31 research outputs found

    Distribusi Kelimpahan Makrozoobentos Dan Kandungan Bahan Organik Serta Tekstur Sedimen Pada Muara Sungai Wakak, Kabupaten Kendal

    Full text link
    Muara sungai Wakak banyak dimanfaatkan oleh para warga untuk aktivitas budidaya seperti membangun tambak dan sumber penghasilan untuk mencari ikan, udang dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kandungan bahan organik dan tekstur sedimen serta distribusi kelimpahan makrozoobentos pada Muara Sungai Wakak Kabupaten Kendal. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Kandungan bahan organik tertinggi pada stasiun 3 yaitu 16,2% dan terendah pada stasiun 1 yaitu 1,6%. Tekstur sedimen pada stasiun 1 prosentase fraksi lumpur 0,9%, fraksi liat 14,07% dan fraksi pasir 85,03%, stasiun 2 fraksi lumpur 1,13%, fraksi liat 53,16% dan fraksi pasir 45,71% dan pada stasiun 3 fraksi lumpur 1,62 %, fraksi liat 91,19% dan fraksi pasir 7,19%. Kelimpahan relatif tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 89 ind/m3, kelimpahan relatif terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 43 ind/m3. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 2,5. indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 2,0. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,96 dan indeks keseragaman terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,91. Wakak estuaries is frequently used for aquaculture activities, such as building ponds and as sources of income catch for fish, shrimp, etc. The research was aimed to know the organic materials content, Textures of Sediment, Distribution of Abundance Makrozoobenthos, in the Wakak estuary, Kendal. The points of sampling was determined by using Purposive Sampling Method. The highest content of organic matterial in station 3 was 16,2%, and the lowest in station 1 was 1,6%. Percentage of texture of sediment were at station 1; silt fraction was 0.9%, clay fraction 14.07% and sand fraction 85.03%. Percentage of texture of sediment at station 2; silt fraction was 1,13%, clay fraction 53,16% and sand fraction 45,71%. Percentage of texture of sediment at Station 3; silt fraction was 1,62 %, clay fraction 91,19% and sand fraction 7,19%. The highest relative abundance was 89 ind/m3 in stasiun 1 and the lowest was 43 ind/m3 in station 2. The highest diversity index of macrozoobenthic in station 1 was 2,5 and the lowest one in station 2 was 2,0. The highest uniformity index (E) in station 1 was 0,96 and the lowest one in station 2 was 0,91

    Studi Ekologi dan Aspek Biologi Ikan Belanak (Mugil SP.) di Perairan Muara Sungai Banger, Kota Pekalongan

