10 research outputs found

    Kajian pengelolaan sekolah berasrama

    Get PDF
    Sekolah berasrama adalah sistem sekolah dengan asrama, di mana peserta didik, para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu. Salah satu tujuannya adalah agar anak memperoleh pendidikan secara berkesinambungan dengan mencontoh langsung praktik baik pendidikan dari para guru dan pembimbing (aspek keteladanan). Adanya program sekolah berasrama merupakan program pembinaan akademik dan multibudaya dengan empat pilar pengembangan, yaitu mental spiritual, wawasan akademik, minat dan bakat, dan sosial budaya, diharapkan mampu menjawab kecemasan-kecemasan yang ditimbulkan oleh keberagaman latar belakang budaya, agama, status sosial ekonomi, asal daerah dan pengaruh negatif globalisasi

    Pemanfaatan literasi digital dalam pelestarian warisan budaya tak benda

    Get PDF
    Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dirancang sebagai langkah awal untuk melihat sejauh mana komunitas-komunitas yang peduli dengan upaya pelestarian warisan budaya tak benda bersentuhan dengan literasi digital. Ada empat komunitas yang dikaji, komunitas pelestari wayang, keris, angklung, dan juga batik. Wayang, keris, batik, dan angklung merupakan warisan budaya tak benda yang diakui oleh dunia sebagai warisan budaya tak benda. Selain itu, ada pula tari Saman, tari Bali, Noken, dan juga Kapal Pinisi. Keempat komunitas tersebut dipilih karena terkonsentrasi di Pulau Jawa, yang menurut survey Polling Indonesia dan APJII (2016) pengguna internetnya paling banyak yaitu 65% dari seluruh pengguna di Indonesia

    Kearifan Lokal & Lingkungan

    Get PDF
    Kearifan lokal dapat dimaknai sebagai perangkat pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas untuk menyelesaikan persoalan atau kesulitan yang dihadapi secara baik dan benar, sesuai dengan nilai-nilai yang didukungnya. Perangkat pengetahuan tersebut bersifat lokal karena merupakan hasil interaksi dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya, yang tentu berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa nilai-nilai kearifan lokal tersebut dikembangkan dan dimanfaatkan komunitas-komunitas lain, terutama pada komunitas yang menghadapi suatu lingkungan yang situasi dan kondisinya kurang lebih sama dengan komunitas yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal tersebut

    Patrawidya Vol.16 No.1

    Get PDF
    1. Hubungan antar umat beragama di Kaimana dalam tinjauan sejarah sosial 2. Aktualisasi pokok adat suku tolaki melalui simbol kalo dalam mitos "oheo" 3. Wacana "satu bahasa" dalam historiografi pendidikan Indonesia" 4. Integrasi sosial antara penduduk lokal dan pendatang di kota bengkulu dalam perspektif sejarah 5. Dari Malaysia ke Jawa : transformasi sosial-ekonomi migran kembali di Kabupaten Grobongan tahun 1990-2010 6. Kontesasi pelestarian warisan budaya di Trowulan 7. Makna sapi kerapan dari perspektif orang Madura kajian sosial, ekonomi, budaya 8. Kentongan : pusat informasi, identitas dan keharmonisan pada masyarakat Jaw

    Seri pengenalan tokoh: sekitar Proklamasi Kemerdekaan

    Get PDF
    Buku ini berjudul Seri Pengenalan Tokoh Sejarah. Fokus penulisan adalah tokoh-tokoh yang mempu nyai peranan pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

    Kajian Politik Ekonomi Pelestarian Tinggalan Majapahit Dikawasan Trowulan

    No full text

    Strategi pengembangan kota kreatif Indonesia: perspektif pemajuan kebudayaan

    No full text
    Kota Kreatif di seluruh dunia yang dikenal dengan UCCN (UNESCO Creative Cities Network) kini gencar di dorong oleh UNESCO. Ini merupakan bagian dari program SDGs (Sustainable Development Goals), khususnya mengenai kota yang berkelanjutan. Tujuannya, ialah menjadikan kebudayaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan, khususnya di wilayah perkotaan.Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan kota kreatif dalam upaya mensejahterakan masyarakat perkotaan. Oleh karenanya, akan dilakukan penelitian mengenai upaya strategis pengembangan kota kreatif dengan menggunakan konsep Cultural Landscapes yang dikembangkan oleh Greffe (2011). Konsep tersebut kemudian dioperasionalkan lebih jauh oleh Simsek (2017) untuk mendapatkan ukuran yang lebih mendetail. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga sudah menerbitkan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang memiliki tekanan kepada pemerintah daerah untuk memainkan peran pembinaan terhadap pemajuan kebudayaan

