15 research outputs found

    Perhitungan Biaya Investasi dan Penentuan Harga Tarif Listrik pada Pembangunan Pltn Pertama di Indonesia

    Full text link
    Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai salah satu altematif pembangkit listrik yang akan dibangun di Indonesia diharapkan dapat menarik investor agar dapat menanamkan modalnya dalam sektor kelistrikan tersebut. Perhitungan biaya investasi dan penentuan harga tarif listrik pada pembangunan PLTN pertama di Indonesia menjadi penting bagi investor sebagai informasi awal untuk menanamkan modalnya pada proyek tersebut Dengan menggunakan spreadsheet dihitung biaya pembangunan termasuk eskalasi dan Interest During Construction (IDC) juga kelayakan finansial termasuk levelized tarif yang dihasilkan. Hasil kajian menunjukkan Biaya pembangunan sesaat (overnight cost) sebelum eskalasi adalah US 2.682.865.200,dansetelahadanyaeskalsidanIDCbiayapembangunanmenjadiUS 2.682.865.200,- dan setelah adanya eskalsi dan IDC biaya pembangunan menjadi US 3.795.712.088,-. atau sekitar 1.807,5 US$/kWe. Levelized Tarrif atau Power Purchase Agereement (PPA) PLTN menunjukkan nilai 4,57 cents/kWh. Levelized tarrif 3,5 cents/kWh tidak layak untuk proyek karena semua parameter finansial menunjukkan nilai negatif. Namun mulai tarif 4,0 cents/kwh sampai 5,5 cents/kWh pada penelitian tersebut secara finansial layak untuk dilanjutkan. Namun dari sisi investor tarif yang paling aman dan menguntungkan berkisar antara 4,87 cents/kWh sampai dengan 5.11 cents/kWh

    Perhitungan Ekonomi Gthtr 300 dengan Mini G4 Econs sebagai Dasar Menghitung Biaya Pembangkit Gthtr 10 Mwe

    Full text link
    PERHITUNGAN EKONOMI GTHTR 300 DENGAN MINI G4 ECONS SEBAGAI DASAR MENGHITUNG BIAYA PEMBANGKIT GTHTR 10 MWe. Rencana pemerintah membangun Reaktor Daya Eksperimen (RDE) membutuhkan kajian keekonomian yang terukur. Tujuan penelitian adalah menghitung kembali biaya pembangkit Gas Turbine High Temperature Reactor 300 MWe (GTHTR 300) dan membandingkan hasilnya dengan data referensi. Selanjutnya menghitung biaya pembangkit GTHTR 3, 5, dan 10 MWe yang menggunakan perhitungan factor skala. Metodologi yang digunakan meliputi perhitungan biaya pembangkitan dengan menggunakan model spread sheet Mini G4Econs yang dibuat oleh IAEA. Hasil verifikasi model menunjukkan hasil yang relatif sama, artinya hasil perhitungan model dapat digunakan untuk menghitung kasus lain yang sama. Selanjutnya dengan perhitungan faktor skala dapat dihitung biaya pembangkitan listrik PLTN daya kecil dan menengah (Small Medium Reactor, SMR). Disimpulkan bahwa biaya pembangkitan listrik PLTN SMR tipe HTR menggunakan load factor 90%, dan discount rate 10% untuk daya 3 MWe adalah sebesar 29,5 cets/kWh,daya5MWesebesar22,68cent/kWh, daya 5 MWe sebesar 22,68 cent/kWh dan daya 10 MWe sebesar 16,17 cent/kWh.NamundenganpertimbanganPLTNyangdibangunnonkomersialdaya10MWe,makadiscountrateyangdapatdipilihadalahsebesar5/kWh. Namun dengan pertimbangan PLTN yang dibangun non komersial daya 10 MWe, maka discount rate yang dapat dipilih adalah sebesar 5% atau 3%, yang masing-masing menghasilkan biaya pembangkit listrik sebesar 10,37 cent/kWh dan 8,56 cent$/kWh. Hasil perhitungan keekonomian reaktor GTHTR dengan daya 10 MWe akan bermanfaat sebagai bahan untuk pengambilan keputusan dalam rencana pembangunan PLTN SMR tipe HTR dengan kapasitas daya maksimal 10 MWe

    Kelayakan Ekonomi dan Pendanaan Pembangunan Proyek Pltn Jenis Pwr Tipe Opr-1000 di Semenanjung Muria

