2 research outputs found
Pemetaan Angka Gizi Buruk Pada Balita Di Jawa Timur Dengan Geographically Weighted Regression
Status gizi Balita merupakan salah satu indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat serta tolak ukur kesejahteraan suatu bangsa. Di antara semua provinsi di Indonesia, tingkat angka gizi buruk Balita di Jawa Timur termasuk dalam kelompok menengah dan belum dapat memenuhi target Dinas Kesehatan. Selain faktor kesehatan, kemiskinan serta lingkungan juga mempengaruhi angka gizi buruk pada Balita, tetapi kondisi kesehatan, lingkungan, dan ekonomi pada tiap kabupaten/kota di Jawa Timur berbeda-beda. Oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan pendekatan geografis dalam memodelkan angka gizi buruk pada Balita dengan variabel-variabel yang diduga mempengaruhinya. Analisis statistika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini yaitu geographically weighted regression (GWR) Berdasarkan pengujian heterogenitas spasial, angka gizi buruk pada Balita memiliki keragaman antara satu wilayah dengan wilayah lain. Pembobot yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi kernel fixed gaussiandengan AIC sebesar 294,2464. Nilai R2 yang dihasilkan model GWR sebesar 15,04%, nilai ini lebih besar dibandingkan model regresi linier, yaitu sebesar 14,16%. Terbentuk dua kelompok daerah berdasarkan variabel yang signifikan. Kelompok pertama yaitu kabupaten/kota yang berada di bagian timur provinsi Jawa Timur, di mana persentase penduduk miskin berpengaruh terhadap angka gizi buruk Balita. Sedangkan kelompok kedua yaitu bagian barat Jawa Timur, di mana persentase penduduk miskin dan persentase posyandu puri berpengaruh terhadap angka gizi buruk Balita
Desain Self-Propelled Split Hopper Barge (SPSHB) Pengangkut Pasir untuk Landasan Pacu Program Bandara Terapung Kabupaten Buleleng, Bali
Bali merupakan destinasi wisatawan domestik maupun mancanegara. Bandara I Gusti Ngurah Rai merupakan pintu gerbang udara dan satu-satunya di Bali. Kepadatan kapasitas Bandara I gusti Ngurah Rai meningkat setiap tahunnya yaitu 74.70 % pada tahun 2015 dan 87.05 % pada tahun 2016. Pemerintah Bali mempunyai 11 rencana strategis untuk mengatasi masalah tersebut, satu di antaranya adalah pembangunan Bandara Terapung di Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Lokasi tersebut dipilih demi terciptanya pemerataan pembangunan antara Bali selatan dan Bali Utara. Pembangunan itu ditafsir membutuhkan material pasir sebanyak 19-20 juta m3 yang diperoleh dari Pulau Lombok. Untuk memindahkan material tersebut dibutuhkan kapal yang didesain khusus. Jenis kapal yang dipilih adalah jenis Self-Propelled Split Hopper Barge (SPSHB) karena jenis kapal ini memiliki waktu bongkar muatan yang cepat. Metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan ukuran utama SPSHB yang optimum adalah metode optimization dengan bantuan fitur solver dengan menjadikan biaya pembangunan paling minimum sebagai fungsi objektif serta adanya batasan-batasan dari regulasi dan persyaratan teknis yang berlaku. Dari proses optimisasi, di dapatkan hasil ukuran optimum SPSHB adalah L=58.81 m, B=13.29 m, H=4.65 m, T=3.51 m dengan estimasi biaya pembangunann sebesar 1.979.616,87 USD atau setara dengan Rp.26.560.500.00