8 research outputs found

    HUBUNGAN DERAJAT KLINIS DAN GANGGUAN KOGNITIF PADA PENDERITA PARKINSON DENGAN MENGGUNAKAN MONTREAL COGNITIVE ASSESMENT VERSI INDONESIA (MOCA-INA)

    Get PDF
    Identifikasi secara dini gangguan kognitif pada penyakit Parkinson sangat penting, karena sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita Parkinson. Hal-hal yang menjadi faktor risiko terjadinya gangguan kognitif masih sangat bervariasi, salah satu diantaranya adalah stadium lanjut penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat klinis Parkinson dan gangguan kognitif dengan menggunakan tes Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia ( MoCA-Ina). Desain penelitian adalah Cross Sectional Study, pada 37 subjek penderita Parkinson di Poli penyakit saraf Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya di Makassar, dari bulan Januari hingga Mei 2013. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan instrument tes MoCA-Ina. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan pada penderita penyakit Parkinson (67,6% vs 32,4%). Hubungan antara gangguan kognitif dengan beberapa faktor risiko antara lain jenis kelamin, kelompok umur, hipertensi, DM, dislipidemia, durasi sakit dan depresi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Dengan uji chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara derajat klinis Parkinson dan gangguan kognitif, dengan nilai p 0,003. Unsur kongnitif yang paling banyak terganggu adalah fungsi eksekutif dan atensi. Penelitian ini menerangkan bahwa semakin berat derajat klinis penyakit Parkinson semakin besar kejadian gangguan kognitif

    HUBUNGAN ANALISIS REAKTIVITAS SEREBROVASKULAR PENDERITA MIGREN DENGAN AURA FASE INTERIKTAL DENGAN PEMERIKSAAN SONOGRAFI MENGGUNAKAN TRANSCRANIAL DOPPLER

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menganalisis reaktivitas serebrovaskular dengan stimulasi\ud hiperventilasi dan tahan napas pada penderita migren dengan aura fase interiktal dibandingkan dengan kontrol sehat. Subyek penelitian sebanyak 11 orang penderita migren dengan aura fase interiktal yang berobat ke poliklinik saraf RS Akademis Makassar yang memenuhi kriteria inklusi, dan eksklusi, dan 16 orang subyek sehat sebagai kontrol disesuaikan usia dan jenis kelaminnya. Penelitian dilakukan sejak Nopember 2011 sampai Maret 2012. Data kecepatan aliran darah ratarata arteri serebri media saat bernapas biasa, hiperventilasi, dan tahan napas diperoleh dari pemeriksaan menggunakan TCD. Reaktivitas serebrovaskular didapatkan dengan perhitungan rumus tertentu. Hasil penelitian menunjukkan reaktivitas serebrovaskular penderita migren dengan aura fase interiktal pada sisi nyeri secara signifikan lebih rendah (38,52??13,89%) dibandingkan sisi tidak nyeri (50,30??11,43%), dan kontrol sehat (50,55??7,90%), dengan nilai p masing-masing 0,015, dan 0,021. Perbedaan tidak bermakna reaktivitas serebrovaskular antara penderita migren dengan aura fase interiktal pada sisi tidak nyeri dengan kontrol sehat (p 0,947). Pada penderita migren dengan aura ditemukan penurunan reaktivitas serebrovaskular pada sisi nyeri, diduga berperan terhadap timbulnya migren dengan aura

    REAKTIVITAS SEREBROVASKULAR PENDERITA MIGREN DENGAN AURA DAN MIGREN TANPA AURA FASE INTERIKTAL DENGAN PEMERIKSAAN SONOGRAFI MENGGUNAKAN TRANSCRANIAL DOPPLER

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menganalisis reaktivitas serebrovaskular dengan stimulasi hiperventilasi dan tahan napas pada pasien migren dengan aura dan tanpa aura fase interiktal. Penelitian ini dilakukan dengan studi komparatif terdiri dari 11 penderita migren dengan aura dan 22 penderita migren tanpa aura di Rumah Sakit Jaury Akademis sejak November 2011 sampai Maret 2012. Menggunakan Transcranial Doppler, dinilai perubahan aliran darah rata-rata arteri serebri media saat basal, hiperkapnia dan hipokapnia. Reaktivitas serebrovaskular dinilai dengan rumus tertentu.\ud Hasil penelitian menunjukkan reaktivitas serebrovaskular penderita migren dengan aura fase interiktal sisi nyeri lebih rendah (38,18 ?? 14,01 %) dibanding sisi tidak nyeri (49,82 ?? 11,37 %) dan penderita migren tanpa aura sisi nyeri lebih tinggi (49,55 ?? 17,24 %) dibanding sisi tidak nyeri (44,86 ?? 18,66 %). Pada penderita migren dengan aura fase interiktal sisi nyeri lebih rendah dibanding sisi yang sama pada penderita migren tanpa aura, sedangkan pada sisi tidak nyeri tidak berbeda antara migren dengan aura dan migren tanpa aura. Perbedaan yang bermakna didapatkan pada penderita migren dengan aura yang lebih rendah pada sisi nyeri dibanding sisi tidak nyeri, yang diduga berperan terhadap timbulnya migren dengan aura