    Full text link
    KELAYAKAN EKONOMI DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN PROYEK PLTN JENIS PWR TIPE OPR-1000 DI SEMENANJUNG MURIA. Telah dilakukan studi untuk mengetahui kelayakan ekonomi dan pendanaan pembangunan PLTN OPR-1000 di Semenanjung Muria. Studi ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sbb: pemutakhiran data baik teknis maupun ekonomi dari PLTN OPR-1000, survei sumber-sumber pendanaan, mengetahui kelayakan ekonomi (Economic Viability) dengan menghitung biaya pembangkitan listrik (Electricity Generation Cost), menghitung penjualan listrik (Electricity Tariff), biaya pembangunan (Construction Cost) PLTN OPR-1000 dan menghitung kelayakan pendanaan (Financing Viability) pembangunan PLTN OPR-1000 dengan menggunakan kriteria kelayakan yang urnum digunakan (Nilai Bersih Sekarang (NPV), Tingkat Pengembalian Modal (IRR) dan Lama Pengembalian Modal (Payback Period)) dengan menggunakan KEPCO Spread Sheet. Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil bahwa ongkos pembangkitan listrik sebesar 4,0866 cent/kWh, sementara harga penjualan (tarif) listrik adalah 6,6399 cent/kWh (setelah dikenai pajak)! Biaya pembangunan PLTN OPR-1000 secara keseluruhan adalah US4.092,09juta(termasukinterestdanfinancialfee,tidaktermasukinitialnuclearfuel).Dariperhitungarikelayakanpendanaanpadakasusdasar(basecase)diperolehhasilbahwanilaiIRR,NPVdanPaybackPeriodkeseluruhaninvestasiadslahmasingmasingsebesar10,37 4.092,09 juta (termasuk interest dan financial fee, tidak termasuk initial nuclear fuel). Dari perhitungari kelayakan pendanaan pada kasus dasar (base case) diperoleh hasil bahwa nilai IRR, NPV dan Payback Period keseluruhan investasi adslah masing-masing sebesar 10,37%, US 90,52 juta dan 12,11 tahun. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dengan harga jual listrik sebesar 6,640 cent/kWh atau 0,0664 US$/kWh, pada dasarnya proyek pembangunan PLTN OPR-1000 ini sangat layak dan menguntungkan. Dari segi investasi, proyek ini cukup menarik minat investor karena tingkat pengembalian modalnya cukup tinggi, keuntungan pada akhir umur ekonomi cukup besar dan waktu/lama pengembalian modalnya cepat

    Harga dan Tarif Listrik Pltn di Dunia

    Get PDF
    HARGA DAN TARIF LISTRIK PLTN DI DUNIA. Pembangunan PLTN masih menjadi isu kontroversi. Kalangan industri nuklir dan pihak-pihak yang pro nuklir berusaha menyajikan perhitungan biaya listrik PLTN yang optimistik. Sementara kalangan industri pembangkitan dan pihak-pihak yang anti nuklir menyajikan perhitungan biaya listrik PLTN pesimistik. Untuk itu penelitian biaya pembangkit listrik berbahan bakar nuklir perlu disajikan secara ilmiah apa adanya agar kontroversi dapat dikurangi. Penelitian menggunakan data capital cost untuk EPC (Engineering Procorument Construction) PLTN berasal dari benua Asia, Amerika dan Eropa, biaya operasional dan perawatan menggunakan data pengalaman PLN, dan biaya bahan bakar nuklir menggunakan data tahun 2008 dengan skenario harga tertinggi, terendah dan rata-rata. Metodologi yang digunakan adalah membandingkan biaya pembangkit listrik dengan menggunakan program LEGECOST yang dikeluarkan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency), sedangkan perhitungan harga tarif listrik menggunakan program yang dibuat oleh PLN Litbang. Dengan menggunakan discount rate 10%, hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga keekonomian PLTN termurah kurang dari 3,7 cents US/kWh(China)danhargatariflistriktermurahratarata5,5centsUS/kWh (China) dan harga tarif listrik termurah rata-rata 5,5 cents US/kWh (Korea Selatan). Sedangkan di negara-negara Eropa, sedikit lebih mahal dari harga tarif listrik PLTN di Asia. Biaya pembangkitan dan harga tarif listrik PLTN di Amerika Serikat kurang kompetitif karena biaya investasinya relatif mahal. Perbedaan biaya pembangkitan dan harga tarif listrik di masing-masing negara disebabkan perbedaan gaji dan upah tenaga kerja, pengaruh kenaikan bahan material, struktur spesifikasi konstruksi yang dibuat, peraturan yang terkait dengan PLTN dan masalah lingkungan

