13 research outputs found

    Kritisi Desain Pseudo Elastis Pada Bangunan Beraturan 6- Dan 10-lantai Dengan Denah Persegi Panjang Di Wilayah 6 Peta Gempa Indonesia

    Full text link
    Metode Pseudo Elastis merupakan sebuah metode desain alternatif yang dikembangkan untuk perencanaan bangunan yang didesain terhadap gempa selain metode Desain Kapasitas. Perencanaan Pseudo Elastis memperbolehkan terjadinya sendi-sendi plastis pada ujung atas dan bawah kolom interior, sedangkan kolom eksteriornya harus berperilaku elastis penuh, kecuali ujung bawah kolom lantai dasar. Pola keruntuhan yang diharapkan setelah terjadi gempa merupakan partial side sway mechanism. Untuk menjamin terjadinya distribusi gaya geser pada kolom eksterior, maka diperlukan pembesaran gaya dalam kolom elastis akibat gempa berupa Faktor Pengali (FP). Tujuan penelitian ini adalah menguji asumsi penyaluran gaya geser dasar pada desain Pseudo Elastis dan menguji terjadinya partial side sway mechanism pada bangunan beraturan 6- dan 10-lantai berdenah persegi panjang di wilayah 6 peta gempa Indonesia. Kinerja bangunan diperiksa dengan metode dynamic non-linear time history analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asumsi penyaluran gaya geser dasar pada desain Pseudo Elastis tidak selalu terjadi pada bangunan yang ditinjau.Untuk hasil kinerja bangunan, partial side sway mechanism terjadi pada bangunan 6-lantai untuk arah memanjang dan melintang, dan bangunan 10-lantai pada arah memanjang bangunan, sedangkan arah melintangnya tidak terjadi karena mengalami soft storey di lantai ke-2

    Kemungkinan Penggunaan Base Isolation Pada Bangunan Sederhana

    Full text link
    Penelitian sebelumnya oleh Lumantarna dan Pudjisuryadi tentang friction damper pada rumah tradisional dengan hubungan kolom kayu yang terletak di atas batu, menunjukkan bahwa sistem friction base isolation menghasilkan performa yang baik terhadap beban gempa. Konsep yang dipakai adalah memanfaatkan friksi pada dasar kolom dan pondasi. Konsep base isolation ini terbukti dapat mengurangi gaya dalam yang terjadi pada struktur di atasnya. Konsep inilah yang menjadi landasan pada penelitian ini di mana objek bangunan adalah struktur bangunan sederhana yang terbuat dari beton. Penelitian ini membandingkan struktur bangunan sederhana yang hubungan kolom dan sloof ke pondasi diberi angker dan tanpa angker. Permodelan pondasi menggunakan friction isolator link pada SAP2000v11. Beban gempa yang digunakan berupa gempa El Centro modifikasi yang disesuaikan dengan SNI 03-1726-2012 untuk kota Palu. Kedua jenis struktur diuji dengan analisa riwayat waktu nonlinear. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa friction isolator link pada SAP2000v11 dapat digunakan untuk memodelkan sistem friction base isolation. Hasil secara keseluruhan menunjukkan bahwa besarnya gaya dalam akibat gempa berkurang pada saat struktur dalam keadaan slip

    Evaluasi Kinerja Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus Sni 2847-2013 Pada Struktur Dengan Gempa Dominan

    Full text link
    Dalam mendesain bangunan, Indonesia memiliki peraturan-peraturan yaitu SNI 03-2847-2013 dan SNI 1726-2012. Pada penelitian sebelumnya, didapatkan masalah pada bangunan yang telah didesain sesuai dengan SNI 03-2847-2002, namun tidak dapat bertahan ketika diuji dengan gempa rencana SNI 1726-2012, dan kegagalan pada struktur tersebut diperkirakan akibat beban gempa dominan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali peraturan tersebut, khususnya pada struktur dengan gempa dominan. Bangunan 3-lantai, diasumsikan sebagai ruko, pada penelitian sebelumnya merupakan bangunan dasar yang akan dimodifikasi menjadi beberapa varian dan akan digunakan sebagai studi kasus. Kinerja bangunan diuji dengan analisis Time History nonlinier. Hasil penelitian ini menunjukkan gempa dominan bukan merupakan penyebab utama kegagalan bangunan