    Pengembangan indeks pembangunan kebudayaan

    No full text
    Indeks Pembangunan Kebudayaan disusun dengan mengacu pada konsep Culture Development Indicators (CDIS) UNESCO. Dalam CDIS, terdapat tujuh dimensi sebagai tolak ukur, yaitu ekonomi, pendidikan, pemerintahan, partisipasi sosial, gender, komunikasi, dan warisan budaya (UNESCO, 2014). Ketujuh dimensi diturunkan ke dalam bentuk indikator, dimana masing-masing dimensi memiliki satu hingga lima indikator. Integrasi antara CDIS dengan Strategi Kebudayaan menghasilkan dimensi dan indikator baru yang dianggap sesuai dengan karakteristik kebudayaan di Indonesia. Indeks Pembangunan Kebudayaan diharapkan dapat memberikan gambaran pembangunan kebudayaan secara lebih holistik dengan memuat 7 (tujuh) dimensi, yakni: (1) dimensi ekonomi budaya; (2) dimensi pendidikan; (3) dimensi ketahanan sosial budaya; (4) dimensi warisan budaya; (5) dimensi ekspresi budaya; (6) dimensi budaya literasi; dan (7) dimensi gender. Hasil dari penghitungan Indeks Pembangunan Kebudayaan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam proses perencanaan pembangunan, sehingga dapat dihasilkan perumusan kebijakan, strategi, dan program kebudayaan berbasis data emipiris

    KREATIVITAS & KEBANGSAAN: Seni Menuju Paruh Abad XXI - 36 Prosiding Seminar Dies Natalis ke-36 ISI Yogyakarta

