7 research outputs found

    Faktor Risiko Terjadinya Late Onset Sepsis karena Bakteri Penghasil Extended Spectrum Î’- Lactamase (ESBL) pada Bayi Prematur

    Get PDF
    Latar Belakang dan Tujuan: Sepsis merupakan penyumbang morbiditas pada neonatus dengan insiden Late Onset Sepsis (LOS) jauh lebih tinggi pada bayi prematur. Angka keberhasilan terapi sepsis semakin menurun terutama di negara berkembang sebagai dampak dari meningkatnya masalah resistensi antibiotik terutama dari bakteri penghasil Extended Spectrum β-Lactamase (ESBL). Pengendalian fakor risiko dapat menjadi tindakan penting sebagai usaha menekan angka morbiditas dan mortalitas, serta dapat memberikan pedoman dalam pemilihan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya Late Onset Sepsis karena bakteri penghasil ESBL (LOS-ESBL) pada bayi prematur. Desain, Sampel, dan Statistik: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan retrospektif yang dilakukan di Unit Neonatologi dan Bagian Rekam Medis RS Saiful Anwar Malang menggunakan data primer berupa hasil kultur darah neonatus serta data sekunder dari Rekam Medis periode Januari 2019 hingga Maret 2021. Penelitian telah disetujui oleh Komite Etik Rumah sakit. Dilakukan uji korelasi Chi-square dan penghitungan Odds Ratio untuk menilai probabilitas setiap faktor risiko. Analisis multivariat dilakukan dengan Regression Test untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh sebagai prediktor. Uji statistik dianggap bermakna jika p≤0,05. Analsis dilakukan dengan software SPSS statistic 26 for Windows. Hasil Penelitian: Terdapat 248 kultur darah positif dengan 193 (77,8%) adalah kultur darah bayi prematur dan LOS ditemukan pada 142 bayi (73,5%). Data yang dapat dijadikan sampel penelitian pada kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu masing-masing 62 sampel. Bakteri gram negatif adalah patogen terbanyak (68%), didominasi Klebsiella pneumoniae dengan strain penghasil ESBL sebesar 96%. Faktor yang berhubungan secara signifikan dengan terjadinya LOS-ESBL adalah prosedur invasif (p=0,00), pemakaian akses sentral (p=0,00), dan pemberian nutrisi parenteral (p=0,00). Hasil penghitungan OR pada faktor tersebut masing-masing sebesar 3,13 (1,45-6,73) pada prosedur invasif, OR 9,54 (CI 3,7- 24) pada pemakaian akses sentral, dan OR 6,7 (CI 3-14) pada pemberian nutrisi parenteral. Pemakaian akses sentral terbukti sebagai faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap terjadinya LOS akibat infeksi bakteri penghasil ESBL dengan Exp(B) = 6,98 (CI 3,12-15,59) dan p=0,000. Kesimpulan: Prosedur invasif, pemakaian akses sentral, dan pemberian nutrisi parenteral terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya LOS-ESBL dengan peningkatan risiko masing-masing sebesar OR=3,13 untuk posedur invasif, OR=9,54 untuk akses sentral, dan OR= 6,03 untuk nutrisi parenteral. Pemakaian akses sentral terbukti sebagai prediktor utama terjadinya LOS-ESBL pada bayi prematur

    Hubungan Kadar dan Delta Hemoglobin dan Hematokrit Dengan Derajat Keparahan Infeksi Dengue Pada Pasien Anak di RSSA Malang

    No full text
    Infeksi Dengue merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Indonesia. Infeksi Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Hasil laboratorium hematologi menunjukkan perubahan kadar hemoglobin dan hematokrit yang diduga dapat digunakan untuk early recognition sehingga penanganan infeksi Dengue berjalan lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hemoglobin dan hematokrit terhadap derajat keparahan pada anak dengan infeksi Dengue di RSSA Malang. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara hemoglobin dan hematokrit dengan derajat keparahan pada anak dengan infeksi Dengue yang dijelaskan melalui perbedaan kadar hemoglobin dan hematokrit, perbedaan delta hemoglobin dan hematokrit, dan hubungan delta hemoglobin dan hematokrit dengan derajat keparahan. Perbedaan kadar hemoglobin dan hematokrit didapatkan pada hari ke-1 pada kelompok probable Dengue dengan severe Dengue (p = 0.001; p = 0.011). Terdapat perbedaan delta hemoglobin dan hematokrit antara kelompok probable Dengue dengan severe Dengue, dan Dengue dengan warning sign terhadap severe Dengue (p = 0.000; p = 0.000). Nilai delta hemoglobin pada probable Dengue lebih besar dibanding Dengue dengan warning sign. Kelompok severe Dengue memiliki delta tertinggi. Sedangkan delta hematokrit meningkat seiring peningkatan derajat keparahan. Terdapat hubungan antara delta hemoglobin dan hematokrit dengan derajat keparahan infeksi Dengue (p = 0.000 dan p = 0.000; r = +0.085). Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan antara kadar dan delta hemoglobin dan hematokrit dengan derajat keparahan infeksi Dengue

