169 research outputs found

    Accountant’s Perspective In Employment Aspects

    Get PDF
    Abstrak: Penelitian ini memberikan penelitian pendahuluan tentang perspektif dalam aspek tenaga kerja di Indonesia sebagai bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan. Pembahasan dalam penelitian ini terkait dengan pentingnya perspektif akuntan terhadap satu aspek Sustainability Development Goals (SDGs) yaitu tenaga kerja. Sampel dalam penelitan ini ditujukan untuk memperoleh perspektif akuntan terhadap isu tenaga kerja, salah satu aspek dari SDG yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dari kuisioner yang ditujukan kepada akuntan Indonesia yang memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun sebagai akuntan. Terdapat 52 kuisioner yang telah disebar dan diisi dalam semua jawaban. Responden terdiri dari 2 akuntan publik, 6 akuntan manajemen, 30 akuntan pendidik, 4 akuntan pajak dan 10 akuntan pemerintah. Terdapat 11 pertanyaan dalam kuisioner, satu pertanyaan tentang perspektif akuntansi dan pemahaman akuntan terhadap tenaga kerja secara umum, dan pertanyaan lainnya terkait dengan tenaga kerja yang tertuang dalam SDG. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntan cukup memahami terhadap aspek tanaga kerja sesuai dengan SDG dan akuntan Indonesia menyadari bahwa tenaga kerja penting dalam perspektif mereka. Masalah keberlanjutan yang diatur dalam panduan global SDG harus menjadi pembahasan penting yang dapat dipahami oleh setiap anggota dari profesi akuntan Indonesia untuk meningkatkan cakupan bidang akuntansi bukan hanya dalam area penelitian saja namun juga harus termasuk dalam dunia praktis profesi akuntan. Kata kunci: pespektif akuntan, tenaga kerja, sustainability development goals. Abstract: This study provides a preliminary research of accountant’s perspective in employment aspect in Indonesia as a part of Sustainability Developments Goals (SDGs). The discussion was subject to importance accountant’s perspective related to one aspect of SDGs namely employment. This study was aimed to obtain accountant’s perspective on employment issues, one aspect of SDGs. The data were collected from questionnaires addressed to Indonesian accountants who have work experience at least 5 years in that field as an accountant. There were 52 questionnaires which were spread and filled in all the answers. The respondens consisted of 2 public accountants, 6 management accountans, 30 education accountants, 4 tax accountants and 10 government accountants. There are 11 questions in the questionnaire, one question is about accountant’s perception of importance and understanding on employment in general, and the others are related to employment contents in SDGs.The study suggested that Indonesian Accountants consider to understand on employment aspect in line with SDGs and Indonesian Accountants consider that employment was important in their perspective. Sustainability issues regulated in a global guide SDGs should be an important discussion that could be understood by every member of the Indonesia Accounting Profession for improving accounting field not only in research areas but also have to reach on the accounting profession areas practically. . Keywords: accountant’s perspective, employment, sustainability development goal

    Pengaruh Green Intellectual Capital Dan Manajemen Lingkungan Organisasi Terhadap Green Organizational Identity Dan Dampaknya Terhadap Green Competitive Advantage