    Studi Komparasi Model Perhitungan Biaya Pembangkitan Listrik Teraras Pltn

    Get PDF
    STUDI KOMPARASI MODEL PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK TERARAS PLTN. Analisis keekonomian yang umumnya dilakukan melalui perhitungan Levelized Unit Electricity Cost (LUEC) merupakan hal yang krusial untuk dilakukan sebelum diambilnya keputusan investasi pada proyek PLTN. Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk menghitung LUEC, diantaranya adalah: Model Puslitbang PT. PLN (Persero), model Mini G4ECONS dan Model Levelized Cost. Tujuan studi adalah untuk melakukan komparasi diantara ketiga model tersebut. Teknik komparasi dilakukan dengan penelusuran formula yang digunakan oleh masing-masing model dan selanjutnya diberikan contoh perhitungan LUEC PLTN SMR 2 x 100 MW menggunakan ketiga model tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Puslitbang PT. PLN (Persero) mempunyai kesamaan prinsip dengan model Mini G4ECONS, yaitu menggunakan Capital Recovery Factor (CRF) untuk mendiskonto biaya investasi menjadi nilai anuitas selama umur pembangkit. LUEC pada kedua model dihitung dengan membagi hasil jumlahan biaya investasi tahunan dan biaya pengoperasian PLTN dengan produksi listrik tahunan. Sedangkan model Levelized Cost berbasis pada arus kas tahunan. Total biaya tahunan maupun produksi listrik tahunan semuanya ditarik ke tahun awal konstruksi sehingga diperoleh total biaya tahunan terdiskonto dan total produksi energi tahunan terdiskonto. LUEC diperoleh dengan membagi kedua nilai terdiskonto tersebut. Perhitungan LUEC pada ketiga model menghasilkan nilai LUEC sebesar: 14,5942 cents US/kWhpadamodelPuslitbangPT.PLN(Persero),15,056centsUS/kWh pada model Puslitbang PT. PLN (Persero), 15,056 cents US/kWh pada model Mini G4ECONS dan 14,240 cents US$/kWh pada model Levelized Cost

    Analisis Kelayakan Finansial Proyek Pltn Smr di Indonesia dengan Mempertimbangkan Variabel Ketidakpastian

    Get PDF
    ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PLTN SMR DI INDONESIA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL KETIDAKPASTIAN. SMR merupakan salah satu alternatif mengatasi ketergantungan wilayah Luar Jawa Bali terhadap PLTD. Masalah yang sangat krusial dalam proyek PLTN (termasuk SMR) adalah finansial, terkait dengan sifat padat modal pada proyek ini. Selain itu, pada proyek PLTN SMR juga dimungkinkan terjadinya beberapa variabel ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan finansial proyek PLTN SMR dengan mengakomodasi kemungkinan terjadinya variabel ketidakpastian tersebut. Metodologi yang digunakan adalah analisis probabilistik yang dilakukan dengan teknik Monte Carlo. Teknik ini mensimulasikan keterkaitan antara variabel-variabel ketidakpastian dengan indikator kelayakan finansial proyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pendekatan probabilistik proyek PLTN SMR dinilai layak pada “most probable value” harga jual listrik sebesar 15 cents/kWh, ditunjukkan dengan rata-rata NPV yang positif (US$ 135.324.004) dan rata-rata kedua nilai IRR yang lebih dari MARR (IRR proyek = 10,65%, IRR Equity = 14,29%, sementara MARR = 10%). Probabilitas ditolaknya proyek PLTN SMR adalah sekitar 20%. Tiga variabel utama yang paling berpengaruh dalam proyek adalah: harga jual listrik, biaya investasi dan tingkat inflasi

    Studi Perbandingan Harga Listrik Rtt Dengan Sistem Pembangkitan Lainnya Menggunakan Program Legecost

