7 research outputs found

    ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG BERDASARKAN MUSIM DI PERAIRAN KEPULAUAN TANIMBAR

    Get PDF
    Yellowfin tuna is an important economic commodity that is widely exploited with various fishing tools and methods and catches of various sizes. This study aims to describe yellowfin tuna fishing units and analyze the size distribution and productivity of yellowfin tuna resources based on seasons in the waters of the Tanimbar Islands. This research was carried out in the waters of the Tanimbar Islands from August 2021-March 2022. Data were collected through interviews, observations and measurements of the length and weight of the catch and analyzed descriptively and CPUE analysis. The results showed that catching yellowfin tuna in the waters of the Tanimbar Islands was classified as a small-scale fishery, using hand fishing gear with boat sizes under 10 GT. Yellowfin tuna caught in the waters of the Tanimbar Islands throughout the year are dominated by small size fish that are still classified as juveniles. The presence of large-sized tuna was more in the first transitional season with an attendance percentage of 21.98%. The abundance of yellowfin tuna resources in the waters of the Tanimbar Islands fluctuated according to the seasons, and the highest abundance was found in the transitional season one.   ABSTRAK Ikan tuna madidihang merupakan komoditas ekonomis penting yang banyak dieksploitasi dengan berbagai alat dan metode penangkapan serta hasil tangkapan yang beragam ukurannya. Penelitian ini betujuan untuk mendeskripsi unit penangkapan tuna madidihang dan menganalisis distribusi ukuran serta produktivitas sumberdaya ikan tuna madidihang berdasarkan musim di perairan Kepulauan Tanimbar. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kepulauan Tanimbar sejak Agustus 2021-Maret 2022. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan pengukuran panjang dan berat hasil tangkapan, kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis CPUE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penangkapan ikan tuna madidihang di perairan Kepulauan Tanimbar tergolong perikanan skala kecil, menggunakan alat tangkap pancing tangan dengan ukuran kapal di bawah 10 GT. Ikan tuna madidihang yang tertangkap di perairan Kepulauan Tanimbar sepanjang tahun didominasi ikan ukuran kecil yang masih tergolong juvenile. Kehadiran ikan tuna ukuran besar lebih banyak pada musim peralihan satu dengan persentasi kehadiran sebesar 21,98%. Kelimpahan sumberdaya ikan tuna madidihang di perairan Kepulauan Tanimbar berflutuksi menurut musim, dan kelimpahan tertinggi didapati pada musim peralihan satu Kata kunci: Distibusi ukuran, kelimpahan, musim, pancing tangan, tuna madidihang &nbsp

    PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN SKALA KECIL MELALUI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN POTENSIAL DAN MANAJEMEN USAHA

    Get PDF
    Determination of fishing ground by small-scale fisheries is still based on experience passed down from generation to generation. Fishermen do not yet have the knowledge and technology to make it easier for them to determine a good fishing ground, so it is inefficient in terms of time, cost and effort. In addition, business management that is not running properly has resulted in the business being run not developing. This training aims to increase fishermen's knowledge about determining potential fishing grounds, specifically for demersal fish species and management of small-scale fisheries. The training activities were carried out in Hukurila Village, South Leitimur District, Ambon City. The method of implementation is presentation of materials, discussions and than training in making bookkeeping simple. Participants were 31 fishers who were involved in this activity. Fishers felt that the material they received was very useful because it made it easier for them to determine demersal fishing areas that had important economic value. In addition, business bookkeeping through training has helped them manage the finances of the business they are running

    PRODUKTIVITAS JARING INSANG HANYUT BERDASARKAN WAKTU TANGKAP PAGI DAN SORE DI TELUK AMBON DALAM

    Get PDF
    Aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan drift gill net di Teluk Ambon Dalam biasanya dilakukan nelayan pada waktu pagi dan sore hari, tanpa memperhitungkan pengorbanan yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Tujuan penelitian adalah menganalisa komposisi jenis  dan ukuran ikan yang tertangkap pada waktu pagi dan sore, dan membandingkan produktivitas penangkapan  pada waktu pagi dan sore menggunakan drift gill net. Percobaan penangkapan dilakukan selama 24 trip untuk masing-masing waktu penangkapan.  Jumlah jenis dan ukuran ikan dianalisa secara deskriptif, sedangkan perbedaan hasil tangkapan pada waktu pagi dan sore dianalisa dengan menggunakan uji kruskal wallis. Analisa produktivitas sumberdaya ikan (SDI) diketahui dengan membandingkan jumlah produksi dan jumlah upaya (trip); produktivitas Tenaga Kerja (TK) dianalisa dengan membandingkan produksi dan jumlah TK; produktivitas waktu dianalisa dengan membandingkan produksi dan lama waktu penangkapan (actual fishing), dan produktivitas pendapatan dianalisa dengan  membandingkan nilai produksi dan jumlah TK per trip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 sepesies ditemukan pada waktu pagi, sedangkan 20  spesies  pada waktu sore.  Persentase individu tertinggi pada waktu pagi adalah spesies Sellaroides dengan panjang  rata-rata 21.42 cm TL (total length),  sedangkan pada waktu sore adalah spesies Selar dengan panjang rata-rata 19.48 cm TL. Hasil uji terhadap 3 spesies yang mendominasi hasil tangkapan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil tangkapan pada waktu penangkapan pagi dan sore untuk spesies Rastreliger dan Selaroides, sedangkan untuk spesies Selar ada perbedaan, dimana peluang spesies ini tertangkap lebih besar pada waktu sore hari. Produktifitas SDI, produkstivitas TK dan pendapatan TK lebih tinggi pada waktu sore dibandingkan waktu pagi

    HILANGNYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN JARING INSANG AKIBAT SAMPAH DI TELUK AMBON

    Get PDF
    Banyaknya sampah di laut dapat menurunkan produktifitas alat tangkap yang berdampak pada penurunan produksi dan pendapatan serta peningkatan biaya-biaya. Jaring insang merupakan alat tangkap yang banyak dioperasikan di Teluk Ambon dan mengalami kendala operasi penangkapan akibat sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya dan pendapatan usaha penangkapan ikan dengan jaring insang serta menghitung besarnya produksi dan pendapatan yang hilang akibat sampah. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2019 dengan lokasi pengambilan data di Teluk Ambon. Pengumpulan data melalui percobaan penangkapan, wawancara dan observasi. Analisis data secara deskriptif dan analisis biaya dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi 154 individu/trip dengan pendapatan rata-rata Rp 610.000/trip. Kehadiran sampah sangat menggangu aktifitas penangkapan jaring insang yang berdampak pada hilangnya produksi dan pendapatan. Selain menghilangkan produksi dan pendapatan, sampah juga mengakibatkan kerusakan jaring dan mesin yang dapat meningkatkan kenaikan biaya perbaikan dan perawatan sebesar Rp, 3,5 juta/tahun

    ANALISIS FAKTOR PRODUKSI USAHA PERIKANAN PURSE SEINE DI PULAU AMBON

    Get PDF
    Purse seine merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sangat populer bagi sebagian besar nelayan di Pulau Ambon dan sekitarnya. Alasan penggunaan jenis alat tangkapan ini karena dianggap cukup produktif dalam usaha penangkapan jenis ikan pelagis kecil seperti ikan Layang, Decapterus spp. selar, Selaroides spp. Sardin, Sardinella spp dan lain-lain. Akan tetapi produktivitas dari setiap unit penangkapan berbeda-beda disebabkan dimensi alat maupun kapal serta jumlah upaya (trip) penangkapan. Dalam hubungannya dengan keberlanjutan usaha perikanan purse seine di Pulau Ambon, maka faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi usaha perikanan purse seine di Pulau perlu diketahui. Dari hasil penelitian Analisis koefisien korelasi (r) sebesar 0,826 atau 82,6%, maka terdapat hubungan yang sangat kuat dalam hubungan variabel Y dengan variabel X, makin besar nilai koefisien korelasi, dikatakan akan Sangat Kuat hubungan antara variabel Y dengan variabel X. Dimana Kuat hubungan antara variabel X akan mempengaruhi variabel Y adalah sebesar 82,6%. Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) SPSS 20, diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) ialah 0,683. Angka tersebut menjelaskan bahwa 68,3 % produksi hasil tangkapan Purse Seine dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, sedangkan sisanya sebesar 32,7 % ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Koefisien intersep menunjukkan bahwa jika faktor-faktor produksi yang dimasukan dalam model bernilai nol maka hasil produksi akan sebesar -32,166 ton /tahun

    Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang Lingkar di Desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah

    Get PDF
    Jaring insang lingkar (encircling gill net) merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan di perairan Desa Waai. Operasi penangkapan dilakukan pada pagi dan sore hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil tangkapan dan produktivitas sumberdaya perikanan pada waktu pagi dan sore hari. Data dikumpulkan melalui percobaan penangkapan, observasi dan wawancara. Analisis data secara deskriptif, analisis catch per unit effort (CPUE) dan Uji beda menggunanakan Uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi jaring insang lingkar di Perairan Desa Waai terdiri dari empat jenis yaitu ikan lema (Rastrlriger sp), ikan Kawalinya (Selar sp), ikan parang-parang (Chirocentrus sp) dan ikan momar putih (Decapterus sp). Ikan parang-parang (Chirocentrus sp) hanya tertangkap pada pagi hari dan ikan momar putih (Decapterus macrosoma) hanya tertangkap pada sore hari. Ikan yang mendominasi hasil tangkapan adalah ikan ikan lema (Rastreliger sp). Produktifitas (CPUE) sumberdaya ikan perairan Desa Waai lebih tinggi di pagi hari dari pada sore hari. Walaupun demikian hasil analisis statistic menunjukkan tidak ada perbedaan hasil tangkapan waktu pagi dan sore. Dengan demikian untuk meningkatkan pendapatan baiknya operasi penangkapan dilakukan pada waktu pagi dan sore hari

    EKSPLOITASI CUMI-CUMI DI PERAIRAN SELATAN PULAU AMBON

    No full text
    Exploitation of squid by fisher’s on the southern coast of Ambon Island uses simple fishing technology with modifications based on fisher's experience. This study aims to describe tools and fishing methods, fishing seasons and areas, as well as analysis of production and income of squid fishing in the southern waters of Ambon Island. Data was collected through experimental fishing for 21 trips for each fishing gear and analysis was carried out descriptively and analysis of costs and income. The results showed that the use of a scoop net is one of the fishing gear that is not found elsewhere, while the jigger used has been modified by using underwater lights. Fishing areas in coastal areas with a distance of about 1 nautical mile. Data collection was carried out during the fishing season in September-December. Scoop net productivity is 49.5 kg/trip, and labor productivity is 16.5 kg/person/trip. Jigger production is 509.88 kg and labor productivity is 24.28 kg/person/trip. The net profit of each fisher’s per month from scoop and jigger are Rp.3,025,250 and Rp.2,665,000, respectivel
    corecore