    Full text link
    Kota pekalongan merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dengan sektor perikanan yang baik. Ikan – ikan ekonomis penting banyak dihasilkan dari USAha penangkapan maupun budidaya. Ikan Belanak merupakan salah satu ikan ekonomis yang berpotensi untuk dikembangkan dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi, namun informasi mengenai ikan Belanak di perairan Pekalongan belum banyak didapatkan. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hubungan studi ekologi dan aspek biologi ikan Belanak (Mugil sp.) dengan konsep pengelolaan sumberdaya ikan Belanak di perairan muara sungai Banger, Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data hasil penelitian seperti struktur ukuran menggunakan data panjang dan berat ikan, panjang infinity menggunakan rumus L∞ = Lmax/0,95, ukuran pertama tertangkap dengan cara memplotkan frekuensi kumulatif dengan setiap panjang ikan, sehingga akan diperoleh kurva logistik baku dan titik potong antara kurva dengan 50% ikan tertangkap, hubungan panjang berat menggunakan rumus W = aLb, faktor kondisi menggunakan rumus Kn = W/L3, rasio kelamin didapatkan dari hasil pembagian jumlah ikan jenis kelamin tertentu dengan jumlah total ikan dikali 100%, TKG menggunakan indikator dari Effendie (2002), IKG didapatkan dari hasil pembagian berat gonad dengan berat tubuh dikali 100%, fekunditas menggunakan rumus F=(G.V.X)/Q, dan parameter fisik lingkungan didapatkan dari hasil pengamatan di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukan struktur ukuran berkisar 89 – 291 mm dan berat 9,5 – 259,72 gram, ukuran pertama tertangkap 142 mm, hubungan panjang berat W = 2,168L2,855 nilai b<3 menunjukan pertumbuhan ikan allometrik negatif, faktor kondisi 1,34 menunjukan kondisi ikan kurang pipih, rasio kelamin didominasi ikan jantan 2,69:1, dan fekunditas ikan Belanak berkisar 47.813 - 569.261 butir. Konsep pengelolaannya dengan pengaturan ukuran mata jaring dan musim penangkapan. Pekalongan city is one of the cities in Central Java with good fisheries sector, many economic fish resulting from fishing effort and aquaculture. Mullet is a fish that has the potential to be developed views of the high level of public consumption, but the relevant information has not been obtained Mullet. The purpose of the research was to determine the relationship of ecological studies and biological aspects of Mullet (Mugil sp.) with the concept of management of fish resources from Banger estuary water, Pekalongan. This study uses several methods to obtain research data such as the size of the structure using the data length and weight of fish, long infinity using the formula L∞ = Lmax / 0.95, the first measure caught by way of plotting the cumulative frequency with each length of the fish, so that would be obtained raw logistic curve and the point of intersection between the curve with 50% of the fish caught, length weight relationshi using the formula W = aLb, condition factor using the formula Kn = W / L3, sex ratio obtained from the division of gender specific amount of fish to the total number of fish multiplied by 100%, TKG use indicators of Effendie (2002), IKG obtained from the division of gonad weight to body weight multiplied by 100%, fecundity using the formula F = (GVX) / Q, and the physical parameters of the environment obtained from observations in space research. The result shows that structure size ranged from 89 mm to 291 mm, the first measure caught 142 mm, the relationship between total length and body weight were W = 2,168L2,855 the value of b <3 indicates negative allometric growth of fish, the value of the condition factor 1.34 indicates the condition of the fish is less flat, sex ratio is dominated by the male fish 2,69: 1, and fecundity of Mugil sp. ranged from 47.813 to 569.261 eggs. The concept of management is to control mesh sizes and fishing season

    Analisis Kandungan Bahan Organik, Nitrat, Fosfat Pada Sedimen Di Kawasan Mangrove Jenis Rhizophora Dan Avicennia Di Desa Timbulsloko, Demak

