19 research outputs found
Keefektifan penambahan ekstrak jahe (Zingiber oficinale) 1 gram pada kombinasi ondansetron 8 mg dan deksametason 8 mg untuk profilaksis emesis akut pada kemoterapi berbasis cisplatin
Angka harapan hidup penderita karsinoma serviks uteri stadium awal yang diberikan terapi operasi Wertheim dan kemoradiasi di RSUP DR. Sardjito
PERBEDAAN DENSITAS TULANG DENGAN MENGGUNAKAN DENSITOMETRI ULTRASONOGRAFI PADA PENGGUNA KONTRASEPSI DEPO MEDROKSIPROGESTERON ASETAT DAN KONTRASEPSI NON HORMONAL
Latar Belakang: Pertentangan tentang pengaruh pemakaian DMPA
dalam jangka panjang terhadap densitas tulang sampai saat ini masih
merupakan suatu pertanyaan yang masih diperdebatkan. Penurunan
densitas tulang dapat menjadi faktor risiko terjadinya fraktur di masa
mendatang.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan densitas tulang pada pengguna
kontrasepsi DMPA dan kontrasepsi non hormonal.
Desain Penelitian: Studi observasional potong lintang.
Material dan Metode: Penelitian dilakukan di Puskesmas Jetis
Yogyakarta, dari bulan Juli sampai dengan september 2012. Pemeriksaan
densitas tulang diperiksa pada tulang calcaneus kanan dengan
menggunakan Portable Quantitative Ultrasounds (QUS) AOS-100 (Aloca
Co, Ltd, Japan). Outcome adalah densitas massa tulang. Disebut massa
tulang rendah jika T-score kurang dari -1. Analisis data menggunakan chisquere
dan regresi logistik dengan menggunakan SPSS 19.
Hasil: Diperoleh 151 responden yang memenuhi kriteria kelayakan.
Didapatkan 78 (51,7%) responden yang mengalami densitas tulang
rendah. Paritas tidak mempengaruhi densitas mineral tulang. Jenis
kontrasepsi DMPA akan meningkatkan kejadian densitas mineral tulang
rendah 3,72 kali dibandingkan dengan peserta penelitian yang memakai
kontrasepsi non hormonal dan secara statistik bermakna dengan RR 3,72
(2,38 � 5,83) p=0,001). BMI rendah mempunyai kecenderungan memiliki
DMT rendah 1,78 kali dengan RR 1,78 (1,17 � 2,69) p=0,002. Umur 36 �
50 tahun mempunyai kecenderungan memiliki DMT rendah 1,35 kali
dengan RR 1,35 (1,00 � 1,82) p=0,01. Lama pemakaian DMPA
mempunyai kecenderungan memiliki DMT rendah 1,27 kali dengan RR
1,27 (1,01 � 1,63) p=0,03. Persamaan dari regresi logistik yang dihasilkan
yaitu densitas tulang (y) = (-2,386) + 1,300 (BMI) + 2,745 (Jenis
kontrasepsi) + 0,189 (Umur) + 0,211 (Lama pemakaian).
Kesimpulan: Kejadian Densitas tulang rendah lebih banyak terjadi pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi DMPA. Jenis kontrasepsi dan BMI
mempunyai korelasi terhadap densitas massa tulang dan bermakna
secara statistik
Perbandingan ketahanan hidup penderita karsinoma ovarii stadium IA dan IC yang dilakukan bedah konservatif dan bedah radikal di RSUP Dr Sardjito
Perbandingan angka harapan hidup antara penderita karsinoma serviks uteri yang dilakukan terapi kombinasi operasi Wertheim dan kemoradiasi dengan Wertheim
Perbandingan Risk of Malignancy Index (RMI) 4 dan 3 sebagai Uji Diagnostik Keganasan Tumor Ovarium
Background: Ovarian tumors are often found with non-specific symptoms. Approximately 24% of ovarian tumors occurring in premenopausal women ages are malignant, and in postmenopausal women reaches 60%. RMI, consisting of menopausal status, serum CA 125 levels, and ultrasound is used to detect malignant ovarian tumors. RMI 4 is RMI 3 plus the size of the tumor, and the cutoff point used is 450. Objective: To compare RMI 4 and 3 as diagnostic tests for ovarian malignancy. Methods: This study is an observational study design. The study population was patients with ovarian tumors in Gynecology-Oncology Clinic at Sardjito Hospital Yogyakarta within the period from January 1st, 2010 to December 31th, 2010. All patients with ovarian tumors who have been done ultrasound, CA-125 examination, and laparotomy are included in the study. Results: A hundred cases meet the above criteria. RMI 3 shows sensitivity 80.6%, specificity 66.6%, positive predictive value 83.1% and negative predictive value 62.9%. Those for RMI 4 are 84.8 %, 75.8%, 87.7%, and 71.4% respectively. The area of ROC curve for RMI 4 is wider compared with the RMI 3, signifying that the used of RMI 4 is more accurate than RMI 3. Conclusion: the used of RMI 4 is more accurate than RMI 3 to diagnose ovarian malignanc
PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIBERIKAN KEMORADIASI BERBASIS CISPLATIN DENGAN CISPLATIN TUNGGAL DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Objective: Comparing the quality of life in patients with cervical cancer given
Cisplatin-based versus single Cisplatin chemoradiation and risk factors that
influencing.
Material dan Method: A retrospective cohort study design in 146 patients
with cervical cancer. Seventy three patients in each group have completed 1
series of weekly Cisplatin + 5-FU or 3 weekly Cisplatin chemoradiation at
Sardjito Hospital Yogyakarta. For assessing the quality of life, the author used
EORTC QLQ-C30 and QLQ-CX24. Data distribution was analytically tested
by Kolmogorov-Smirnov. Categorical data were tested with Chi-Square, while
continous data with Mann-Whitney test. Multivariable analysis used logistic
regression.
Result: The results of Mann-Whitney test found significant mean difference
almost in all items, except for item of diarrhea in QlQ-C30 and sexual/vaginal
function item in QLQ-CX24. The mean value of quality of life in Cisplatin + 5-
FU is higher than single Cisplatin (72.60 + 16.98 vs 62.22 + 16.73). We
found relationship of high quality of life in Cisplatin + 5-FU chemoradiation
1.73 times than single Cisplatin (RR 1.7