). Lingkungan
pengendapan pada daerah penelitian adalah lingkungan fluvial sistem sungai braided.
Kata kunci : analisis fasies, Anggota Cawang, Miall, lingkungan fluvia