    Full text link
    Mangrove di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak telah banyak mengalami kerusakan. Namun saat ini kawasan mangrove tersebut sudah mengalami rehabilitasi. Kawasan yang dulunya digunakan sebagai lahan pertambakan, sekarang beralih fungsi sebagai hutan mangrove. Daerah tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap distribusi kandungan bahan organik, nitrat dan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Bahan Organik Total, nitrat dan fosfat pada sedimen dan untuk mengetahui sebaran antar stasiun, antar kedalaman dan pasang surut dari setiap variabel di ekosistem mangrove di Desa Timbulsloko, Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel sedimen di kedalaman 0, 15 dan 30 cm dan pengambilan sampel air dilakukan di tiga titik tiap stasiunnya. Stasiun I mangrove Rhizophora, stasiun II gabungan Rhizophora dan Avicennia dan stasiun III mangrove Avicennia. Pengambilan sampel dilakukan saat pasang dan surut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Bahan Organik Total, nitrat dan fosfat pada sedimen dan dalam air secara keseluruhan menunjukkan tingkat kesuburan yang sedang sampai tinggi. Pada satsiun I rata – rata bahan organik pada sedimen saat pasang dan surut berturut – turut (11,32 %) dan (16,073 %). Stasiun II (12,5 %) dan (15,81 %) dan stasiun III (10,087 %) dan (12,987 %). Kandungan nitrat stasiun I (5,791 ppm) dan (7,478 ppm). Stasiun II (8,115 ppm) dan (8,419 ppm) dan stasiun III (9,462 ppm) dan (11,037 ppm). Sedangkan kandungan fosfat pada stasiun I rata – rata saat pasang dan surut (4,023 ppm) dan (3,933 ppm). Stasiun II (3,737 ppm) dan (4,738 ppm) dan pada stasiun III (5,549 ppm) dan (5,808 ppm). Mangrove at Timbulsloko village, Sayung sub-district, Demak regency showed a level of damaging. In order to manage, the local government then rehabilitate those areas. The areas which were used as fish ponds have been changed their function as mangrove forest. With such condition, it is predicted that distribution of material organic, nitrate and phosphate contents will be changed. The aim of this study is to find out the total organic contents, nitrate, and phosphate inside sediment, as well it is to find inter station, deep and tidal current condition distribution of the contents. The study USAged the descriptive method, while for the collection data samples using purposive random sampling. The sediment sampling in the depth of 0, 15 and 30 cm, while for the water sampling from three sites in station, i.e. station I mangrove Rhizophora, station II combination Rhizophora and Avicennia and station III mangrove Avicennia. These sampling were conducted in both tidal current condition, i.e high and ebb tide. The result of this study showed that the total organic contents, nitrate and phosphate inside the sediment is in medium to high fertility ranged. In station I, the average organic contents during both high and ebb tide were (11,32%) and (16,073%). Station II (12,5%) and (15,81%). Station III (10,087%) and (12,978%). The nitrate contents in station I (5,791 ppm) and (7,478 ppm). Station II (8,115) and (8,419 ppm). Station III (9,462 ppm) and (11,037 ppm). While the phosphate contents during both high and ebb tide in station I (4,023 ppm) and (3,933 ppm). Station II (3,737 ppm) and (4,738 ppm). Station III (5,549 ppm) and (5,808 ppm)

    Analisis Sebaran Klorofil-Ξ± Dan Kualitas Air Di Ekosistem Sekitar PT Kayu Lapis Indonesia (Pantai, Muara, Tambak) Kaliwungu Kendal

    Full text link
    PT. Kayu Lapis Indonesia yang terletak di kawasan pesisir muara Sungai Wakak telah banyak merubah fungsi ekosistem. Kegiatan yang dilakukan oleh PT KLI akan berdampak bagi kawasan pesisir, baik bagi lingkungan maupun masyarakat perikanan sekitarnya. Salah satu indikator kesuburan perairan adalah ketersediaan klorofil-Ξ± di perairan. Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan, perlu dilakukan analisis sebaran klorofil-Ξ± dan kualitas airnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan yakni sebaran klorofil-Ξ± dan kualitas air serta hubungan klorofil-Ξ± dengan kualitas air di perairan sekitar PT. Kayu Lapis Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, April dan Mei 2013. Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam sebulan yakni pada saat pasang dan surut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel air dilakukan di tiga ekosistem yaitu tambak, muara dan pantai. Variabel yang diukur secara in situ meliputi kecerahan, suhu, salinitas, arus. Pengukuran klorofil-Ξ±, nitrat dan fosfat dilakukan di laboratorium. Analisis data menggunakan ANOVA (analysis of varians) dengan Microsoft Excell. Selanjutnya, menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan antara klorofil-Ξ± dengan kualitas air dan analisis korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-Ξ± dan kualitas air secara keseluruhan menunjukkan perairan sekitar PT. KLI berada pada tingkat kesuburan yang rendah atau oligotrofik. Analisis ragam (ANOVA) dua arah diperoleh Fhitung lebih kecil dari Ftabel yang berarti terima Ho menunjukkan sebaran klorofil-a dan kualitas air tidak terjadi perbedaan secara nyata secara spasial sedangkan secara temporal diperoleh Fhitung lebih besar dari Ftabel yang berarti tolak Ho yang menunjukkan terjadi perbedaan secara nyata antar waktu. Analisis korelasi regresi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antar klorofil-Ξ± dengan variabel nitrat, fosfat dan kecerahan yang terjadi pada ekosistem pantai dengan nilai koefisien korelasi (r) terbesar 0,95 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,92 yang berarti sebesar 92 % variabel X (nitrat, fosfat, kecerahan) mempengaruhi variabel Y (klorofil-Ξ±)

