15 research outputs found

    Gambaran Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberikan Ekstrak Bunga Kecubung (Datura metel L.) Sebagai Anestesi

    Get PDF
    Ekstrak bunga kecubung mengandung beberapa bahan aktif seperti triterpenoid, steroid, flavonoid, fenolat, tanin, saponin dan alkaloid. Alkaloid pada tumbuhan kecubung terdiri dari antropin, hiosiamin, dan skopolamin yang berpotensi sebagai anestesi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi hati tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan ekstrak bunga kecubung (Datura metel L.) sebagai anestesi. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan Sprague dawley umur 6-8 minggu dengan berat 150-200 gram. Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu P0, P1, P2, P3, dan P4 dengan tiap perlakuan 5 ekor ulangan. Aklimatisasi dilakukan terhadap semua hewan coba selama 1 minggu dengan pemberian pakan pelet dan air minum secara adlibitum. Hewan coba dalam perlakuan P0 diberikan ketamin HCl dosis 80 mg/kg BB secara intramuskular, P1, P2, P3, dan P4 diberikan ekstrak bunga kecubung masing-masing 100, 300, 500 dan 700 mg/kgBB secara oral. Semua hewan coba dinekropsi 24 jam setelah diberikan perlakuan dan hati diambil untuk dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Preparat diamati lima lapang pandang menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 400x berdasarkan adanya perubahan degenerasi, nekrosis, kongesti dan infiltrasi sel radang. Data pemeriksaan sediaan histopatologi dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan adanya degenerasi, nekrosis, kongesti dan infiltrasi sel radang pada semua kelompok perlakuan. Berdasarkan analisis data, variasi pemberian dosis ekstrak bunga kecubung tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap histologi hati tikus putih

    REPLIKASI VIRUS DENGUE PADA KULTUR SEL ENDOTEL PEMBULUH DARAH KELINCI

    No full text
    Infeksi virus Dengue (DEN) dapat menyebabkan dengue hemorrhagic fever –dengue shock syndrome (DHF-DSS), yang ditandai dengan kebocoran plasma dan gangguan hemostasis. Meskipun sel endotel dipertimbangkan dapat menjadi target sel pada patogenesis DHF, namun sedikit bukti yang menyatakan infeksi virus dengue menyebabkan perubahan fungsi sel endotel. Dalam studi ini sel endotel diisolasi dari aorta desenden thoraxis-abdominalis kelinci, kemudian dilakukan kultur sel primer. Kultur sel kemudian diinokulasi dengan virus Dengue DEN-1, -2, -3, -4, dan DEN-mix. Replikasi virus dengue pada kultur sel endotel diukur dengan uji enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Titer Ag (DEN-1, -2, -3, -4, dan DEN-mix) yang didapat dari supernatan bervariasi. Dengue tipe 2 mempunyai titer paling tinggi dibandingkan dengan DEN-mix dan tipe virus dengue lainnya. Kerusakan sel endotel menyebabkan kebocoran vaskuleryang berperanan pada patogenesis infeksi virus dengue. Hasil tersebut menyiratkan kemungkinan kerusakan sel endotel disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mengakibatkan kebocoran vaskuler. ABSTRACT The severe outcome of the Dengue (DEN) virus infection known as DEN hemorrhagic fever – DEN shock syndrome (DHF – DSS), is characterized by plasma leakage and hemostasis derangements. Although endothelial cells have been speculated to be a target in the pathogenesis of DHF, there has been little evidence on Dengue virus infection to any alteration in endothelial cell function.In this study, the endothelial cells has been isolatedfrom rabbit thoraxis-abdominalis descendentaortha, then performed primary culture. The culture was then inoculated with virus Dengue DEN-1, -2, -3, -4 and DEN-mix.Replications of dengue virus in endothelial cells culture were demonstrated by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Ag titers found among the supernatant of DEN-1, -2, -3, -4, and DEN-mix cultures were vary.Dengue type 2 had the highest virus titers in supernatant compared with those of DEN-mixand other types. Endothelial cell damage may couse vascular leakage that contributes to the pathogenesis of Dengue infection. There results imply the possibility that the existence of endothelial cell damage caused by DV infection may cause vascular leakage

    Berat Organ Usus Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Pasca Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) pada Pakan

