25 research outputs found
Manajemen Lalu Lintas Akibat Trem Di Jalan Raya Darmo Surabaya
Permasalahan transportasi di kota Surabaya salah satunya adalah kemacetan, sarana transportasi massal (trem) dengan kualitas baik, aman dan nyaman bagi pengguna adalah solusi yang bisa dikembangkan. Akibat adanya trem kinerja lalu lintas mengalami Perubahan dan perlu dianalisis serta dilakukan manajemen lalu lintas. Kondisi lalu lintas setelah adanya trem dapat dilakukan dengan mengurangi arus lalu-lintas pada kondisi puncak yang dikalikan dengan probabilitas perpindahan angkutan pribadi ke trem sebagai demand trem sebesar 20 % masing-masing untuk mobil dan sepeda motor serta pengurangan lajur untuk trem sedangkan manajemen lalu lintas menggunakan teori Traffic Demand Management (TDM) dengan beberapa syarat sehingga akan terjadi pengurangan volume lalu lintas sebesar 35%. Derajat Kejenuhan (DS) di Jalan Raya Darmo pada simpang, ruas dan jalinan sebelum dan sesudah adanya trem nilainya rata-rata diatas 0,75 dan setelah dilakukan manajemen lalu lintas nilainya DS<0,75 sedangkan untuk manajemen u-turn diperlukan rambu lampu lalu lintas menggunakan detector agar tidak terjadi konflik dengan trem dengan indikator nilai waktu tunggu serta headway trem
Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang - Kepanjen
Dengan semakin pesatnya perkembangan perekonomian di propinsi Jawa Timur, khususnya di area Malang Raya mengakibatkan tingginya perpindahan orang maupun barang di area tersebut. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan alat transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan mereka. Sehingga P.T. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VIII akan mengoperasikan kereta api komuter Lawang-Kepanjen. Akan tetapi saat ini sebagian besar pengguna kereta api komuter masih mengalami beberapa aspek negatif yaitu seringnya terjadi keterlambatan dan kapasitas tempat duduk yang masih kurang memadai sehingga mengurangi tingkat Kenyamanan. Oleh karena itu, diperlukan analisa studi tentang demand kereta api komuter Lawang-Kepanjen. Dengan studi ini diharapkan agar para calon penumpang dapat memperoleh Kenyamanan sesuai yang diharapkan. Pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah menganalisis demand yang ada, tarif yang diinginkan masyarakat, menganalisis kapasitas kendaraan dan load factor, serta menganalisis tingkat Kenyamanan kendaraan. Sehingga perlu diadakan survei traffic counting, survei asal tujuan, dan survei stated preference dalam penulisan Tugas Akhir ini. Dalam perhitungan demand digunakan metode selisih cost dan metode ratio cost. Faktor yang berpengaruh dalam perhitungan demand ini antara lain asal-tujuan kepergian responden, waktu tempuh kepergian, biaya yang dikeluarkan, frekuensi kepergian, dan minat responden untuk pindah moda menggunakan kereta api komuter ini.Dari hasil analisa didapatkan besar demand untuk kereta api komuter Lawang-Kepanjen ini pada weekend untuk arus Kepanjen-Lawang sebesar 927 orang, dan arus Lawang-Kepanjen sebesar 746 orang. Sedangkan pada weekdays untuk arus Kepanjen-Lawang sebesar 1034 orang dan arus Lawang-Kepanjen sebesar 486 orang. Masyarakat calon pengguna potensial kereta komuter ini mayoritas lebih menyukai pilihan alternatif tarif Rp 2.000 dengan waktu tempuh 90 menit. Load factor rata-rata masyarakat yang berminat pindah moda ke kereta komuter ini pada weekend adalah 0,149 dan pada weekdays adalah 0,104. Kenyamanan tempat duduk adalah 0,306 m2/space, dan Kenyamanan berdiri dari hasil analisa didapat 0,383 m2/space.
Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Sriwedari Ekspress Jurusan Solo - Yogya
Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya – Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan. Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya – Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Namun untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan Surat Keterangan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, perlu ditinjau dari segi faktor muat, jumlah penumpang yang diangkut, waktu tunggu penumpang, ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta dan Kenyamanan penumpang. Dalam penelitian digunakan metode survey untuk mendapatkan nilai – nilai dari kinerja kereta api Sriwedari berupa survey observasi atau pengamatan lapangan. Adapun analisis yang digunakan untuk perhitungan waktu tempuh, waktu henti dan waktu tunda menggunakan uji hipotesis 1 sample t-test, karena uji ini paling memenuhi untuk melihat diterima atau tidaknya keterlambatan dari waktu kereta. Sedangkan untuk perhitungan load factor dan Kenyamanan duduk dan berdiri berdasarkan perhitungan kapasitas dari Vukan R. Vuchic. Dari hasil analisis didapatkan waktu tempuh rata-rata untuk arah Yogyakarta selama 1 jam 14 menit dan untuk arah Solo selama 1 jam 12 menit. Waktu henti yang didapat dari seluruh jadwal perjalanan kereta arah Yogyakarta sebesar 3 menit, untuk arah Solo sebesar 5 menit. Waktu tunda dari seluruh perjalanan kereta Api Sriwedari untuk arah Yogyakarta didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit, untuk arah Solo didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Angka Kenyamanan untuk ruang berdiri sebesar 0,25 m2/space, dan angka Kenyamanan ruang duduk 0,203 m2/space. Kapasitas kereta api sebesar 680 penumpang. Load factor per kereta tertinggi untuk arah Solo terdapat pada nomor seri kereta AC 208 dengan load factor sebesar 57%, untuk arah Yogyakarta load factor tertinggi terdapat pada kereta dengan nomor seri AC 225 dengan load factor sebesar 55%. Load factor per ruas tertinggi arah Solo terdapat pada ruas Yogyakarta - Klaten sebesar 44%, sedangkan arah Yogya terdapat pada ruas Solo – Klaten sebesar 46%
Validasi Persamaan Korelasi Antara Nilai International Roughness Index (Iri) Dengan Nilai Kerusakan (Nk) Jalan: Studi Kasus Jalan Tol Surabaya-gempol
Parameter kondisi perkerasan jalan seperti International Roughness Index (IRI) dan Nilai Kerusakan (NK) jalan sangat jamak digunakan untuk menentukan kinerja pelayanan ruas jalan selain parameter dari sisi lalu lintas. Selain dipakai sebagai kinerja pelayanan jalan, IRI dan NK juga banyak dipakai sebagai input dalam penghitungan Biaya Operasi Kendaraan. Penentuan nilai IRI umumnya cukup sulit dari segi biaya karena harus menggunakan peralatan yang hanya bisa didapatkan di tempat tertentu saja, sementara itu Nilai Kerusakan relatif mudah untuk dilaksanakan.Kartika, dkk (2005) telah berhasil menunjukkan hubungan antara nilai IRI dengan NK yaitu dengan persamaan; IRI=7,765(NK)0,0891. Namun demikian persamaan tersebut dirasa kurang valid mengingat nilai validitasnya (R2) hanya sebesar 0,3215. Hal ini kemungkinan disebabkan dalam menentukan persamaan tersebut belum dilakukan uji korelasi yang cukup terhadap variabel-variabel jenis kerusakan yang terjadi. Artinya semua kategori kerusakan dimasukkan dalam penentuan persamaan tersebut tanpa melihat apakah semua jenis bebar-benar berpengaruh atau tidak.Setelah mempertimbangkan jenis-jenis kerusakan yang paling berpengaruh dengan menggunakan analisis faktor dan analisis korelasi, maka bentuk persamaan yang baru adalah; IRI=7 + 0,066NKRetak + 3,340NKPenurunan + 0,296NKShoving + 0887NKPothole…(R2=0,571