    Evaluasi Kinerja Bangunan Dengan Ketidakberaturan Sudut Dalam Yang Direncanakan Secara Direct Displacement Based Design

    Full text link
    Sesuai dengan SNI 1726-2012, Force Based Design merupakan metode yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan. Namun, seiring berkembangnya waktu, metode yang disebut Direct Displacement-Based Design (DDBD) menjadi opsi bagi perencana untuk mendesain struktur bangunan. Sesuai Performance Based Design, perencanaan harus dilakukan dalam Level 1-No Damage, Level 2-Repairable Damage, dan Level 3-No Collapse. Bangunan apartment 6 lantai dengan ketidakberaturan sudut dalam, dimana portal arah-x dan arah-y tidak seragam,dari struktur beton bertulang dengan bentang seragam diambil sebagai studi kasus. Struktur direncanakan sebagai sistem rangka pemikul momen pada daerah beresiko gempa rendah dan tinggi di Indonesia. Bangunan direncanakan dengan metode FBD maupun DDBD. Dalam metode DDBD, desain Level-3 digunakan untuk daerah beresiko gempa rendah dan Level-2 untuk daerah beresiko gempa tinggi sesuai DDBD Model Code (Sullivan et al., 2012). Untuk metode DDBD, penelitian dilakukan dalam 2 kondisi, yaitu distribusi base shear secara merata untuk tiap portal (DDBD 1), dan perhitungan base shear untuk masing-masing portal sesuai dengan proporsional massa (DDBD 2). Dari kedua metode yang dilakukan, ternyata metode DDBD 1 merupakan pilihan terbaik. Hasil desain tersebut diuji kinerjanya menggunakan analisis dinamis riwayat waktu nonlinier. Untuk parameter driftt, semua bangunan menunjukkan kinerja yang memuaskan kecuali bangunan DDBD 2. Namun jika dilihat berdasarkan damage index, hanya metode DDBD 1 yang memenuhi semua persyaratan. Dalam parameter mekanisme keruntuhan, kondisi beam side sway mechanism dan strong column weak beam sudah terpenuhi

    Evaluasi Kinerja Bangunan Berlubang Dengan Metode Direct Displacement-based Design

    Full text link
    Banyak penelitian mengenai kinerja Direct Displacement Based Design (DDBD) dan Force Based Design (FBD) telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa DDBD menghasilkan performa struktur yang lebih mendekati target desain. Namun, penelitian terhadap bangunan berlubang belum pernah dilakukan sebelumnya. Konfigurasi struktur dengan void memiliki kekakuan portal yang bervariasi diaman hal ini mempengaruhi distribusi gaya pada setiap portal. Distribusi gaya pada bagian yang memiliki void akan mengalami perpindahan yang lebih besar daripada bagian yang tidak memiliki void khususnya jika pelat lantai diasumsikan semi rigid. Penelitian ini membandingkan kinerja FBD dan DDBD pada bangunan yang didesain berlubang atau memiliki void dengan asumsi desain bangunan tanpa lubang dan gaya geser dasar didistribusikan secara merata. Penelitian akan dievaluasi terhadap wilayah beresiko gempa tinggi dan rendah di Indonesia. Struktur yang didesain diuji dengan analisis non-linear dinamis time history. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur bangunan yang didesain dengan DDBD memberikan kinerja yang lebih baik daripada FBD baik dalam drift ratio ataupun failure mechanism. Selain itu, prosedur DDBD lebih efektif dan efisien karena hasil desain mendekati target desain dan durasi desain sangat singkat. Satu-satunya kelemahan dari DDBD adalah biaya yang lebih mahal karena hasil desain yang menggunakan lebih banyak materia

    Pengaruh Ketidakberaturan Massa Vertikal Pada Bangunan Yang Direncanakan Secara Direct Displacement Based Design