    Hubungan Antara Sedimen Organik Terhadap Perubahan Komunitas Perifiton Di Perairan Pulau Panjang Jepara

    Full text link
    Pulau Panjang merupakan pulau kecil yang terletak 3,2 km sebelah barat pantai kota Jepara. Hampir seluruh perairan di sekitar pulau ditumbuhi terumbu karang. Ekosistem yang terdapat di Pulau Panjang diduga tidak hanya suatu habitat yang mandiri, tidak berhubungan dengan ekosistem lainnya, tetapi sesungguhnya terdapat keterkaitan satu ekosistem dengan yang lainnya. Keterkaitan tiga ekosistem khas wilayah pantai antara Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang telah dibuktikan dengan terdapatnya ketergantungan antar ekosistem dalam membesarkan biota laut dalam siklus hidupnya. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton yang ada di perairan sekitar Pulau Panjang; berdasarkan kelimpahan, dominansi, keanekaragaman dan keseragamannya menurut sedimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013 di perairan Pulau Panjang, Jepara. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen yang tertangkap pada sedimen trap dan perifiton yang menempel di porselin. Materi tersebut secara periodik diambil sebagai basis data untuk menjawab tujuan yang hendak dicapai. Lokasi sampling ditentukan berdasarkan tipe ekosistem yang ada di Pulau Panjang. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis perifiton yang paling banyak ditemukan pada ketiga stasiun di bagian selatan, utara dan timur adalah kelas diatom (Bacillariophyceae). Jika dilihat dari karakteristik biologi Bacillariophyceae merupakan komponen yang paling penting sebagai sumber makanan bagi zooplankton. Hasil regresi antara bahan organik dengan kelimpahan perifiton di stasiun 1 (SPP) memperoleh nilai koefisien determinasi 0,913, di stasiun 2 (UPP) memperoleh nilai koefisien determinasi 0,941 dan di stasiun TPP memperoleh nilai koefisien determinasi 0,968. Nilai ini menunjukkan hubungan yang erat antara kelimpahan perifiton dengan bahan organik di sedimen. Pulau Panjang is a small island which located 3,2 km west of the coastal town of Jepara. Almost all the waters around the island was overgrown by coral reefs. Utilization of Pulau Panjang coastal areas were potentially changing the balance of island ecosystem. Ecosystems in the Pulau Panjang thought to be only a self-contained habitats, not related to other ecosystem, but surely there was an interconnectedness of the three typical coastal ecosystems between mangrove, seagrass and coral reefs have been demonstrated with there was a dependency between the ecosystems in raising sea life in the cycle of life. The purpose of this research is to know the community structure of periphyton in the waters around Pulau Panjang; based on abundance, dominance, diversity and density according to sediment. This research was carried out in June to October 2013 in Pulau Panjang waters, Jepara. The material used in this research was the sediment which deposited in sediment trap and periphyton which attached in porcelain. The material periodically taken as database to answer the purpose to achieved. The sampling location was determined based on the type of ecosystem in Pulau Panjang. In Based on the observations, the most periphyton type found on the three stasions were diatoms (Bacillariophyceae) class. Based on biological characteristics of Bacillariophyceae was the most important component as a food source of zooplankton. The result of regerssion between organic matters with abundance of periphyton at the station 1 (SPP) obtained the value of the coefficient of determination 0.913, in station 2 (UPP) obtained the value of the coefficient of determination 0.941 and station 3 (TPP) station obtained the value of the coefficient of determination 0.968. These values indicate a close relations between abundance of periphyton with organic matter in the sediment

