8 research outputs found

    EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA PADI ORGANIK MENGGUNAKAN METODE ELECTRE

    Get PDF
    Pertanian berkelanjutan memiliki urgensi dalam perbaikan kualitas lahan dan potensi untuk meningkatkan pasokan pangan sehat. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan sebagai sarana penting untuk menilai kualitas kesesuaian lahan dalam budidaya pertanian. Khususnya budidaya padi organik memiliki kriteria-kriteria kesesuaian lahan seperti temperatur, curah hujan, kedalaman tanah, pH, c-organik, lereng, tingkat erosi, periode transisi organik yang berdampak pada hasil rangking dan kelas kesesuaian lahan. Delapan lahan pertanian organik digunakan sebagai alternatif yaitu Sawangan, Mangunsari, Tirtosari, Podosoko, Butuh, Krogowanan, Kapuhan, dan Jati. Metode pengambilan keputusan multi criteria (MCDM) yang berfokus pada eliminasi alternatif-alternatif berdasarkan kesesuaian dan ketidaksesuaian yakni Elimination Et Choix Tradusiant la REalite (ELECTRE) digunakan dalam hubungan perangkingan. Sistem pendukung keputusan (SPK) berbasis web dibuat untuk mempercepat integrasi pengolahan data dan menyajikan informasi yang aktual dari proses seleksi kesesuaian lahan. Implementasi DSS dengan Metode ELECTRE untuk evaluasi kesesuain penggunaan lahan pada budidaya padi organik menghasilkan rangking alternatif terbaik yaitu Tirtosari dengan nilai Ekl=5 dan korelasi rank spearman dari hasil perbandingan sistem dengan data pakar menunjukkan rs=0.95. Hasil penelitian ini menunjukan integrasi web dengan ELECTRE cukup efektif diterapkan untuk pengambilan keputusan dalam pertanian organik. Kata kunci: pertanian berkelanjutan, padi organik, ELECTRE, SPK, kesesuaian lahan. Sustainable agriculture has an urgency in improving land quality and the potential to increase the supply of healthy food. Land-use suitability evaluation as an important tool for assessing the quality of land suitability in agricultural cultivation. Especially organic rice cultivation has land suitability criteria such as temperature, rainfall, soil depth, pH, c-organic, slopes, erosion level, organic transition periods that have an impact on ranking results, and land suitability classes. Eight organic agricultural lands are used as alternatives, namely Sawangan, Mangunsari, Tirtosari, Podosoko, Butuh, Krogowanan, Kapuhan, and Jati. The multicriteria decision-making (MCDM) method that focuses on eliminating alternatives based on concordance and discordance namely Elimination Et Choix Tradusiant la REalite (ELECTRE) is used in ranking relationships. A web-based decision support system (DSS) was created to accelerate the integration of data processing and present actual information from the land suitability selection process. The implementation of DSS with the ELECTRE Method for land-use suitability evaluation in organic rice cultivation produces the best alternative ranking, Tirtosari with Ekl = 5 and Spearman rank correlation from the system comparison results with expert data shows rs = 0,95. The results of this study indicate that the integration of the web with ELECTRE is quite effectively applied for decision making in organic agriculture. Keywords: sustainable agriculture, organic rice, ELECTRE, DSS, land suitabilit

    PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI PERKEBUNAN KARET DI KABUPATEN MERAUKE BERBASIS AHP TOPSIS

    Get PDF
    Penentuan lokasi perkebunan karet memiliki pengaruh dan manfaat sangat penting untuk mencapai produktifitas lahan yang optimal dan untuk memastikan pertumbuhan lahan karet yang keberlanjutan sehingga membutuhkan informasi yang efektif dalam pengambilan keputusan. AHP TOPSIS merupakan suatu metode pendukung keputusan untuk mencari alternatif terdekat dengan menunjukan nilai alternatif solusi ideal positif dan solusi ideal negatif untuk mendapatkan alternatif terbaik, dimana metode AHP digunakan untuk memberikan nilai bobot dari kriteria dan TOPSIS untuk memperoleh perangkingan dari setaiap alternatif. Penelitian ini melakukan seleksi alternatif terbaik menggunakan penerapan metode AHP diintergrasikan dengan TOPSIS untuk menilai delapan kriteria dan enam alternatif dalam penentuan lokasi ideal perkebunan karet di Kabupaten Merauke. Hasil menunjukan bahwa dari enam alternatif lokasi, Distrik Tanah miring merupakan lokasi terbaik dengan nilai bobot 0,7658 dan Distrik Sota dengan nilai bobot 0,7392. Hal ini menunjukan bahwa Distrik Tanah Miring dan Distrik Sota merupakan prioritas yang paling penting dalam penentuan lokasi ideal perkebunan karet di Kabupaten Merauke. Kata kunci: Penentuan lokasi, perkebunan karet, AHP TOPSIS. Decision rubber plantation location have a respect and interesting benefit for growing optimal land productivity and for ensure rubber plantation growing to sustanible. So, Decision maker had need efective information for decision support. The Analytic hierarchy Process (AHP) Technique for Order Preference by Similarity (TOPSIS) is a decision support system method for search the nearest alternative with shows the value idea solution of alternative positive and negative ideal solution to get the best alternative,Which one AHP method used to give value weighting of criteria and TOPSIS used to obtain rangkings of each alternative. This research was conducted to selection best alternative using implementation in AHP method to integration with TOPSIS. This research aims to get rangkings eight criteria and six alternative for determining ideal location of rubber plantations in Merauke regency. In this result shows about six location alternative. Tanah miring district have better than Sora district, there is Tanah Miring district have 0,7658 value and Sota district have 0,7392 value. This result shows Tanah Miring District and Sora district had of priority the interesting of choose ideal location rubber plantation in Merauke regency. Keyword: Determining location, rubber plantation, AHP TOPSI

    SISTEM INFORMASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5 DENGAN ISO 38500

    Get PDF
    Penggunaan sistem informasi dan teknologi informasi pada suatu organisasi sangat dibutuhkan karena sistem informasi sangat berpengaruh dalam menunjang kinerja suatu organisasi. Tata kelola sistem informasi sangat dibutuhkan untuk mencapai penyelenggaraan institusi yang lebih efisien dan efektif. Unit Pelaksanaan Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK) memiliki beberapa bagian divisi yaitu divisi data, sistem informasi dan layanan, dan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan COBIT 5 dengan ISO 38500 untuk audit sistem informasi tata kelola TI pada UPT TIK. Tujuan penelitian ini untuk mengukur tingkat kapabilitas tata kelola TI sehingga dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki sistem tata kelola TI. Data penelitian diperoleh dari UPT TIK berupa visi misi institusi dengan dokumen pendukung antara lain dokumen rencana kerja dan kuesioner. Dari hasil penelitian audit menggunakan COBIT 5 dengan ISO 38500 diperoleh 17 Domain COBIT 5 dengan tingkat kapabilitas 2. Hal ini berarti pada tingkat proses terkelola, institusi telah melakukan perencanaan, pengendalian dan penyesuaian terhadap proses TI yang sedang berlangsung. Penelitian ini menghasilkan nilai GAP sebesar 1 yang diperoleh dari selisih antara target yaitu 3 dengan tingkat kapabilitas sebesar 2. Dengan ini dapat dikatakan bahwa kombinasi COBIT 5 dan ISO 38500 dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki sistem tata kelola TI. Kata Kunci :Tata Kelola, COBIT 5, UPT TIK The usage of information systems and information technology in an organization is essential since information system is very important in supporting the performance of an organization. Information system governance is required to attain more efficient and effective performance of institutions. The technical implementation unit of information technology and communication (UPT TIK) having several divisions that is the data division, information systems and services, and the infrastructure. This study applied COBIT 5 with ISO 38500 to audit information system of IT governance of UPT TIK. The purpose of this research is to measure the capabilities of IT governance so it can be used as reference in improving the information system management. The research data is obtained from UPT TIK in form of the vision and mission of institution with the supporting documents such as the document of work plan and questionnaires. The audit research using COBIT 5 with ISO 38500 obtained 17domains COBIT 5 with a capability level of 2. This means on the managed process level, institution have done planning, control and adjustments to the Information Technology on-going process. This research gained a GAP value of 1 from the margin between the targets of 3 with a capability level of 2. Therefore, it can be described that the combination of COBIT 5 and ISO 38500 can be used as a reference in improving IT governance systems. Keywords :Governance, COBIT 5, UPT TI

