148 research outputs found

    Demand for Inputs and Supply of Rice Under Risk and Selectivity Bias: a Study of Indonesian Farmers

    Full text link
    IndonesianPengambilan keputusan dalam proses produksi pertanian pada umumnya dilakukan secara beruntut mengingat akan adanya senjang waktu antara saat input dialokasikan dengan saat realisasi produksi. Studi tentang bagaimana prilaku petani dalam membuat keputusan dalam memilih jenis varitas dan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi yang penuh dengan resiko, dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang bagaimana petani bereaksi terhadap kebijakan pertanian yang berkaitan dengan harga dan investasi di Indonesia. Dari hasil analisis fungsi logit, dapat diidentifikasikan bahwa peluang petani untuk mendapatkan hasil panen padi yang tidak baik sangat ditentukan oleh besarnya frekuensi kekeringan dan serangan hama disuatu lokasi. Penelitian ini selanjutnya menggunakan peubah frekuensi serangan hama dan kekeringan sebagai peubah yang menggambarkan besarnya resiko berproduksi tanaman padi. Dari hasil analisis fungsi probit dapat ditunjukkan bahwa petani cenderung menjadi enggan resiko ketika mereka memilih varitas padi. Kenyataan ini dapat dipahami mengingat bahwa untuk menanam padi, khususnya dengan varitas unggul, petani harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk tenaga kerja dan pembelian pupuk jika dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan jika ia menanam varitas padi lokal. Analisis permintaan "ex-ante menunjukkan bahwa tenaga kerja dapat dipandang sebagai input yang cenderung memperkecil resiko berproduksi padi varitas unggul. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa pupuk adalah input yang cenderung meningkatkan resiko berproduksi baik untuk padi unggul maupun padi lokal. Sehubungan dengan analisis fungsi permintaan yang telah memperhitungkan efek bias dalam pemilihan varitas padi dapat ditunjukkan bahwa terjadi korelasi positif antara besarnya jumlah pupuk yang diminta dengan variabel yang menunjukkan efek bias dalam pemilihan varitas (VRSBT) tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengabaikan pengaruh efek bias pemilihan varitas dapat mempengaruhi keabsahan dalam pendugaan parameter fungsi permintaan pupuk

    Arah Kebijakan Kerja Sama Pertanian Indonesia di Kawasan Asia Pasifik

    Full text link
    Di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak dapat lagi dielakkan pentingnya menjalin kerja sama antarnegara dalam rangka mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan bersama. Salah satu kerja sama Internasional yang berkembang saat ini di kawasan Asia Pasifik adalah Association of South East Asian Nations (ASEAN) dan Asia Pasific Economic Coorperation (APEC). Pemikiran akan pentingnya menjalin kerja sama, khususnya di bidang pertanian merupakan salah satu upaya merespon berbagai tantangan di era globalisasi dimana masing-masing negara di kawasan Asia Pasifik memiliki kelebihan dan kekurangannya. Tulisan ini bertujuan menganalisis kesiapan pertanian Indonesia serta mereview beberapa kerja sama Internasional yang dibangun di kawasan Asia Pasifik. Dengan kerangka analisis yang didasarkan pada teori-teori kerja sama Internasional, diperoleh gambaran bahwa sektor pertanian Indonesia masih memerlukan upaya pembenahan/ dan pemberdayaan karena USAha pertanian saat ini masih didominasi oleh USAha dengan skala kecil, modal yang terbatas, dan penggunaan teknologi yang masih sederhana. Sebagian besar produk ekspor pertanian juga masih memerlukan upaya peningkatan daya saing. Meskipun demikian prospek kerja sama di kawasan Asia-Pasifik sangat menjanjikan. Kerja sama perdagangan dan investasi yang lebih terbuka di kawasan Asia Pasifik akan membuka peluang pasar bagi produk pertanian Indonesia sehingga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta meningkatkan standar hidup masyarakat Indonesia dan negara lainnya di kawasan Asia Pasifik. Untuk menciptakan peluang baru serta pasar baru di kawasan Asia, dibutuhkan adanya strategi mencakup empat hal yang saling terkait yakni bagaimana meningkatkan akses pasar, meningkatkan investasi, mengembangkan kerja sama teknik (technical cooperation) serta penguatan fungsi diplomasi pertanian sebagai faktor pelancar Indonesia dalam menghadapi berbagai kerja sama di bidang pertanian saat ini dan ke depan

    Kebijakan Harga Beras Ditinjau dari Dimensi Penentu Harga

    Full text link
    Rice is a staple food for most of Indonesian and becoming a quasi-public commodity. The government of Indonesia is implementing rice price policies in achieving domestic rice price stability. Floor price policy aims at protecting farm-gate price, while ceiling price aims at protecting price at consumers' level. This paper aims to discuss a conceptual review of rice price policies. The current rice price policies lead to policies that take into account some dimensions of the determining factors, namely the dimensions of products, varieties, qualities, and levels in marketing chain. Existing rice price policies were governed by the segmented regulations. A comprehensive rice price policy is required to improve effectiveness and efficiency of the policies. It is necessary to formulate a policy capable of harmonizing the relationship between producer farmers, processing industries, marketing institutions, and consumers in a supply chain system

    Visual Basic Version 6.0 Application for Admission in Reservation System Pt.abc

    Full text link
    Writing is about the problems that arise in the ticket reservation system. The authorproposes an application to solve the problem while improving service quality ticketreservation system.With this application you can quickly find out which seats are still vacant so as tospeed the process of ticket reservation services. Attached to the end writing programsto support the application

    Dampak Kebijakan Harga Pangan Dan Kebijakan Moneter Terhadap Stabilitas Ekonomi Makro

    Full text link
    EnglishThe relatively high share of food expenses in household expenditure indicates that contribution of food prices to the inflation rate is still quite high. Inflation and its fluctuations are important variables affecting macroeconomic stability. Therefore, stabilizing food prices, which could lead to a more stable inflation, might potentially result in a more stable macroeconomy. Food price policy might play important role in stabilizing food prices; but could also disturb the stability if implemented improperly. This paper aims at analyzing effects of food price as well as monetary policies on macroeconomic indicators. For this analysis, quarterly data of the period 1980.1 to 2004.4 were utilized. The study used a Vector Error Correction Model (VECM), from which Impulse Response Function (IRF) analyzes were carried out. The results suggest that: (1) food price policy could not cause instability of macroeconomy, and (2) food price policy could not affect the unemployment rate, while monetary policy could do.IndonesianMasih besarnya pangsa pengeluaran pangan pada sebagian besar kelompok masyarakat berarti bobot inflasi kelompok pangan terhadap inflasi masih cukup besar. Inflasi dan fluktuasinya dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi makro. Jadi stabilitas harga pangan dan harga-harga di tingkat makro secara potensial dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan harga pangan. Namun, kebijakan harga pangan yang tidak tepat dapat juga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi makro. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan harga pangan dan kebijakan moneter terhadap keseimbangan dan stabilitas indikator-indikator ekonomi makro. Data yang digunakan merupakan data sekunder deret waktu triwulanan untuk periode 1980.1 - 2004.4. Analisis data menggunakan model VECM (Vector Error Correction Model) dan teknik IRF (Impulse Response Function). Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan harga pangan tidak menyebabkan instabilitas ekonomi makro, sedangkan kebijakan moneter menyebabkan peningkatan angka pengangguran
    • …
    corecore