Perancangan Jalan Rel dan Geometri Trase dari Ponorogo – Slahung untuk Reaktivasi
Moda transportasi kereta api menjadi salah satu jenis transportasi darat yang cukup penting di Indonesia. Melalui Departemen Perhubungan, pemerintah telah menyusun program revitalisasi pembangunan infrastruktur transportasi kereta api. Adapun tujuan pengaktifan kembali jalur rel kereta api Ponorogo-Slahung diharapkan dapat terjadi penurunan volume kepadatan kendaraan dengan mengalihkan pengangkutan barang dari menggunakan truck menjadi menggunakan kereta api. Metode yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini adalah mengidentifikasi masalah yang terjadi pada saat ini di lokasi reaktivasi, mencari beberapa studi literatur yang terkait untuk menambah informasi apa saja yang perlu dilakukan untuk membantu pengerjaan tugas akhir, mengumpulkan data primer melalui survei pengamatan lapangan (Recognaisance Survey) yang dibutuhkan seperti kondisi rel eksisting, stasiun yang dilalui, dan tata guna lahan, melakukan pengumpulan data sekunder seperti peta topografi, data kereta api penumpang, brosur bantalan, dan data lokomotif yang digunakan untuk perhitungan konstruksi jalan rel. Kemudian melakukan pengolahan data, evaluasi kondisi eksisting dan konsep reaktivasi. Setelah itu melakukan analisis perancangan geometri menggunakan TCRP report 155 untuk perhitungan geometri yaitu berupa alinyemen horizontal untuk proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal yang terdiri dari garis lurus dan lengkungan, dari perhitungan geometri juga didapatkan alinyemen vertikal yaitu proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan rel. Melakukan perhitungan kontruksi jalan rel berupa bantalan, ballas, subbalas, profil rel, sambungan, penambat, dan wesel. Dari hasil analisis perhitungan, didapatkan trase yang digunakan yaitu trase eksisting dengan menggunakan kereta LRT sebagai alternatif. Berdasarkan perhitungan geometrik rel dengan desain kecepatan 40 km/jam dan lengkung horizontal direncanakan berupa S-C-S dengan jumlah 9 tikungan. Untuk perhitungan konstruksi jalan rel menggunakan jenis rel 115 RE berdasarkan TCRP report 155, bantalan beton menggunakan produk dari PT. WIKA BETON yaitu tipe S-35 dengan panjang bantalan untuk lebar sepur 1435 mm yaitu 2440 mm
Perencanaan Gedung Park And Ride di Stasiun Maguwo YOGYAKARTA untuk Mendukung Beroperasinya KRL Solo - YOGYAKARTA
KRL Commuter Line Solo – Yogyakarta adalah jaringan kereta komuter di Indonesia yang menghubungkan dua wilayah penting yakni Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta. Namun dalam pemilihan sistem transportasi, masyarakat di DI Yogyakarta lebih memilih kendaraan pribadi atau single occupancy vehicle (SOV) dibandingkan Fasilitas transportasi umum yang sudah tersedia. Hal tersebut menjadi penyebab kemacetan yang terjadi di pusat kota Yogyakarta. Untuk memaksimalkan tingkat pelayanan KRL, gedung Park and Ride sebagai Fasilitas pendukung di Stasiun Maguwo Yogyakarta dapat menarik pengguna SOV untuk menggunakan KRL yang merupakan high occupancy vehicle (HOV). Dalam perencanaan gedung Park and Ride ini diperlukan beberapa data pendukung. Data didapatkan dengan melakukan survei kuesioner penumpang di lokasi perencanaan, wawancara, instansi-instansi terkait, studi literatur, dan dari internet. Dari hasil pengolahan data tersebut didapatkan jumlah demand calon pengguna Fasilitas Park and Ride untuk sepeda motor sebesar 388 kendaraan sedangkan untuk mobil pribadi sebesar 140 kendaraan dengan umur rencana hingga tahun 2031 (10 tahun). Dari jumlah demand tersebut direncanakan gedung Park and Ride yang dapat menampung 396 sepeda motor dan 160 mobil dengan jumlah lantai parkir total 6 lantai