3 research outputs found

    Sintesis Selulosa Asetat dari Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Diaplikasikan sebagai Masker Asap Rokok

    Get PDF
    Asap rokok merupakan bahan berbahaya bagi kesehatan manusia karena mengandung nikotin, tar, timbal, arsen, kadmium serta sejumlah kecil bahan berbahaya lainnya. Penggunaan masker dapat mengurangi bahaya tersebut, akan tetapi masker yang mampu menyaring asap rokok memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan masker medis atau masker kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah sintesis selulosa asetat yang diaplikasikan sebagai masker yang mampu menyaring bahan berbahaya dari asap rokok. Dimana selulosa sebagai bahan bakunya didapatkan dari pemanfaatan limbah kulit pisang, alasannya karena kulit pisang memiliki jumlah akumulasi limbah yang cukup besar setiap harinya dan belum termanfaatkan secara optimal. Selulosa yang didapatkan dari ekstraksi limbah kulit pisang selanjutnya dikonversi menjadi selulosa asetat melalui reaksi asetilasi menggunakan anhidrida o asetat dengan perbandingan massa 1 : 5 pada suhu 45 C dengan variasi waktu 4, 5, 6, 7 dan 8 jam. Hasil paling optimum dari sintesis selulosa asetat didapatkan pada waktu reaksi 6 jam dengan yield sebesar 50%. Selulosa Asetat yang telah didapatkan, selanjutnya diaplikasikan sebagai masker asap rokok. Masker asap rokok dianalisa menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) untuk mengetahui struktur permukaan partikel, dan hasil analisa SEM didapatkan bahwa struktur permukaan partikel masker asap rokok lebih renggang dibandingkan struktur permukaan partikel filter selulosa asetat komersial

    TINJAUAN KELAYAKAN SINTESIS SELULOSA ASETAT DARI PEMANFAATAN SELULOSA LIMBAH ORGANIK

    No full text
    Selulosa asetat dapat diaplikasikan pada berbagai jenis produk diantaranya sebagai film, serat, membran, pita perekam suara dan banyak aplikasi lainnya. Penelitian tentang aplikasi selulosa asetat terus berkembang belakangan ini. Namun kebutuhan tersebut tidak didukung oleh ketersediaan sumber bahan baku selulosa. Selulosa dari kayu batang pohon sudah harus digantikan penggunaannya dengan memanfaatkan sumber lain sebagai bahan baku. Pada kajian ini dilakukan tinjauan kelayakan sintesis selulosa asetat dari pemanfaatan selulosa limbah organik. Beberapa jenis limbah organik yang dipelajari pada kajian ini adalah limbah kulit pisang, limbah pengolahan agar dan limbah cair industri tahu. Hasil studi ini memperlihatkan bahwa pemanfaatan selulosa dari limbah organik masih belum layak untuk digunakan dalam sintesis selulosa asetat, hal ini disebabkan karena limbah kulit pisang dan limbah cair industri tahu memiliki kandungan selulosa yang rendah dan masalah pada penyimpanan limbahnya. Sedangkan pada limbah pengolahan agar memiliki permasalahan pada akumulasi jumlah limbah yang sedikit dan penggunaan metode sintesis yang belum optimal. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait cara penyimpanan limbah dan pemilihan metode sintesis

    Review: Pemanfaatan Biji Nyamplung (Calophyllym Inophyllum) Sebagai Bahan Baku Biodiesel Berdasarkan Proses Produksi Dan Penambahan Katalis

    Full text link
    Kebutuhan energi dunia semakin meningkat beriringan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi. Energi fosil merupakan energi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dunia dan ketersediaannya akan habis di masa mendatang. Penggunaan biodiesel menjadi solusi akan energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode produksi dan katalis yang paling efektif dalam pemanfaatan biji nyamplung menjadi biodiesel dengan ide pokok yaitu proses produksi dan penggunaan katalis. Penelitian ini merupakan literature review yang dimulai dengan pengumpulan artikel, pengelompokkan data, analisa dan membuat ringkasan. Hasil penelitian ini menunjukkan metode supercritical methanol menjadi metode produksi paling efektif dengan perolehan yield sebesar 90,4% dalam 10 menit reaksi dan katalis CaO berbahan dasar tulang sapi menunjukkan karakteristik yang sangat mendekati CaO murni yang dapat menghasilkan yiled sebesar 86,02% sehingga dapat menekan biaya produksi
    corecore