    MIGRAINE DISABILITY ASSESSMENT (MIDAS), HEADACHE IMPACT TEST-6 (HIT-6) DAN HEADACHE DISABILITY INVENTORY (HDI): MENILAI DISABILITAS PADA PENDERITA MIGREN TANPA AURA

    Get PDF
    Beberapa alat ukur telah dikembangkan untuk mengukur disabilitas pada penyakit migren baik di klinik maupun penelitian, seperti MIDAS, HIT-6, dan HDI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara MIDAS, HIT-6 dan HDI dalam menilai disabillitas pada penderita migren tanpa aura. Disain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 110 orang penderita nyeri kepala yang memenuhi kriteria inklusi yang datang ke poli saraf RS Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit jejaringnya di Makassar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai November 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan menggunakan tiga kuesioner, MIDAS, HIT-6 serta HDI. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif antara MIDAS dan HIT-6, antara MIDAS dan HDI, serta antara HIT-6 dan HDI (Spearman???s rho coefficient correlation 0,314; 0,542; 0,487). Instrumen MIDAS dipengaruhi oleh frekuensi serangan (p<0.001), HIT-6 dipengaruhi oleh intensitas nyeri (p<0.001), sedangkan HDI oleh keduanya (p=0.01). Disimpulkan bahwa baik MIDAS, HIT-6 maupun HDI memiliki persamaan dalam menilai disabilitas, dimana MIDAS dan HDI memiliki korelasi paling kuat

    PERBANDINGAN PEMBERIAN IBUPROFEN DENGAN IBUPROFEN DAN METOKLOPRAMID TERHADAP NILAI VISUAL ANALOG SCALE (VAS) PENDERITA MIGREN TANPA AURA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan membandingkan pemberian ibuprofen dengan ibuprofen dan\ud metoklopramid dengan menggunakan pengukuran nyeri berdasarkan skor VAS pada penderita migren tanpa aura.Desain penelitian menggunakan metode uji klinis dengan randomized pre-post test comparative group design, dilaksanakan di Poliklinik saraf beberapa RS Pendidikan Makassar pada bulan Nopember 2011-Januari 2012. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 32 orang, dibagi dalam dua kelompok yaitu 16 sampel mendapat terapi ibuprofen dan 16 sampel mendapat terapi ibuprofen dan metoklopramid.Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan daftar isian. Analisis data menggunakan univariat dan multivariat.Hasil penelitian menunjukkanpenurunan bermakna mean (rata-rata) penurunan skor VAS terjadi pada kedua kelompok terapi, tetapi penurunan rerata kelompok terapi ibuprofen dan metoklopramid lebih besar dan setelah dianalisis secara statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terapi ibuprofen dan metoklopramid lebih efektif menurunkan skor VAS (menurunkan derajat nyeri) penderita migren tanpa aura

    PENGARUH INDUKSI COLD PRESSOR TEST TERHADAP AKTIVITAS SISTEM SARAF OTONOM DAN HEMODINAMIKA SEREBRAL PADA PENDERITA MIGREN FASE INTERIKTAL

    Get PDF
    Migren telah banyak dikaitkan dengan gangguan fungsi otonom. Penelitian ini bertujuan menilai aktivitas sistem saraf otonom dan hemodinamika serebral penderita migren dengan induksi Cold Pressor Test (CPT) dibandingkan dengan penderita non migren. Penelitian ini dilakukan dengan studi eksperimental terdiri dari 8 penderita migren dengan aura, 20 penderita migren tanpa aura,dan 14 subjek kontrol di Rumah Sakit Jaury Akademis sejak September 2011 sampai Maret 2012. Lengan dan tangan pasien dipaparkan dengan es bersuhu 1-2 ??? C. Perubahan Tekanan arteri rata-rata dan nadi dinilai selama dan setelah CPT . Menggunakan Transcranial Doppler, dinilai perubahan aliran darah rata-rata arteri serebri media selama dan setelah CPT. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya peningkatan bermakna kecepatan aliran darah otak rata-rata selama menit pertama CPT pada kelompok migren dengan aura (p=0,358) dan didapatkan bermakna pada kelompok kontrol (0,000) dan kelompok migren tanpa aura (p=0,002). Tekanan arteri rata-rata pada menit kedua induksi CPT terjadi penurunan relatif terhadap menit pertama pada kelompok migren dengan aura dan migren tanpa aura, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi kenaikan bertahap tekanan arteri rata-rata selama 2 menit induksi CPT. Terlihat perbedaan pola nadi pada penderita migren dengan aura dibandingkan kontrol, dimana pada kelompok migren dengan aura, nadi pada menit kedua CPT lebih rendah bermakna dibandingkan lima menit setelah CPT (p=0,013). Kesimpulan : Terdapat tanda-tanda hipofungsi simpatis pada penderita migren dengan aura dan tanpa aura fase interiktal

