27 research outputs found

    Memahami Makna Menjadi Pria Metroseksual

    Full text link
    Tujuan dari penelitian dengan studi fenomenologis ini adalah untuk memahami makna menjadi pria metroseksual. Pria metroseksual diartikan sebagai pria yang hidup di kota besar, memiliki pendapatan sendiri, peduli terhadap penampilan maupun kesehatan dirinya dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan tren yang sedang berkembang. Subjek penelitian ini adalah tiga orang pria yang termasuk dalam kategori pria metroseksual. Profesi ketiga subjek antara lain sebagai dosen, pelatih sepak bola, dan penyiar radio. Penemuan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penggunaan metode yang digunakan dalam menganalisis adalah dengan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Pendekatan dengan metode IPA dalam proses analisis membantu peneliti untuk memahami dan menjelaskan lebih dalam mengenai proses dan penyebab menjadi pria metroseksual berdasarkan pengalaman yang diceritakan oleh subjek dalam bentuk wawancara dan observasi..Hasil penelitian ini membahas tentang pengalaman menjadi pria metroseksual. Peneliti menemukan setiap subjek memiliki kesamaan dalam proses menjadi pria metroseksual antara lain memperhatikan penampilan, membentuk tubuh ideal, dan mengikuti perkembangan gaya berpakaian. Pengalaman tersebut menjadi kesatuan dalam memahami makna menjadi pria metroseksual

    Makna Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bagi Istri: Sebuah Studi Interpretative Phenomenological Analysis

    Full text link
    Tujuan dari penelitian dengan studi fenomenologis ini adalah untuk dapat memahami dan mampu menangkap dunia pengalaman istri sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga.Subjek penelitian ini adalah dua orang istri yang menjadi korban kekerasan dalamrumah tangga yang dilakukan oleh suami, baik kekerasan secara fisik, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi, maupun kekerasan seksual.Penemuan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik sampling purposif.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Metode IPA menggunakan prosedur yang rinci dalam menganalisis data, sehingga menghasilkan kedalaman makna terhadap berbagai latar belakang, pengalaman, peristiwa unik, serta pemikiran yang dirasakan subjek yang didapat melalui proses wawancara. Hasil penelitian ini membahas tentang pengalaman traumatis kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh istri korban KDRT, proses rekonstruksi diri pascakekerasan dalam rumah tangga, serta timbulnya kesadaran diri pascakekerasan dalam rumah tangga.Peneliti menemukan setiap subjek memiliki pemaknaan yang berbeda-beda atas pengalaman subjek terkait kekerasan dalam rumah tangga.Pemaknaan positif pasca kekerasan dalam rumah tangga merupakan perjalanan puncak dari pengalaman kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh istri.Pengalaman tersebut telah menjadi suatu kesatuan sebagai upaya memahami makna kekerasan dalam rumah tangga bagi istri secara utuh

    Menelusuri Kehidupan Pantang Iban: Gambaran Psikologis Manusia Berbudaya Tato Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis

    Full text link
    Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana gambaran psikologis subjek sebagai seorang individu yang memiliki budaya tato. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dunia psikologis subjek yang memiliki budaya tato tradisional Dayak Iban. Peneliti mendasarkan diri pada pendekatan fenomenologis, khususnya IPA (Interpretative Phenomenological Analysis). Pendekatan IPA dipilih karena memiliki prosedur analisis data yang terperinci. Prosedur tersebut bertitik fokus pada eksplorasi pengalaman yang diperoleh subjek melalui kehidupan pribadi dan sosialnya. Subjek yang terlibat dalam penelitian berjumlah tiga orang laki-laki yang berasal dari dua daerah, yaitu Sungai Utik dan Pontianak. Peneliti menemukan bahwa dalam pengalaman psikologis subjek selama memiliki tato tradisional terdapat tiga pokok inti, yang terdiri dari: tato sebagai identitas; dinamika kehidupan bertato iban; dan penghayatan kehidupan bertato iban. Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa tato adalah sebagai warisan leluhur yang menjadi keharusan untuk dimiliki oleh para subjek. Tato menjadi sebuah kebanggaan bagi para subjek. Terdapat pencapaian-pencapaian yang harus diraih untuk dapat memiliki tato. Hal inilah yang membuat subjek dapat memaknai tato yang dimiliki