    No full text
    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tepung daun kelor dalam pakan terhadap berat organ usus tikus putih (Rattus norvegicus). Tepung daun kelor diberikan secara oral pada 20 ekor tikus yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan dengan konsentrasi 0%; 2,5%; 5,0%; 10%  dan 20% masing-masing dengan 5 kali ulangan selama satu bulan. Tikus putih dibedah dan ditimbang organ ususnya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA (analysis of varian),dan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan berat organ yang signifikan. Kesimpulan:  Penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada pakan tidak menyebabkan perubahan terhadap berat organ usus tikus putih (Rattus norvegicus)

    STRUKTUR HISTOLOGI DUODENUM, JEJENUM, DAN ILEUM SAPI BALI

    No full text
    A study to find out the histological structures of small intestine (ie. duodenum, jejunum, and ileum) of bali cattle have been carried out. A total of 20 small intestines were collected from the abattoir at Pesanggaran, Denpasar Bali. Histological examinations were performed on Haematoxyline Eosin stained small intestines slides. The duodenum, jejunum and ileum of the small intestines have four mucosa membranes: i) mucosa membrane, ii) sub mucosa membrane, iii) muscular membrane and, iv) serous membrane. The average thickness of mucosa membrane of duodenum, jejunum and ileum was 36,3±13,5 mm; 29,9±3,1 mm; and 38,8±11,9 mm, respectively. Each part has villi with an average length of 27,5±8,3 mm; 20,1±3,7 mm; and 18,5±4,3 mm, respectively. This mucosa membranes consist of single columnar epithelium, muscularis mucosa, and lamina propria. The average thickness of sub mucosa membrane was 47,3±15,3 mm; 10,4±2,6 mm; and 16,9±5,6 mm, respectively. Sub mucosa membrane consisted of connective tissue. The average thickness of muscular membrane was 46,9±8,8 mm; 28,1±5,1 mm; and 62,4±11,3 mm, respectively, which consisted of circular and longitudinal smooth muscle. The average thickness of serous membrane was 19,9±3,1 mm; 11,9 ±3,0 mm; and 12,1±3,6 mm, respectively, which consisted of mainly connective tissue. Goblet cells were seen through all the epithel of small intestines with the highest number seen in the ileum. Specific structure of duodenum, jejunum, and ileum which is Brunner’s glands in the sub mucosa membranes of duodenum, circular plicae in the jejunum and mesenteric gland in the ileum were also observed.</div

    Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) pada Pakan Tikus Putih Terhadap Aktivitas Enzim Alanin Aminotransferase dan Aspartate Aminotransferase

    No full text
    Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih betina, masing-masing kelompok terdiri atas lima ekor tikus putih betina P0 (hewan coba diberikan pakan tanpa penambahan tepung daun kelor), P1 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 2,5 %) P2 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 5 %), P3 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 10 %), P4 (pakan di tambahkan tepung daun kelor 20%). Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung daun kelor pada pakan dapat menurunkan nilai aktivitas enzim Aspartate aminotransferase dan Alanin aminotransferase. Tepung daun kelor (Moringa oleifera) dosis 20% mampu menurunkan nilai aktivitas enzim Aspartate aminotransferase dan Alanin aminotransferase p<0,05%. Enzim Alanin aminotransferase sebagian besar terikat pada sitoplasma, sedangkan Aspartate aminotransferase terdapat dalam semua jaringan tubuh, terutama hati dan dalam jumlah lebih kecil di ginjal dan otot rangka, sebagian besar enzim Aspartate aminotransferase  terikat pada organel sel, dan hanya sedikit terdapat di sitoplasma. Enzim Aspartate aminotransferase dan Alanin aminotransferase meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Biasanya peningkatan Alanin aminotransferase lebih tinggi daripada Aspartate aminotransferase pada kerusakan hati yang akut, mengingat Alanin aminotransferase merupakan enzim yang hanya terdapat pada sitoplasma sel hati. Peningkatan aktivitas enzim transaminase merupakan petunjuk yang paling peka dari nekrosis sel-sel hati, karena peningkatannya terjadi paling awal dan paling akhir kembali ke kondisi normal dibandingkan tes yang lain

    Efektifitas Ekstrak Kulit Batang Kelor Terhadap Perubahan Histopatologi Testis Tikus yang diinduksi Aloksan