    IMPLEMENTASI METODE ELECTRE UNTUK PEMILIHAN LOKASI EVAKUASI BENCANA TSUNAMI BERBASIS WEB

    Get PDF
    Pemilihan lokasi tempat evakuasi becana tsunami yang baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam proses mitigasi bencana. Lokasi yang dipilih akan berpengaruh pada proses evakuasi pada saat sebelum bencana terjadi dan saat bencana itu terjadi. Metode ELimination Et Choix TRadusiant la REalite (ELECTRE) merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menentukan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang dipilih. Dengan menggunakan metode ELECTRE maka dapat menentukan lokasi evakuasi bencana tsunami yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung. Dalam penelitian ini akan melakukan analisis untuk membuktikan bahwa metode ELECTRE dapat digunakan untuk menentukan lokasi evakuasi bencana tsunami dari sejumlah alternatif lokasi dengan kriteria - kriteria yang telah ditentukan dan dengan itu mendapatkan hasil dari analisis dan perhitungan menggunakan metode ELECTRE menghasilkan bahwa lokasi SMP Negeri 12 Bitung dengan memiliki jumlah nilai ekl = 1 sebanyak 6, maka sesuai kesimpulan bahwa lokasi tersebut dijadikan sebagai lokasi terbaik untuk menjadi lokasi titik evakuasi bencana tsunami dengan berdasarkan kriteria – kriteria yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan dalam hal ini BPBD kota Bitung. Kata Kunci: Metode ELECTRE, bencana tsunami, lokasi The selection of good tsunami evacuation sites is one of the factors that influence the disaster mitigation process. ELimination Et Choix TRadusiant la REalite (ELECTRE) method is one of the models that can be used to determine the best alternative of selected alternatives. By using the ELECTRE method it can determine the location of tsunami disaster evacuation in accordance with the criteria that have been determined by the Regional Disaster Management Agency of Bitung City. In this research will conduct an analysis to prove that the ELECTRE method can be used to determine the location of tsunami disaster evacuation from a number of alternative locations with predetermined criteria and thereby get the results of the analysis and calculation using the ELECTRE method resulted that the location of SMP Negeri 12 Bitung with has the total value of ekl = 1 of 6, then according to the conclusion that the location is used as the best location to become the location of the tsunami evacuation point based on the criteria given by the stakeholders in this case BPBD Bitung city. Keywords: ELECTRE method, tsunami disaster, locatio

    Sistem Pendukung Keputusan Monitoring Mahasiswa Menggunakan Metode AHP Dan Promethee

    Get PDF
    Abstract - Decision support systems are widely used for optimization and effectiveness in making a decision in various fields such as in terms of decision making to know students who commit violations. The criteria for doing so is taken from the academic field (index value achievement, long studies, leave and attendance), finance and Student Affairs (mires, drugs and fighting. The methods used for monitoring student’s decision-making are the merger of the two methods, namely the Promethee and AHP method. AHP method used to obtain the relative weighting of each criterion and generate value for subsequent use in eigen promethee method to calculate the value of leaving flow, entering flow and net flow. Search or selection of the students in this study eventually led to a list of students who are given the attention and the handling of its own in order to complete the study in accordance with the rules of the applicable academic. Keywords : Decision Support Systems; AHP; Promethee    Abstrak - Sistem pendukung keputusan secara luas digunakan untuk optimasi dan efektivitas dalam membuat keputusan di berbagai bidang seperti dalam hal pengambilan keputusan untuk mengetahui siswa yang melakukan pelanggaran. Kriteria untuk melakukannya diambil dari bidang akademik (prestasi nilai indeks, studi yang panjang, meninggalkan dan kehadiran), keuangan dan Kemahasiswaan (Mires, obat-obatan dan pertempuran. Metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan monitoring siswa adalah penggabungan dua metode, yaitu Promethee dan AHP metode. metode AHP digunakan untuk mendapatkan bobot relatif dari setiap kriteria dan menghasilkan nilai bagi penggunaan selanjutnya di eigen metode PROMETHEE untuk menghitung nilai meninggalkan aliran, memasuki aliran dan aliran bersih. Cari atau seleksi siswa dalam penelitian ini akhirnya menyebabkan daftar siswa yang diberi perhatian dan penanganan sendiri untuk menyelesaikan studi sesuai dengan aturan akademik yang berlaku.Kata kunci: Sistem Pendukung Keputusan; AHP; Promethe

    SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENENTUAN BLANK SPOT PADA PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN METODE ITERATIVE VARIABLE-DISTANCE BUFFERING

    No full text
    Lampu penerangan merupakan sarana yang sangat penting di jalan umum untuk mengurangi tindak kejahatan dan memberikan rasa aman pengguna jalan, memberikan kontribusi bagi perkembangan dan estetika atau keindahan kota, membantu visualisasi dan pengamatan pengemudi kendaraan bermotor di jalan raya di malam hari, mengurangi tingkat kecelakaan yang mengakibatkan lukaluka, cacat bahkan kematian. Penerangan jalan yang kurang atau tidak ada sama sekali pada ruas jalan disebut sebagai blank spot. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan zona-zona blank spot dan bermanfaat bagi pihak terkait untuk memetakan ruas-ruas jalan yang mengalami blank spot dan menindaklanjuti dengan menyediakan fasilitas penerangan jalan yang memadai di zona-zona blank spot tersebut. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode iterative variable-distance buffering. Untuk mendapatkan titik-titik lampu di sekitar objek jalan dilakukan operasi buffering pada objek jalan yang dilakukan secara iteratif dengan meningkatkan lebar buffer jalan sesuai dengan jarak pencahayaan terbesar dari lampu yang didapatkan dari iterasi sebelumnya. Jarak pencahayaan diperoleh melalui proses variable-distance buffering bergantung pada tipe, daya, kondisi, ketinggian lampu dan kelas fungsi jalan di mana lampu berada. Jarak pencahayaan ini menghasilkan zona penerangan. Terhadap zona penerangan dilakukan proses differencing dengan objek jalan menghasilkan zona blank spot. Penelitian ini menyimpulkan ruas jalan di Kecamatan Ambarawa sangat tidak memadai. Panjang blank spot di ruas jalan arteri primer 9,67 km dari total 10,86 km (89%), blank spot di ruas jalan kolektor primer 2,87 km dari total 3,49 km (82%) sedangkan blank spot di ruas jalan lokal 22,15 km dari total 29,66 km (75%). Kata kunci : variable-distance buffering, differencing, zona penerangan, zona blank spot Lighting is a very important means on public roads to reduce crime and provide a sense of security for road users, contribute to the development and aesthetics of city, help visualize and observe motorized vehicle drivers on the highway at night, reduce the rate of accidents resulting in injuries, disabilities and even death. Road lighting that is lacking or not at all on the road is called a blank spot. This study aims to establish blank spot zones and is useful for relevant parties to map road segments that have blank spots and follow up by providing adequate street lighting facilities in the blank spot zones. This research was conducted in the Ambarawa District, Semarang Regency, Central Java. This study uses the iterative variable-distance buffering method. To get the light points around the road object buffering operations on road objects are carried out iteratively by increasing the width of the road buffer according to the greatest illumination distance from the lamp obtained from the previous iteration. Lighting distance is obtained through a variable-distance buffering process depending on type, power, condition, lamp height and class of road functions where the lamp is located. This lighting distance results in a lighting zone. On the lighting zone differencing processes are carried out with the object of the road producing a blank spot zone. This study concluded that the roads in Ambarawa District were very inadequate. The length of the blank spot on the primary arterial road section is 9.67 km from a total of 10.86 km (89%), the blank spot on the primary collector road sections is 2.87 km from a total of 3.49 km (82%) while the blank spot on the road local sections is 22.15 km from a total of 29.66 km (75%). Keywords: variable-distance buffering, differencing, lighting zone, blank spot zon