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh green intellectual capital dan manajemen lingkungan organisasi terhadap green organizational identity dan dampaiknya terhadap green competitive advantage. Green intellectual merupakan total cadangan seluruh aktiva tidak berwujud, pengetahuan, kemampuan dan hubungan terkait dengan perlindungan lingkungan dan green innovation baik tingkat individu maupun tingkat organisasi dalam sebuah Perusahaan, sementara itu manajamen lingkungan organisasi adalah aktivitas manajerial, proses, pendekatan atau konsep yang dapat membantu Perusahaan memperoleh tujuan lingkungan mereka, taat terhadap kebijakan lingkungan, mengantisipasi dampak lingkungan dari operasi mereka, mengambil ukuran untuk menurunkan limbah dan polusi sebelum adanya regulasi atau mencari cara positif untuk mengambil keuntungan dari kesempatan bisnis, sedangkan green organizational identity adalah skema interpretasi tentang manajemen lingungan dan perlindungan yang anggotanya secara bersama-sama membangun untuk memberikan arti kepada perilaku mereka. Sementara itu, green competitive advantage tercermin dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Perusahaan dalam bentuk corporate social responsibility (CSR) untuk mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan.Dalam penelitian ini, green intellectual capital diwakili oleh green human capital, green structural capital dan green relational capital. Sedangkan manajemen lingkungan organisasi diwakili oleh budaya organisasi yang berorientas lingkungan, kepemimpinan yang berorientasi lingkungan dan kemampuan yang berorientasi lingkungan environmental capability. Penelitian ini menerapkan survei dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada responden yang memiliki jabatan fungsional (dosen) dan kepada responden yang memiliki jabatan manajerial sebanyak 70. Adapun pemilihan sampel untuk fungsional adalah responden memiliki pengaruh dan pengalaman di dalam organisasi dimana respoden bekerja. Jumlah kuisioner yang berhasil dikembalikan dari responden sebanyak 46, sedangkan yang terisi penuh dan dinyatakan valid sebanyak 38 kuisioner yang terdiri dari 22 responden fungsional dan 16 responden yang bekerja dalam level manajerial.Dari hasil penguji hipotesis diketahui bahwa green human capital dan budaya berorientasi lingkungan berpengaruh signifikan positif terhadap identitas organisasional hijau, sementara itu green structural capital, green relational capital, kepemimpinan berorientasi lingkungan, dan kemampuan berorientasi lingkungan tidak berpengaruh terhadap identitas organisasional hijau. Green structural capital, green relational capital berpengaruh signifikan positif terhadap keunggulan bersaing hijau, sedangkan green human capital, budaya berorientasi lingkungan berpengaruh, kepemimpinan berorientasi lingkungan, dan kemampuan berorientasi lingkungan, identitas organisasional hijau tidak berpengaruh terhadap keunggulan bersaing hijau

    The Implementation of Accounting for Environmental Liabilities

    Full text link
    This study aims to discuss the accounting implementation by the Indonesia Companies in recognizing, measuring, presenting, and disclosing environmental obligations that occur as a result of the company\u27s operations. The analysis is carried out by reviewing disclosures on environmental management activities that have been carried out by the company, which has financial reports and annual reports. The method used is descriptive qualitative method with the data used are secondary data, financial statements, and annual reports obtained from the official website of the Indonesia Stock Exchange from 2015 to 2017 fiscal years. The samples employed in this study is thirteen food and beverage subsector companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2015 to 2017. The results of this study suggest that from 2015 to 2017, the food and beverage sub-sector companies have not reported any environmental obligations in the form of social-environmental responsibilities in the financial statements. The companies report their environmental responsibility activities as a company expense reported on the income statement. Accounting for environmental obligations related to recognition, measurement, recording, disclosure, and reporting has not been regulated in financial accounting standards, so reporting environmental obligations is still voluntary

    IMPLEMENTASI LIKUIDASI KORPORASI DI INDONESIA: KAJIAN AKUNTANSI DAN YURIDIS

    Get PDF
    This study aims to analyze corporate liquidation accounting practices in Indonesia. The method employed is qualitative. The approach used in the study was interviews with two informants, namely accounting practitioners and legal experts. The data obtained from the two informants were analyzed based on suitability with theory, related literature both from the accounting and juridical sides. This study concludes that, in general, Law Number 40 of 2007 has provided guidelines regarding liquidation procedures and liquidator responsibilities, but Indonesia's financial accounting standards do not regulate guidelines for corporate liquidation. Based on this study's results, the Government needs to formulate a more comprehensive regulation on company liquidation. Also, the Indonesian Institute of Accountants needs to set financial accounting standards related to corporate liquidation.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik akuntansi likuidasi perusahaan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dengan dua informan yaitu praktisi akuntansi dan ahli hukum. Data yang diperoleh dari kedua informan dianalisis berdasarkan kesesuaian dengan teori, literatur-literatur terkait baik dari sisi akuntansi dan yuridis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum UU Nomor 40 Tahun 2007 telah memberikan pedoman terkait prosedur likuidasi dan tanggung jawab likuidator, namun standar akuntansi keuangan di Indonesia tidak mengatur pedoman bagi likuidasi perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini, Pemerintah perlu menyusun aturan yang lebih komprehensif dalam likuidasi perusahaan. Selain itu, Ikatan Akuntan Indonesia perlu mengatur standar akuntansi keuangan terkait dengan likuidasi perusahaan

    PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN PERUSAHAAN SEKTOR JASA KEUANGAN DI INDONESIA: SEBUAH STUDI CONTENT ANALYSIS

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengulas informasi penghasilan komprehensif lain perusahaan di Indonesia. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis isi. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2018. Data perusahaan dalam penelitian ini bersumber www.idnfinancials.com. Data yang digunakan adalah data perusahaan yang listed sebelum tanggal 1 Januari 2012 dengan jumlah data perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34 perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komponen yang paling banyak dilaporkan adalah keuntungan dan kerugian atas pengukuran kembali aset keuangan sebagai tersedia untuk dijual sebesar 40,28%. Sementara itu, perusahaan yang melaporkan komponen keuntungan dan kerugian atas pengukuran kembali aset keuangan sebagai ‘tersedia untuk dijual’ sebanyak 71,43%. Berdasarkan penelitian ini, perusahaan sektor jasa keuangan sebaiknya menyajikan komponen penghasilan komprehensif lain dalam laporan keuangan dengan jelas agar lebih mudah dipahami oleh pemangku kepentingan

    EVALUASI ATAS PENGUNGKAPAN TRANSAKSI DERIVATIF LINDUNG NILAI PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengungkapan transaksi derivatif lindung nilai dan tingkat penggunaan fasilitas lindung nilai pada perusahaan sub sektor perbankan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan content analysis yaitu mengumpulkan data, mendokumentasikan dan melakukan analisis. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahun 2018 dan laporan keuangan tahun 2017 (bagi bank yang laporan keuangan tahun 2018 belum terbit pada saat penelitian dilakukan) sebagai dasar evaluasi pengungkapan transaksi derivatif lindung nilai.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan transaksi derivatif untuk tujuan lindung nilai masih sedikit dilakukan oleh perusahaan subsektor perbankan. Beberapa perusahaan subsektor perbankan telah mengungkapkan transaksi untuk tujuan lindung nilai sesuai dengan PSAK 55 (IAI, 2017). Selanjutnya, tingkat penggunaan fasilitas lindung nilai pada perbankan di Indonesia, sebagai salah satu bentuk mitigasi risiko, cukup rendah

    Financial Derivatives, Financial Leverage, Intangible Assets, and Transfer Pricing Aggressiveness: Evidence from Indonesian Companies

    Get PDF
    This study aim to examine the effect of financial derivatives, financial leverage, and intangible assets on transfer pricing aggressiveness. The samples are nonfinancial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2012 to 2016. Using purposive sampling method, 44 selected companies’ data were selected (220 year-firm observations). The data was analyzed using multiple regression analysis with panel data. The results suggest that financial derivatives, financial leverage, and intangible assets have a positive effect on transfer pricing aggressiveness.  This study shows that financial derivatives in Indonesia, both with the aim of hedging and with speculative purposes, have the same nature and are closely related to profit shifting conducted by the companies

    TRANSAKSI DENGAN PIHAK BERELASI DAN PRAKTIK TRANSFER PRICING DI INDONESIA

    Get PDF
    This study aims to review transactions conducted by multinational companies operating in Indonesia related to transfer pricing activities. This study uses qualitative methods using two approaches, content analysis, and interviews. The content analysis aims to obtain related party disclosure information in the financial statements as stipulated in PSAK No. 7 (2015). The data used in the financial statements of manufacturing companies in the consumer goods industry sector are included in multinational companies and listed on the Indonesia Stock Exchange from 2014-2017. Meanwhile, interviews were conducted to confirm the data obtained through content analysis. The informant in the interview is one of the Polytechnic of State Finance STAN lecturer, who has academic expertise in international tax accounting and transfer pricing. This study concludes that, in general, multinational companies operating in Indonesia have disclosed related party information in their financial statements. Furthermore, the assessment of the fairness of transactions with related parties related to transfer pricing is based on the arm's length principle. The results of this study indicate the need for broader disclosure of financial accounting standards in Indonesia and the harmonization of taxation regulations in Indonesia with tax regulations in other countries related to transfer pricing practices.     Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengulas transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia terkait dengan aktivitas transfer pricing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu content analysis dan wawancara. Content analysis bertujuan untuk mendapatkan informasi pengungkapan pihak-pihak yang berelasi dalam laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PSAK No. 7 (2015). Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang termasuk dalam kategori perusahaan multinasional dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2014-2017. Sementara itu, wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi data-data yang diperoleh melalui content analysis. Informan dalam wawancara adalah salah satu dosen Politeknik Keuangan Negara STAN yang memiliki keahlian akademis dalam akuntansi perpajakan internasional dan transfer pricing. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia telah mengungkapkan informasi pihak-pihak berelasi dalam laporan keuangannya. Selanjutnya, penilaian kewajaran transaksi dengan pihak berelasi terkait dengan transfer pricing berdasarkan arm’s length principle. Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya pengungkapan yang lebih luas dalam standar akuntansi keuangan di Indonesia dan harmonisasi peraturan perpajakan di Indonesia dengan peraturan perpajakan di negara lain-lain terkait dengan praktek transfer pricing.