    Full text link
    STUDI PERBANDINGAN HARGA LISTRIK RTT DENGAN SISTEM PEMBANGKIT LAINNYA MENGGUNAKAN PROGRAM LEGECOST. Krisis ekonomi dan moneter di Indonesia mengakibatkan perencanaan tentang masalah kebutuhan dan pemakaian tenaga listrik berubah sehingga memeriukan peninjauan ulang. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan dana baik dari pemerintah maupun Perusahaan swasta. Mengingat keterbatasan dana tersebut, maka perhitungan keekonomian dalam setiap aspek sangat penting dilakukan, khususnya dalam hal ini menentukan harga. Pada makalah ini dikaji biaya beberapa pembangkit listrik dengan menggunakan bahan bakar fosil dan nuklir, termasuk Reaktor Temperatur Tmggi (RTT). Pertama-tama dilakukan perhitungan biaya pembangkitan listriknya masing-masing dengan maksud untuk membandingkan harga listrik dari beberapa pembangkit listrik, sehingga dapat diketahui pembangkit listrik mana yang kompetitif. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan program Levelized Generation Cost (LEGECOST) yang mengacu dari IAEA (International Atomic Energy Agency), sehingga dapat dibandingkan masing-masing biaya pembangkitan listriknya. Kemudian analisis kepekaan dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter ekonomi dan skenario, sehingga diketahui faktor yang mempengaruhi biaya pembangkitan listrik tersebut. Disimpulkan bahwa biaya pembangkitan pada RTT lebih kompetitif dibandingkan biaya pembangkitan dengan bahan bakar fossil maupun nuklir lainnya

    Penerapan Model Pendanaan Sewa-beli Untuk Pembangunan Pembangkit Listrik Di Indonesia

    Full text link
    PENERAPAN MODEL PENDANAAN SEWA-BELI UNTUK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Dalam proses pengadaan pembangkit tenaga listrik di negara berkembang, pendanaan merupakan salah satu masalah yang sangat penting, mengingat model pendanaan akan menentukan harga jual listriknya. Di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis moneter dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, maka harga listrik yang ditentukan dengan pendanaan yang dihitung dalam dolar menjadi sangat mahal, padahal di sisi lain krisis ekonomi menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Untuk itu harus diusahakan model pendanaan yang cocok dengan situasi saat ini, di mana kemampuan pemerintah dalam menyediakan kredit ekspor untuk model pendanaan konvensional sangat kecil. Salah satu model pendanaan yang perlu dikaji adalah model sewa-beli (leasing), yang merupakan salah satu alternatif pengganti, terutama untuk jenis pembangkit listrik yang memerlukan modal investasi besar. Pada kasus pembangunan PLTN 2x900 MWe menggunakan dua buah struktur modal untuk membiayai proyek, yaitu model konvensional dan model sewa-beli. Dalam kajian ini, proses yang dilakukan adalah dengan mediskontokan arus kas keluar bersih setelah pajak ke nilai sekarang dalam setiap alternatif, dengan menggunakan biaya pinjaman setelah pajak sebagai tingkat diskonto. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa model sewa-beli pada kondisi tertentu lebih menguntungkan untuk diterapkan, dibandingkan dengan model konvensional

    Perhitungan Keekonomian Akselerator Elektron

    Full text link
    PERHITUNGAN KEEKONOMIAN AKSELERATOR ELEKTRON. Perhitungan keekonomian sangat dibutuhkan pada setiap Perusahaan agar dapat mengetahui proyek yang akan atau sedang dilaksanakan apakah layak secara ekonomis atau tidak. Demikian juga halnya dengan proyek akselerator elektron, dimana jasa perhitungan keekonomian terhadap akselerator elektron tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan ekonominya. Perbandingan biaya iradiasi pada kasus referensi dengan kasus Indonesia serta anatisis sensitivitasnya dapat dipakai untuk mencari pemecahan yang optimal dalam pengambilan keputusan. Diasumsikan nilai tukar sebesar Rp.6500 tiap 1 US dollars, umur ekonomis 20 tahun dan data referensi yang sudah disesuaikan dengan keadaan sekarang. Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan nilai NPV, IRR dan B/C untuk masing-masing kasus. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa kasus referensi sebaiknya tidak diambil sebab tidak layak secara ekonomi, karena NPV negatif, B/C kurang dari 1. Demikian halnya dengan kasus Indonesia walaupun biaya iradiasi lebih tinggi dari kasus referensi, tetapi untuk NPV, B/C, maupun IRR sama dengan kasus referensi oleh karena itu tidak layak juga secara ekonomi. Untuk layak secara ekonomi sebaiknya menggunakan kasus referensi dengan biaya iradiasi minimal sebesarRp1432 / kg, karena NPV menjadi positif, B/C lebih dari 1. Demikian juga untuk kasus Indonesia sebaiknya menggunakan biaya iradiasi minimal sebesar Rp. 2600 / kg, agar layak secara ekonomi
    corecore