    K-MEANS CLUSTERING DAN ALGORITMA KUNANG-KUNANG UNTUK SOLUSI RUTE PATROLI POLISI KEPOLISIAN RESOR MERAUKE

    No full text
    Masalah routing menjadi masalah yang sering dibicarakan. Meminimalkan waktu, kendaraan, atau biaya pengiriman menjadi fokus utama termasuk rute patroli. Rute patroli menjadi penting untuk dibentuk secara optimal agar efektif dalam menindak kejahatan dan menjaga keamanan. Dengan mengadopsi patroli polisi multi agent, penelitian ini menggunakan dua langkah: pengelompokan sasaran patrol polisi menggunakan Algoritma K-Means untuk membatasi daerah Agent Polisi dalam melakukan patroli dan Algoritma Kunang-kunang sebagai algoritma untuk menetapkan rute yang efisien untuk patroli polisi tiap Cluster. Hasil menunjukkan jumlah Firefly mempengaruhi penemuan solusi lebih baik karena jumlah Firefly menentukan variasi model solusi permutasi. Semakin banyak jumlah firefly mengakibatkan semakin banyak solusi permutasi yang di coba, nilai gamma mempengaruhi firefly bergerak dan membentuk variasi rute baru, dan semakin banyak jumlah iterasi mempengaruhi semakin banyak menciptakan variasi rute yang berbeda-beda, maka sistem semakin tepat menemukan solusi permutasi yang terbaik. Variasi model solusi permutasi yang diciptakan Algoritma Kunang-kunang bersifat acak dan memungkinkan model solusi permutasi yang sama terulang kembali. Sedangkan untuk uji akurasi, jumlah Cluster 4 dengan memilih Cluster 4 sebagai bahan uji, didapatkan rute hasil FFA sesuai dengan hasil perhitungan manual yaitu 0.061. Sedangkan untuk hasil pengujian parameter terhadap keseluruhan Cluster berdasarkan percobaan, didapatkan nilai parameter terbaik untuk nilai gamma adalah 0.9, jumlah firefly adalah 20, jumlah iterasi adalah 10, dengan jumlah Cluster adalah 4. K-Means Clustering dan Algoritma Kunang-kunang baik dalam pembagian wilayah patroli dan pembentukan rute patroli yang bersifat acak. Kata Kunci : Rute Patroli Polisi, Algoritma Kunang-kunang, K-Means Clustering Routing problem is a common issue. Minimizing time, vehicles, or shipping costs are the main focus including patrol routes. The patrol route becomes important to be optimally formed to be effective in cracking down on crime and maintaining security. this research uses two steps: grouping targets of police patrols using the K-Means Algorithm to limit the area of Police Agents in conducting patrols and Firefly Algorithm as an algorithm to establish efficient routes for police patrols for each Cluster. By adopting a multi-agent police patrol, this research uses two steps: grouping targets of police patrols using the K-Means Algorithm to limit the area of Police Agents and Firefly Algorithm as an algorithm to establish efficient routes for police patrols for each Cluster. The results show the number of Firefly influences finds a better solution because the number of Firefly determines the variation of the permutation solution model. The more number of firefly results in the more permutation solutions being tried, the gamma value affects firefly to move and forms new route variations, and the more the number of iterations affects the more different variations of routes, the more precise the system finds the best permutation solution. The variation of the permutation solution model created by Firefly Algorithm was random and allows the same permutation solution model to repeat itself. Whereas, test accuracy with the number of Clusters 4 by selecting Cluster 4 as the test material, the FFA results route in accordance with the manual calculation results of 0.061. Whereas for the results of testing the parameters of the entire Cluster based on the experiment, the best parameter values for gamma value is 0.9, the number of firefly is 20, the number of iterations is 10, with the number of Clusters is 4. K-Means Clustering and Firefly Algorithm both in the distribution of patrol areas and the establishment of random patrol routes. Keywords : Police Patrol Routes, Firefly Algorithm, K-Means Clusterin