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit batang kelor terhadap perubahan histopatologi testis tikus wistar yang diinduksi aloksan. Penelitian menggunakan sampel testis tikus wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan berkisar antara 150-200 gram. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol positif diberikan aquades steril, kelompok 2 sebagai kontrol negatif diberikan aloksan 125mg/kg bb, kelompok 3 sebagai kontrol obat diberikan aloksan dan glibenklamid 0,045mg/kg bb, kelompok 4 diberikan ekstrak kulit batang kelor dosis 100mg/kg bb, kelompok 5 diberikan ekstrak kulit batang kelor dosis 200mg/kg bb dan kelompok 6 diberikan esktrak kulit batang kelor dosis 400mg/kg bb. Setelah 21 hari dilakukan nekropsi pada seluruh tikus wistar yang diberi perlakuan untuk pengambilan sampel testis dan dibuat preparat histologi. Metode pewarnaan menggunakan Hematoxilin-Eosin. Selanjutnya dilakukan pengamatan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, terhadap perubahan histopatologi testis tikus wistar yang meliputi degenerasi dan nekrosis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Kruskall-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor terhadap perubahan histopatologi testis tikus wistar yang diinduksi aloksan dengan dosis 100mg/kg bb, 200mg/kg bb dan 400 mg/kg bb tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (p>0,05)

    Pemberian Ekstrak Kulit Batang Kelor Terhadap Gambaran Mikroskopis Ginjal Tikus yang diinduksi Aloksan

    No full text
    Uji fitokimia terhadap kulit batang kelor (Moringa sp) mengandung flavonoid dan alkaloid, yang berfungsi sebagai antidiabetik dan hipoglikemik. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit batang kelor terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi aloksan. Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus yang dibagi atas 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari: kontrol normal (P0), kontrol obat (P1), kontrol diabetik (P2), perlakuan dosis ekstrak 100 mg/Kg BB (P3), dosis ekstrak 200 mg/Kg BB (P4) dan dosis ekstrak 400 mg/Kg BB (P5). Perlakuan diberikan setiap hari selama 21 hari. Pada hari ke 22 tikus dieuthanasi, dinekropsi, ginjal di ambil: untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan HE. Hasil penelitian menunjukkan terdapat degenerasi, kongesti dan nekrosis pada P0, P1, P2, P3, P4 dan P5., dengan derajat kerusakan yang bervariasi. Dari hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa baik degenerasi, kongesti maupun nekrosis dari keenam kelompok perlakuan tidak berbeda secara signifikan (p>0,005). Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak kulit batang kelor dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB tidak berpengaruh terhadap gambaran mikroskopik ginjal tikus  wistar yang diinduksi aloksan

    Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor Glukosa Darah Tikus Hiperglikemia

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus Wistar yang diinduksi aloksan. Sampel darah diambil dari 24 ekor tikus Wistar jantan berumur tiga bulan dengan bobot sekitar 150-200 gram. Rancangan penelitian yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan, dan masing-masing perlakuan terdiri atas empat ulangan. Pemberian ekstrak etanol kulit batang kelor menggunakan dosis 100 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB dan dosis 400 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor dengan dosis tersebut diatas dapat menurunkan kadar glukosa darah hari ke-7 sampai hari ke-21, dan penurunannya sebanding dengan pemberian glibenklamid 0,045 mg/kgBB. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar yang diinduksi aloksan

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang kelor (Moringa oleifera) Terhadap Perubahan Histopatologi Hati Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) terhadap gambaran histopatologi hati tikus wistar yang diinduksi aloksan. Sebanyak 24 ekor tikus jantan berumur 2-3 bulan dengan bobot sekitar 150-200 gr digunakan dalam penelitian ini, tikus diadaptasikan selama 1 minggu, dikelompokan secara acak menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Kelompok I (P0) sebagai kontrol (tikut sehat) diberikan aquades steril 1ml, kelompok II (P1) sebagai kontrol negative diberikan aloksan dosis 125mg/kgBB, kelompok III (P2) sebagai kontrol positif diberikan glibenklamid dosis 0,045mg/ekor, kelompok IV (P3) diberikan ekstrak kulit batang kelor dosis 100mg/kgBB, kelompok V (P4) diberikan ekstrak kulit batang kelor (M.oleifera) dosis 200 mg/kgBB, kelompok VI diberikan ekstrak kulit batang kelor (M.oleifera) dosis 400 mg/kgBB. Organ hati tikus wistar pada semua kelompok perlakuan diambil untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap gambaran mikroskopis hati yang meliputi perubahan berupa: perdarahan, degenerasi vakuola dan nekrosis. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) dosis 100 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB dan dosis 400 mg/kgBB tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap gambaran histopatologi tikus wistar yang diinduksi aloksan. Hal ini menunjukkan pemberian ekstrak kulit batang kelor tidak mempengaruhi gambaran histopatologi hati tikus diabetes mellitus
    corecore