    Perbandingan Efek Antimikroba antara Ekstrak Etanolik Daun Sirih Hijau dengan Antibiotik Meropenem terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri ESBL producing Escherichia coli

    No full text
    Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri yang paling sering ditemukan pada pasien sepsis di negara berkembang. E. coli merupakan bakteri Gram negatif dari famili Enterobacteriaceae yang dapat menghasilkan enzim Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL), sehingga resisten terhadap antibiotik golongan beta laktam. Munculnya ESBL producing E.coli membutuhkan substansi baru untuk terapi infeksi ESBL producing E. coli. Karena penggunaan meropenem sebagai obat pilihan untuk terapi infeksi ESBL producing E. coli secara intensif berisiko terjadinya resistensi terhadap meropenem. Penelitian sebelumnya melaporkan efek antibakteri ekstrak daun sirih hijau terhadap E. coli, karena ekstrak daun sirih hijau mengandung bahan aktif saponin, lynalil acetate, terpene, allyl tetramethoxy benzene, eugenol, apiol, mystricin, polifenol, flavonoid, safrole, dan tanin yang berperan dalam mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel, namun demikian belum diketahui efek antibakteri ekstrak daun sirih terhadap ESBL producing E. coli. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek antibakteri ekstrak etanolik daun sirih hijau dengan antibiotik meropenem terhadap pertumbuhan koloni bakteri ESBL producing E. coli. Uji kepekan dengan metode dilusi tabung pada ekstrak etanolik daun sirih hijau dengan konsentrasi 0; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10 mg/mL dan antibiotik meropenem dengan konsentrasi 0; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; 0,005; 0,006; 0,007; 0,008; 0,009; 0,01 μg/mL dilakukan terhadap bakteri ESBL producing E. coli. Hasil penelitian menunjukkan nilai KHM dan KBM ekstrak etanolik daun sirih hijau 3 mg/mL. Sedangkan nilai KHM dan KBM antibiotik meropenem pada konsentrasi berturut-turut 0,003 μg/mL dan 0,005 μg/mL. Kesimpulan: ekstrak etanolik daun sirih hijau dan meropenem memiliki efek antimikroba pada nilai KHM dan KBM tertentu, adanya penurunan pertumbuhan bakteri akibat peningkatan dosis meropenem dan ekstrak etanolik daun sirih hijau, data tidak homogen sehingga penurunan jumlah koloni bakteri akibat paparan meropenem dan ekstrak etanolik daun sirih hijau tidak dapat dibandingkan

    Perbedaan Jumlah CD4 Awal Pasien HIV/AIDS Anak Antara Terapi ARV Lini Pertama dengan Pasien Gagal Terapi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

    No full text
    Hitung CD4 merupakan prediktor status awal dalam terapi ARV lini pertama pasien HIV/AIDS anak. Jumlah CD4 yang rendah mengarah pada kejadian kegagalan terapi akibat kriteria kegagalan imunologis sehingga dipertimbangkan pemberian ARV lini kedua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah CD4 awal antara pasien yang diberikan ARV lini pertama dengan pasien yang berpindah ke ARV lini kedua. Studi observasional analitik dengan pendekatan case control dilaksanakan pada Desember 2021 hingga April 2022 di RSUD Dr. Saiful Anwar Kota Malang. Semua pasien HIV/AIDS anak dengan terapi ARV diinklusi berdasarkan data LPD pasien. Data diolah secara statistik dan dilakukan uji komparasi dan uji univariat untuk mengetahui rerata rentang waktu perpindahan ARV. Didapatkan 46 pasien HIV/AIDS anak dengan 25 pasien menggunakan ARV lini pertama dan 21 pasien berpindah ke ARV lini kedua. Berdasarkan hasil uji komparasi nonparametrik Mann-Whitney U, didapatkan perbedaan pada jumlah CD4 awal antara pasien yang hanya mendapatkan terapi ARV lini pertama saja dengan jumlah CD4 awal pasien yang berpindah ke lini kedua (p= 0.027, α< 0.05). Rerata rentang waktu perpindahan dari ARV lini pertama ke lini kedua adalah 47.2381 atau 47 bulan. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan jumlah CD4 awal pasien dengan yang diberikan ARV lini pertama dengan pasien yang berpindah ke ARV lini kedua dengan rerata rentang waktu sebesar 47 bulan

    Hubungan Kuantitas Penggunaan Antibiotik dengan Dinamika Profil Gen Resistensi Antibiotik pada Limbah Cair Inlet RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan Metode Smartchip qPCR