    PERUBAHAN KADAR NITRIC OXIDE (NO) PLASMA SELAMA INDUKSI COLD PRESSOR TEST PADA PENDERITA MIGREN TANPA AURA FASE INTERIKTAL

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan kadar nitric oxide (NO) plasma basal dan selama induksi cold pressor test (CPT) pada penderita migren tanpa aura fase interiktal dan kontrol.Desain penelitian ini adalah studi eksperimental, dilakukan sejak Januari 2012 sampai April 2012 di Rumah Sakit Jaury Akademis, dan diperoleh 20 penderita migren tanpa aura fase interiktal dan 14 kontrol sehat. Pengambilan darah vena dilakukan saat basal dan selama induksi CPT untuk melihat dan menilai perubahan kadar NO. Data dianalisis dengan menggunakan independent T test dan paired T test. Hasil penelitian menunjukkan kadar NO basal lebih tinggi secara bermakna pada kelompok migren tanpa aura fase interiktal (93,65 + 20,46) dibandingkan kontrol (67,49 + 15,50) dengan nilai p= 0,000. Kadar NO selama induksi CPT lebih tinggi secara bermakna pada migren tanpa aura (108,26 + 18,13) dibandingkan kontrol (80,94 + 13,68) dengan nilai p=0,000. Perubahan kadar NO selama CPT bermakna pada kelompok migren tanpa aura (p= 0,005) dan kelompok kontrol (p=0,007). Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kadar NO selama induksi CPT antara kedua kelompok (p=0,506). Didapatkan tanda hiperaktivitas jalur Larginine-NO berupa kadar NO yang lebih tinggi secara bermakna pada migren tanpa aura fase interiktal dibanding kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kadar NO selama induksi CPT antara kedua kelompok, menunjukkan respon NO terhadap stimulus simpatis pada migren tanpa aura fase interiktal sama dengan kelompok kontrol

    Pengaruh Pemberian Alpha Lipoic Acid terhadap Perbaikan Derajat Distal Symetrical Diabetic Polineurophaty: The Effect of Alpha Lipoic Acid on Improving the Degree of Distal Symetrical Diabetic Polyneurophaty

    No full text
    Latar belakang: Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin), serta menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian Alpha Lipoic Acid terhadap derajat keparahan Distal Symmetrical Diabetic Polyneuropathy (DSPN). Metode: Penelitian true experimental dengan rancangan pre dan post test design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Alpha lipoic acid terhadap derajat keparahan Distal Symetrical Diabetic Polineuropathy menggunakan Baba’s Diabetic Neuropathy Classification (BDC). Hasil: Pemberian terapi neuropathy diabetik ditambah Alpha Lipoic Acid 600 mg/ hari selama 8 minggu pada kelompok intervensi memperbaiki derajat keparahan Distal Symetrical Diabetic Polineuropathy (DSPN). Sebaliknya pemberian terapi neuropathy diabetik tanpa Alpha Lipoic Acid 600 mg/hari selama 8 minggu pada kelompok kontrol tidak memperbaiki derajat keparahan Distal Symetrical Polineuropathy (DSPN), bahkan cenderung memperburuk.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kesimpulan: Pemberian alpha lipoic acid 600 mg per hari selama 8 minggu pada kelompok intervensi memperbaiki derajat keparahan Distal Symmetrical Diabetic Polineurophaty (DSPN) yang didominasi oleh lesi campuran dari derajat 3 (sedang-berat) menjadi derajat 2 (sedang). Sedangkan pemberian terapi neuropathy diabetik tanpa Alpha Lipoic acid (ALA) 600 mg pada kelompok kontrol tidak memperbaiki derajat keparahan Distal Symmetrical Diabetic Polineuropathy (DSPN), bahkan pada 1 kasus tampak mengalami perburukan. Terdapat perbaikan selisih skor Baba’s diabetic classification (BDC) pada kelompok intervensi yang mendapat terapi ALA 600 mg/hari dibandingkan pada kelompok kontrol
    corecore