    Studi Hubungan Substrat Dasar dan Kandungan Bahan Organik dalam Sedimen dengan Kelimpahan Hewan Makrobenthos di Muara Sungai Sayung Kabupaten Demak

    Full text link
    Muara sungai Sayung merupakan daerah yang telah mengalami Perubahan kondisi ekologi perairan yang disebabkan karena pengaruh pasang tertinggi (rob). Daerah tersebut telah berubah menjadi daerah tergenang dan banyak didominasi oleh substrat berlumpur. Substrat lumpur kaya akan bahan organik dan akan menjadi cadangan makanan bagi hewan makrobenthos yang hidup di muara sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan substrat dasar dan kandungan bahan organik dalam sedimen dengan kelimpahan hewan makrobenthos, dan untuk mengetahui kondisi lingkungan Muara Sungai Sayung berdasarkan nilai keanekaragaman dan keseragaman hewan makrobenthos. Penelitian ini berdasarkan studi kasus dan menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel. Hasil penelitian dari ketiga stasiun di Muara Sungai Sayung didapatkan kelimpahan hewan makrobenthos berkisar antara 363 – 4829 ind/m3. Hewan makrobenthos yang didapatkan selama penelitian terdiri dari 3 kelas yaitu Polychaeta, Gastropoda, dan Bivalvia. Hasil penelitian pada stasiun I nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,63, indeks keseragaman sebesar 0,57, Stasiun II nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,13, indeks keseragaman sebesar 0,19, dan Stasiun III diperoleh nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,79 dan indeks keseragaman sebesar 0,78. Nilai keanekaragaman tergolong dalam kategori rendah sampai sedang yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sudah tidak layak untuk kehidupan hewan makrobenthos di dalamnya dan nilai keseragaman termasuk dalam kategori kecil sampai tinggi yang menunjukkan bahwa komposisi jenis hewan makrobenthos tidak sama dan kondisi ekosistemnya tidak stabil sehingga rawan akan terjadinya penurunan pada fungsi ekosistemnya. Berdasarkan nilai uji regresi sederhana dan uji regresi berganda dimana nilai koefisien korelasi berkisar 0,9 < r ≀ 1,0 menunjukkan bahwa kelimpahan hewan makrobenthos memiliki hubungan yang sangat kuat dan memiliki korelasi yang sangat nyata dengan jenis substrat dasar dan kandungan bahan organik dalam sedimen

    Karakteristik Abrasi Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Pesisir Semarang Barat

    Full text link
    Masalah abrasi pantai yang terjadi di beberapa wilayah di pesisir utara Pulau Jawa, penanggulangan yang tepat sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi akibat abrasi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik abrasi dan pengaruh terhadap masyarakat di pesisir Semarang Barat. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara kepada masyarakat Mangkang Wetan. Data hidrooseanografi yaitu gelombang, arus dan pasang surut Badan Meteorologi Klimatologi (BMKG) Kota Semarang. Perubahan garis pantai menggunakan metode RGB (Red Green Blue) dan menggunakan Citra Landsat TM tahun 2013, 2014 dan 2015 menggunakan aplikasi er mapper. Masyarakat Mangkang Wetan bekerja berbagai macam profesi seperti nelayan, petambak, buruh pabrik dan lain sebagainya. Karakteristik abrasi yang terjadi di pesisir menghasilkan Perubahan luas area, serta Perubahan pada beberapa ekosistem yang ada disekitarnya. masyarakat juga menerima dampak abrasi tersebut yaitu pendapatan menurun, tempat tinggal tergenang oleh air laut dan mempengaruhi kondisi sosial yang ada disekitar. Analisa menggunakan citra Landsat dan er mapper menunjukkan hasil Perubahan garis pantai. Nilai dari beberapa hidrooseanografi seperti gelombang, arus dan pasang surut pun berbeda tiap tahunnya karena selalu mengikuti peralihan musim barat dan musim timur. Tingkat pengetahuan masyarakat sangat mempengaruhi seberapa besar partisipasi masyarakat dalam menanggulangi masalah abrasi pantai yang terjadi. Abration occurs in some Java North coastal, appropriate countermeasures are needed by communities to overcome environmental problems caused by coastal abration. This study was aimed to investigate the characteristics of abrasion and the impact to coastal communities in West Semarang. Data were collected through interviews to the community in Mangkang Wetan. Data collected were hydrooceanography such as waves, currents and tides from Agency for Meteorology Station (BMKG) Semarang. Shoreline change was measured using RGB (Red Green Blue) and using of Landsat TM 2013, 2014 and 2015 er mapper application. MangkangWetan community work in a variety of professions such as fishermen, farmers, factory workers and others. Abration in coastal made a change of shoreline, areas, and some ecosystems of the environmental. People also accepted the abration impact. The impact to people was low income, to residential was submerged by sea water, and influence social condition. Analysis using Landsat imagery and er mapper showed the results of shoreline change. Values of some hydrooceanography such as waves, currents and tides were different. The level of public knowledge influenced the public participation in preventing coastal abration