    No full text
    Resistensi antibiotik merupakan salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global saat ini. Perkembangan resistensi bakteri terhadap antibiotik berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan terapi penyakit infeksi. Hal ini secara signifikan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Salah satu tempat berkembangnya dan penyebaran bakteri resisten antibiotik dan gen resisten antibiotik akibat tingginya penggunaan antibiotik adalah rumah sakit. Air limbah rumah sakit merupakan reservoir penting resistensi antibiotik yang berpotensi mengakumulasi gen resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur jumlah copy number gen resistensi antibiotik dalam air limbah rumah sakit dan mengkorelasikannya dengan antibiotik yang digunakan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel limbah cair inlet rumah sakit sejumlah 1 L diambil secara grab sampling 2 kali setiap minggu selama 6 minggu pemantauan menggunakan teknik random sampling. Sampel air limbah kemudian difiltrasi menggunakan PES hydrophilic serta dilakukan ekstraksi DNA dengan DNeasy PowerWater Kit. Empat puluh satu gen resistensi antibiotik (18 gen resistensi beta-lactam, 14 gen resistensi aminoglikosida, 7 gen resistensi kuinolon, dan 2 gen resistensi vancomycin) dikuantifikasi menggunakan Smartchip qPCR di Resistomap, Finlandia. Hasil kuantifikasi dianalisis dan divisualisasikan menggunakan platform ResistApp. Data kuantitas penggunaan antibiotik diperoleh dari Departemen Farmasi selama periode pengambilan sampel limbah cair inlet. Sejumlah 29-37 gen dari 41 gen resistensi antibiotik terdeteksi dari waktu ke waktu dalam sampel air limbah rumah sakit inlet dengan rentang antara 84 - 1.586.180 copy number. Berdasarkan analisis korelasi Pearson, terdapat korelasi positif antara jumlah semua antibiotik yang digunakan di rumah sakit dan copy number gen antibiotik relevan yang terdeteksi di air limbah inlet (p=0,012). Pemantauan jumlah penggunaan antibiotik dalam pengaturan klinis dapat dilakukan melalui sampel air limbah rumah sakit, namun penelitian lebih lanjut dengan lebih banyak sampel diperlukan untuk mengevaluasi korelasi masing-masing golongan antibiotik

    “Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Severe Dengue pada Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Kota Malang

    No full text
    Infeksi virus dengue adalah penyakit akibat virus dengue yang ditransmisikan oleh nyamuk. Severe dengue memiliki risiko kematian lebih besar dan obesitas dianggap dapat memengaruhi derajat keparahan infeksi virus melalui aktivasi jalur inflamasi yang berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian severe dengue pada pasien anak di RSSA, Malang. Penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan case control. Sampel pada penelitian ini adalah data pasien anak yang terdiagnosis infeksi virus dengue di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada lembar pengumpul data tahun 2015 – 2021. Pengambilan sampel menggunakan Teknik consecutive sampling. Penelitian menggunakan instrumen Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U) dan Berat Badan/Umur (BB/U). Dari seluruh data pengelompokan status gizi anak berdasarkan IMT/U sebanyak 178 data dan berdasarkan BB/U sebanyak 142 data. Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square antara status gizi anak berdasarkan pengelompokan IMT/U dengan spektrum klinis dengue menununjukkan p-value = 0,586 (>0,05). Hasil uji Chi-Square pada pengelompokan status gizi anak menggunakan BB/U dengan spektrum klinis dengue menunjukkan p-value = 0,430 (>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian severe dengue pada anak

    Pengaruh Ekstrak Etanolik Daun Sirih Hijau Terhadap Bacterial Load Hepar Mencit BALB/C yang Diinfeksi dengan ESBL Producing Escherichia coli

    No full text
    Escherichea coli bertanggung jawab pada hampir semua infeksi klinis yang disebabkan oleh genus Escherichia. Tanaman sirih hijau (Piper betle Linn. ) merupakan tanaman yang memiliki khasiat antibakteri dan merupakan salah satu tanaman asli Indonesia. Pada penelitian sebelumnya pada uji in vitro aktivitas antibakteri dari daun sirih (Piper betle L.), menunjukkan bahwa dengan campuran etanol 96% bisa menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Namum, penelitian in vivo mengenai efek antimikroba ekstrak daun sirih hijau spesifik terhadap bacterial load pada hewan coba belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak etanolik daun sirih hijau terhadap ESBL producing E.coli dan efek anitiinflamasi secara in vivo pada jaringan hepar mencit BALB/c. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris dengan desain post test only control group. Sampel pada penelitian ini menggunakan hewan coba mencit betina strain BALB/c sebanyak 27 ekor dan disiapkan 2 ekor cadangan sehingga total mencit ada 33 ekor yang dibagi menjadi 3 kelompok intervensi (kelompok 1 kontrol positif, kelompok 2 kontrol negatif, dan kelompok perlakuan). Didapatkan p-value bacterial load yaitu 0.222 dan 0.926 pada beta koefisien infiltrasi neutrofil organ hepar. Kedua data tersebut menunjukkan adanya pengaruh pemberian ekstrak etanolik dapat menurunkan bacterial load dan juga penurunan infiltrasi neutrofil pada organ hepar
    corecore