    Full text link
    Direct Displacement Based Design (DDBD) merupakan metode untuk mendesain bangunan tahan gempa yang hanya mengenal pendistribusian gaya gempa secara vertikal berdasarkan inertia force di setiap lantai yang menyerupai metode statis ekivalen. DDBD tidak meninjau adanya ketidakberaturan massa vertikal. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah cara DDBD dapat digunaan untuk bangunan dengan ketidakberaturan massa vertikal. Bangunan 12 lantai dengan massa yang tidak beraturan di wilayah Surabaya dan Jayapura akan digunakan sebagai studi kasus. Kinerja bangunan diuji menggunakan analisis dinamis riwayat waktu nonlinier terhadap performace criteria yang diberikan oleh Model Code DDBD. Hasil analisis menunjukkan bahwa rumusan distribusi gaya lateral di setiap lantai tidak dapat digunakan karena meskipun drift ratio yang terjadi pada bangunan dengan desain level 1 di wilayah Surabaya dan Jayapura memenuhi persyaratan drift limit. Untuk parameter damage index, kinerja bangunan desain level 1, 2, dan 3 pada wilayah Surabaya dan Jayapura tidak memenuhi persyaratan. Selain itu, konsep strong column weak beam dan beam side sway mechanism tidak terpenuhi

    Evaluasi Kinerja Direct-displacement Based Design Pada Perencanaan Bangunan Dengan Ketidakberaturan Tingkat Lunak

    Full text link
    Saat ini banyak ditemui bangunan yang memiliki satu atau dua lantai yang tingginya lebihbesar dari lantai-lantai yang lainnya. Pada perencanaan ketahanan gempa, kondisi ini dapatmenghasilkan lantai yang lunak yang mengarah pada keruntuhan soft storey. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui apakah adanya lantai lunak dapat mempengaruhi rumusan distribusi vertikal gayapada setiap lantai yang digunakan untuk bangunan beraturan, jika didesain dengan metode DirectDiscplacementBasedDesign(DDBD).Selanjutnya,penelitianinijugamengevaluasikinerjabangunanuntukmengetahui responnya terhadap gaya gempa. Sebagai studi kasus, dipilihlah bangunanperkantoran 8 lantai dengan denah tipikal di Surabaya dan Jayapura. Bangunan berupa sistem rangkabeton bertulang dengan lantai lunak di lantai dasar dan lantai 5. Struktur direncanakan menggunakanmetode DDBD pada target kinerja level-1 – no damage, level-2 – repairable damage dan level-3 – nocollapse, dan dianalisis kinerjanya menggunakan analisis non-linier dinamis riwayat waktu pada gempakecil, sedang dan besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan DDBD paling aman adalahdesain dengan level-1 karena meskipun bangunan dengan sengaja didesain memiliki tingkat lunak,bangunan masih memiliki kinerja yang baik di semua level gempa, baik diukur dalam parameter driftratio, damage index, maupun mekanisme keruntuhannya. Untuk penelitian lebih lanjut dengan tinggilantai yang besar disarankan membuat kolom dengan kekakuan lateral diatas kriteria tingkat lunak(kolom yang lebih kaku), supaya tidak memiliki tingkat lunak

    Evaluasi Kinerja Bangunan Yang Didesain Secara Ddbd Terhadap Gempa Rencana

    Full text link
    Salah satu dari prosedur untuk mendesain bangunan terhadap gempa adalah Direct Displacement Based Design (DDBD) yang merupakan varian dari Displacement Based Design (DBD). Beberapa penelitian telah menggunakan DDBD dengan beban gempa sesuai SNI 2002 dan 2012. Semuanya menunjukan bahwa DDBD memiliki kinerja yang sangat baik. Padahal beban rencana tersebut jauh lebih rendah daripada target desain yang diharapkan (gempa dengan periode ulang 2500 tahun) Oleh karena itu pengujian dilakukan cara non-linier time history analysis dengan gempa El-Centro 1940 N-S yang sudah dimodifikasi untuk wilayah Surabaya dan Jayapura menurut SNI 1726-2012 untuk berbagai periode ulang gempa. Untuk mengetahui kinerja bangunan tersebut, digunakan parameter drift, momen rotasi dan mekanisme keruntuhan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja bangunan sangat baik untuk level gempa tinggi (2500 tahun). Dari letak sendi plastis yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa capacity design pada bangunan tidak terjamin dengan sempurna, karena muncul sendi plastis pada kolom selain pada kolom lantai paling bawah dan kolom lantai paling atas. Namun side sway mechanism tetap terjamin, karena balok selalu leleh terlebih dahulu sebelum kolom
    corecore