    Supply Chain Practice by Corporations through Transfer Pricing Mechanisms in Indonesia

    Get PDF
    Abstract- This study aims to analyze legal certainty related to supply chain management on corporations that transfer pricing in transactions with related parties abroad and analyze corporate accountability for the practice of transfer pricing in the field of supply chain management in Indonesia. Transfer pricing carried out by multinational companies is an international world problem related to management strategy by diverting taxes to countries that have lower tax rates or countries that have a 0% tax rate. The research method used in this study by using a normative legal approach. The data used in this study uses primary legal materials and secondary legal materials. Primary legal documents are legal materials consisting of laws and regulations related to supply chain management in Indonesia and the OECD Guidelines. Meanwhile, secondary legal entities are materials that explain primary legal materials (legal science books, legal journals, print, and electronic media due to reports). Also, this study interviewed two informants who were experts in the field of international supply chain management and transfer pricing. This study concludes that the legislation in Indonesia is clear in regulating the implementation of transfer pricing carried out by multinational companies that have an impact on taxes collected by the Government of Indonesia. Supply chains are central to understanding wealth creation and capture in an increasingly globalized production system. The increasing disaggregation and dispersal of supply chains is profoundly affecting the geographical distribution of value added, input costs and profits of multinational firms

    Corporate strategies and tax avoidance: Does corporate social responsibility matter?

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh diversifikasi perusahaan, konsentrasi pelanggan, dan transaksi pihak berelasi terhadap penghindaran pajak. Selain itu, penelitian ini juga memasukkan tanggung jawab sosial (CSR) sebagai variabel moderasi dalam hubungan variabel independen dan variabel dependen. Analisis dilakukan terhadap data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2014 sampai dengan 2019. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk mendapatkan sampel final berjumlah 414 observasi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diversifikasi perusahaan dan konsentrasi pelanggan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak sedangkan transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memperkuat pengaruh positif diversifikasi perusahaan terhadap penghindaran pajak, memperlemah pengaruh positif konsentrasi pelanggan terhadap penghindaran pajak, dan mengakibatkan transaksi pihak berelasi memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Secara umum, penelitian ini menunjukkan peran CSR yang lebih bervariasi. CSR bisa menjadi alat untuk menyembunyikan aktivitas penghindaran pajak tapi sekaligus untuk meningkatkan loyalitas pemangku kepentingan.This study aims to empirically analyze the effects of corporate diversification, customer concentration, and related party transactions (RPTs) on tax avoidance. In addition, we analyze the role of corporate social responsibility (CSR) disclosure in moderating the impacts of these independent variables on tax avoidance. We test the hypotheses on Indonesian listed manufacturing firms in 2014-2019, resulting in 414 firm-year observations. Our non-moderated multiple linear regression analyses reveal that corporate diversification and customer concentration are positively associated with tax avoidance, while RPTs do not affect tax avoidance. However, the moderated regression analysis reveals that CSR disclosure strengthens (weakens) the positive effect of corporate diversification and RPTs on tax avoidance. Overall, our results indicate the nuanced role of CSR activities. Specifically, firms can use CSR to conceal their tax management activities but also to act ethically to benefit their stakeholders
    • …
    corecore