    Get PDF
    Dalam suasana pandemi Covid-19 yang mendera seluruh negeri dan belahan dunia, ISI Yogyakarta pada 30 Mei 2020 merayakan Dies Natalis ke-36. Di tengah suasana keprihatinan, peringatan dies natalis diselenggarakan dengan cara yang sederhana dan sangat khusus, dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Sidang senat, laporan rektor, dan pidato ilmiah diselenggarakan secara terbatas tanpa tamu undangan. Demikian juga pembatasan dan pengalihan media terjadi di berbagai agenda dies natalis, seperti pameran, pergelaran, dan seminar akademik. Berbagai agenda tersebut merupakan penanda yang tidak terpisahkan dari setiap peringatan dies natalis karena juga sebagai bentuk refleksi dan pertanggungjawaban pencapaian institusi yang harus disampaikan kepada semua stake holder. Dies Natalis ke-36 ISI Yogyakarta tahun ini mengangkat tema “SDM Unggul: Kreatif, Inovatif, dan Berkebangsaan (Belajar dari Pandemi Corona)”. Adapun tema seminarnya adalah “Kreativitas dan Kebangsaan: Seni Menuju Paruh Abad XXI”. Tema ini diangkat sebagai respons atas berbagai kondisi nasional global dan sekaligus dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang menghadang dengan persoalan multidimensinya. Dalam kondisi faktual penyiapan dan membangun SDM unggul merupakan keniscayaan untuk menghadapi perubahan zaman. Kreativitas merupakan modal utama dari berbagai produk yang dihasilkan oleh sumber daya manusia unggul. Demikian juga dalam tatanan kehidupan baru sekarang, tantangan inovasi sangat nyata dipengaruhi oleh teknologi informasi komunikasi dan digitalisasi. Perubahan tatanan kehidupan baru tersebut secara masif terjadi dalam setiap aspek kehidupan kita, yang secara fundamental implementasinya terlihat lewat interaksi sosial dan komunikasi, transaksi ekonomi, model produksi, wacana kebudayaan, produksi pengetahuan, dan juga pada paradigma seni yang baru. Tanpa kita sadari penguasaan teknologi informasi dan digitalisasi sekarang menjadi syarat mutlak untuk semua aktivitas produktif pada masa pandemi Covid-19 ini. Kita menjadi belajar berbagai inovasi tersebut sebagai perilaku “kenormalan baru” dari pandemi ini. Oleh karena itu, ISI Yogyakarta harus menatap masa depan secermat mungkin untuk merespons berbagai perubahan sosial dan kebudayaan tersebut. Dengan kompetensi pokok di bidang seni, ISI Yogyakarta bisa mengkaji berbagai hal yang terkait hubungan antarruang budaya, seni, dan nilai-nilai kreativitas. Menjadi penting dan mendesak juga, untuk mengaitkan semua kesadaran kreatif dan inovatif tersebut dalam ikatan nilai nasionalisme dan kebangsaan pada masa kegalauan pandemi ini. Untuk mendapatkan pemahaman antarwaktu bahkan permasalahan tersebut bisa dikaji selama paruh abad XXI, hubungan antarnilai-nilai tersebut menjadi penting untuk dikaji dan diajukan sebagai topik seminar menuju masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Dalam buku ini, persoalan kreativitas, kebangsaan, dan pandemi Covid-19 menjadi permasalahan yang banyak dikupas. Demikian juga ada banyak topik tentang seni dengan berbagai pendekatannya. Seni sebagai bagian yang inheren dalam kehidupan manusia, bisa memperindah dengan kedalaman dan ketajaman perspektif yang dipakai dalam menelaah kehidupan. Atau juga seni akan menunjukkan nilai kagunan-nya langsung untuk memberikan pemecahan dalam permasalahan kehidupan. Seni bisa menjadi strategi, mengubah persoalan menjadi peluang, mampu memberi hiburan, atau juga bisa menggugah kesadaran dan kreativitas baru pada setiap orang. Dalam persoalan lain, pandemi juga telah membongkar batas-batas geografi dan geopolitik antarnegara. Oleh karena itu, situasi internasional menjadi problem tersendiri, seperti halnya persoalan perang senjata hingga perang virus yang menjadi polemik berkepanjangan. Kondisi tersebut mengakibatkan makna pertalian antarbangsa menjadi sukar ditelisik dan diprediksi. Lebih jauh lagi kebutuhan pangan, sandang, transportasi, hingga pertahanan dan keamanan negara juga memerlukan kajian yang mendalam. Hal itu tentu juga berakibat pada makna isu kebangsaan. Dalam kondisi demikian, bagaimanakah kreativitas dan kesenian bisa menjadi bagian yang secara faktual memberikan pencerahan dan pemecahan masalah? Dengan memahami sejumlah persilangan bidang disiplin dan konteksnya, buku atau prosiding ini diharapkan bisa menginspirasi berbagai pemikiran dan kebijakan lembaga atau publik. Seberapa pun hasil yang diwujudkan dalam sebuah buku tentu akan tetap mempunyai nilai dan makna sosial. Sejumlah artikel yang mengungkapkan musik, teater, seni lukis, sejarah patung, batik, seni tradisi, atau persoalan festival yang terjadi di sejumlah kota yang terhubung dengan isu kebangsaan dalam buku ini akan bermanfaat untuk melihat jati diri bangsa. Sejumlah karya seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media rekam karya mahasiswa dan dosen ISI Yogyakarta yang dikompilasi dalam buku ini juga ikut mewarnai opini dan berbagai pemaknaan di tengah pandemi ini. Dalam program seminar ini, panitia telah bekerja keras untuk mewujudkan tema tersebut secara menarik. Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, seminar tidak dilakukan secara langsung dalam pertemuan fisik, tetapi cukup diwujudkan dalam bentuk buku prosiding seminar. Program ini melibatkan banyak penulis dari sejumlah universitas di Indonesia dan beberapa dari luar negeri. Dalam buku ini terdapat sejumlah penulis utama, yaitu Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia), Dr. Nasir Tamara (Ketua Umum Satupena), dan Farah Wardani, M.A. (kurator dan arsiparis). Di samping penulis utama, tersaji 53 penulis penyerta yang terkumpul dari ISI Yogyakarta dan sejumlah penulis dari beberapa perguruan tinggi lainnya, seperti Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Indonesia Jakarta, ITB, ISBI Bandung, dan perguruan tinggi lainnya. Selain itu, ada penulis dari University Technology Mara, Machang, Malaysia dan seorang penulis lulusan dari Museum Studies, School of Art and Science New York University. Disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua penulis utama dan para penulis penyerta sehingga buku prosiding seminar ini dapat terwujud dengan baik. Semoga kerja keras editor, para penulis, penerbit, panitia, serta kerja sama dengan berbagai pihak dan universitas akan menjadi inspirasi dan semangat bagi ISI Yogyakarta dan seluruh sivitas akademika. Demikian juga dengan peluncuran buku ini pada hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, semoga dapat menjadi semangat untuk kita dan generasi mendatang dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Terima kasih dan salam budaya
    corecore