    SISTEM INFORMASI PEMETAAN DISTRIBUSI GURUMENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERINGDAN METODE ELBOWGUNA MENDUKUNG KEBIJAKAN ZONASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

    Get PDF
    Pemetaan distribusi Guru merupakan upaya mencapai salah satu tujuan kebijakan Zonasi Pendidikan di Indonesia yaitu pemerataan distribusi Guru pada sekolah-sekolah. Pemetaan dilakukan dengan mengelompokkan sekolah berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan Guru, menggunakan metode clustering dengan algoritma K-Means. Algoritma inimemiliki kelemahan pada penentuan jumlah cluster berdasarkan asumsi dan sangat bergantung pada penentuancentroid awal. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, pada penelitian ini digunakan metode Elbow untuk penentuan jumlah clusteroptimal dan perbandingan centroidawal berdasarkan meanataumedian dengan centroid awal secara acak. Hasil penelitian ini adalah Sistem Informasi Pemetaan distribusi Guru yang diujicobakan pada data Sekolah Menegah Atas Negeri (SMAN) di Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga untuk mengetahui sekolah yang kelebihan atau kekurangan Guru kemudian dianalisis pengaruh penggunaan metode pada kinerja sistem. Hasil analisis kinerja sistem pada proses iterasi dengan jumlah clusteroptimal menggunakan metode Elbowdiperoleh efisiensiiterasi 22,86% dengan tingkat heterogenitas cluster sebesar 75,86%, sedangkan penggunaan centroid awal berdasarkan nilai mean atau median diperoleh efisiensi iterasi 25% dengan cluster yang konsisten dibanding dengan menggunakancentroid awal secara acak. Interprestasi hasil cluster yang divalidasi menggunakan Rekapitulasi Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Form R10) menyatakan bahwa cluster satu dengan enam anggota cluster merupakan cluster dengan sekolah-sekolah yang kelebihan dan ketercukupan Guru, cluster dua dengan enam belas anggota cluster merupakan cluster dengan kekurang Guru paling banyak dibandingkan dengan cluster tiga dengan delapan anggota cluster. Kata kunci: metode partisi, K-Means, metode Elbow, optimasi centroid, pemetaan guru Mapping teacher distribution is an effort to achieve one of the objectives of the Education Zoning policy in Indonesia, namely equality of teacher distribution in schools. Mapping is done by grouping schools based on the needs and availability of teachers, using the clustering method with the K-Means algorithm. This algorithm has a weakness in determining the number of clusters based on assumptions and is very dependent on initial centroid determination. To overcome these weaknesses, in this study the Elbow method is used to determine the optimal number of clusters and the comparison of initial centroids based on the mean or median with the initial centroid randomly. The results of this study are the Teacher Distribution Mapping Information System which was tested on State High School (SMAN) data in Semarang City, Semarang Regency, and Salatiga City to find out which schools lack or excess teachers,then analyzed the effect of the use of methods on system performance. The results of the analysis of system performance in the iteration process with the optimal number of clusters using the Elbow method obtained an iteration efficiency of 22.86% with a cluster heterogeneity level of 75.86%, while the use of initial centroids based on the mean or median values obtained 25% iteration efficiency with consistent clusters compared by using random initial centroids. Interpretation of the results of the cluster which was validated using the Data Recapitulation of Educators and Education Personnel (Form R10) states that the cluster one with six cluster members is a cluster with schools with excess and sufficient teachers, cluster two with sixteen cluster members is the cluster with the most teachers lacking compared to cluster three with eight cluster members. Keywords: partition method, K-Means, Elbow method, centroid optimization, teacher mapping
    corecore