    Karakteristik Hidro-oseanografi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Menangulangi Kerusakan Pantai di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak

    Full text link
    Desa Bedono merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang mengalami kerusakan pantai akibat Perubahan garis pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: karakteristik hidro-oseanografi; bentuk kerusakan pantai yang terjadi, tingkat pengetahuan masyarakat tentang kerusakan pantai, tingkat partisipasi masyarakat dalam menangulangani kerusakan pantai dan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kerusakan pantai dan tingkat partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kerusakan pantai di desa Bedono. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014 dengan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan observarsi yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi Perubahan garis pantai baik panjang maupun luasan pantai, dimana tahun 1999 panjang pantai 6,75 km, tahun 2003 bertambah menjadi 6,88 km dan 2009 panjang pantai 7,09 km. Luasan daerah pantai pada tahun 1999-2003 sebesar 73,29 Ha, tahun 2003-2009 bertambah menjadi 79,7 Ha dan tahun 1999-2003 luasan area pantai Bedono sebesar 133 Ha. Karaktristik hidro-oseanografi yaitu gelombang, arus, dan pasang surut mengikuti musim yang sedang terjadi. Kerusakan desa Bedono yang terjadi akibat kerusakan yaitu berupa erosi. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kerusakan pantai adalah 10,42% rendah, 38.54% sedang, dan 51.04 tinggi. Tingkat partisipasi masyarakat yaitu 4.17% berpartisipasi rendah, 56.25% berpartisipasi sedang, dan 39.58 berpartisipasi tinggi. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat partisipasi menunjukan hubungan yang positif meskipun rendah. Bedono is one of coastal villages in sub district Sayung, district Demak. There is destruction caused by change of coastal line along the beach of Bedono village. This research is aimed to find out: hydro-oceanographic characteristics; destruction's form; degree of local communities' knowledge; degree of local communities' participation in coastal destruction mitigation and to find out the relation between the knowledge degree and the participation in Bedono village. This research was conducted in Mei 2014 using case study method with observation approach and the data will analyzed descriptive . The result of this research show that there is a change of coastal lines, neither length nor wide of beach, where in 1999 6,75 km long beach, in 2003 increased to 6.88 km and in 2009 7.09 km, increased 73,29 hectares in 2003-2009 and in 1999-2003 the area of coastal in Bedono village is 133 hectares. Hydro-oceanographic characteristics is that waves, current and tides follow the season which exists. Bedono village destruction was caused by coastal destruction is erosion, The degree of local communities' knowledge about coastal destruction 10,42% is low, 38,54% is medium and 51,04% is high. The degree of local communities' participation 4,17% have participated lowly, 56,25% have participated medium, and 39,58% have participated highly. The relation between the knowledge degree and the participation degree is low positive
    corecore