    Makna Spiritualitas Tokoh Wayang Semar Bagi Dalang

    Full text link
    Penelitian ini bermaksud untuk menilik bagaimana pemahaman dan pengalaman subjek yang memiliki peran sebagai dalang dalam memaknai spiritualitas tokoh wayang Semar. Tujuan penelitian ini adalah memahami makna spiritualitas tokoh wayang Semar dari pengalaman dan pemahaman seorang dalang terhadap tokoh wayang Semar.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa IPA merupakan metode sistematis yang berfokus pada makna yang diperoleh subjek terhadap pengalaman, peristiwa khusus, dan keadaan yang dialami subjek.Peneliti menemukan bahwa proses pemaknaan dalang terhadap spiritualitas tokoh wayang Semar terdiri dari: (1) Fondasi mendalang; (2) Penjiwaan ajaran Semar; (3) Aktualisasi Spiritualitas Semar.Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa pemaknaan dalang terhadap spiritualitas tokoh wayang Semar dipengaruhi adanya kesadaran subjek yang semakin mendalam telah diarahkan oleh mistik Jawa pada penghalusan dan pendalaman rasa secara terus-menerus. Rasa inilah yang berkembang dalam diri subjek yakni kebatinan, dan keberadaan tokoh Semar memiliki kesempurnaan etis dan hadir sebagai pelengkap sekaligus sosok inti kebatinan subjek sebagai dalang, dengan demikian ditemukan bahwa makna spiritualitas tokoh wayang Semar bagi dalang adalah pemandu kehidupan

    Pengalaman Berkreasi Fotografer Model: Pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis

    Full text link
    Fotografer model merupakan profesi yang pekerjaannya adalah memotret model. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dunia pengalaman berkreasi fotografer model ketika memotret seorang model. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang fotografer model yang memiliki pemahaman mengenai fotografi dan sering memotret model. Penelitian ini mendasarkan diri pada pendekatan fenomenologis, khususnya Interpretative Phenomenologycal Analysis (IPA). Metode ini dipilih karena adanya prosedur yang terinci dalam menganalisis data. Prosedur tersebut menghasilkan kedalaman terhadap pengalaman, peristiwa unik, dan pemikiran yang dimiliki subjek melalui wawancara. Peneliti menemukan bahwa dalam pengalaman berkreasi subjek terdapat tiga pokok, yaitu terdiri dari: insight menjadi fotografer, proses berkreasi dalam memotret model dan konsekuensi positif dari memotret. Peneliti menemukan bahwa pengalaman berkreasi memotret tidak terpisah dari awal masuk menjadi fotografer, sehingga mempengaruhi proses berkreasi memotret yang berbeda-beda saat memotret seorang model, sehingga karya-karya yang dihasilkan memiliki keunikan masing-masing. Dari pengalaman berkreasi itu subjek memperoleh konsekuensi nilai-nilai yang positif untuk menjalani kehidupan

    Pengalaman Ibu Dengan Anak Adhd

    Full text link
    Salah satu kebahagiaan terbesar dari suatu keluarga adalah saat seorang istri dinyatakan mengandung. Sebagai orangtua, ibu memiliki simbiosis emosional dengan anak sehingga dapat mengalami tingkat stres yang lebih tinggi saat mengasuhnya. Parenting stress adalah suatu rangkaian proses yang mengarah pada permasalahan kondisi psikologis dan munculnya reaksi fisiologis dari USAha adaptasi terhadap tuntutan sebagai orangtua. Penelitian ini bertujuan memahami pengalaman ibu yang memiliki anak dengan diagnosis attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Penelitian ini berguna untuk menggambarkan proses penyesuaian respons sosial dari ibu yang mengasuh anak ADHD dengan fluktuasi emosional. Peneliti kualitatif ini menggunakan metode fenomenologis dengan pengkhususan pada Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Pendekatan IPA dipilih karena fokusnya pada proses interpretatif dalam memahami pengalaman subjek secara idiografis. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga ibu yang memiliki anak dengan dugaan ADHD dan berdomisili di Solo. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan mengalami fluktuasi emosional yang disebabkan oleh parenting stress selama menyesuaikan diri terhadap respons sosial. Transkrip wawancara dianalisis untuk mendapatkan tema-tema yang terdiri dari 12 tema super-ordinat yang kemudian dikelompokkan dalam empat tema pokok, diantaranya (1) upaya penanganan profesional; (2) pemahaman karakteristik hiperaktif; (3) fluktuasi emosional; serta (4) penyesuaian terhadap respons sosial
    corecore