2 research outputs found

    Kemitraan Bidan dan Bkkbn dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi

    Full text link
    Investasi untuk peningkatan kesehatan reproduksi di negara yang sedang berkembang melalui penggunaan alat kontrasepsi akan menyelamatkan ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Pada tahun 2014 terdapat 225 juta perempuan di dunia tidak mendapatkan pelayanan kontrasepsi modern, sedangkan di Indonesia hampir 50 % (40,3%) kasus unmeet-need masih ditemukan. Data peserta KB aktif di DIY cukup tinggi (89.90%), yang sebagian besar dilaksanakan oleh bidan yang telah bermitra dengan BKKBN dalam pelayanan kontrasepsi melalui pendekatan selama antenatal care dan post natal care. Namun, apakah model kemitraan antara bidan dan BKKBN dapat ditingkatkan sehingga mampu mengatasi masalah unmeet-need terhadap kontrasepsi?. Ini menjadi kajian yang menarik untuk peningkatan strategic plan antara bidan dan  BKKBN untuk meningkatkan pelayanan kontrasepsi. Tujuan: Menganalisis hasil kegiatan kemitraan bidan dan BKKBN serta menunjukkan manfaat, kendala, tantangan dan  peluang peningkatan kemitraan bidan dan BKKBN dalam peningkatan pelayanan kontrasepsi di DIY. Metode: Studi deskriptif dengan pendekatann kualitatif terhadap kegiatan kemitraan bidan dan BKKBN dalam pelayanan kontrasepsi oleh bidan di DIY dilanjutkan eksplorasi berbagai aspek dan peluang model kemitraan yang dapat dikembangkan. Focus group discussion dan indepth interview akan dilakukan pada informan baik dari pihak pengurus IBI dan BKKBN maupun bidan yang terlibat langsung dalam pelayanan kontrasepsi. Hasil : Bentuk dukungan BKKBN kepada bidan untuk meningkatkan pelayanan kontrasepsi di Daerah Istimewa Yogyakarta berupa kegiatan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, dukungan sarana dan prasarana serta peningkatan jejaring bagi organisasi bidan pada program Keluarga Berencana. Dukungan yang diberikan dalam kerjasama tersebut saling menguntungkan bagi bidan dan BKKBN, namun pengaruh program BPJS dan otonomi daerah menyebabkan penurunan pelayanan KB khususnya MKJP dan masih ditemukan kondisi unmetneed 7,70%

    Safety Culture to Prevent Infection in Normal Birth Care by Village Midwives Ateast Lombok Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    Background: Normal birth care is one of midwife's competence within the most of risks to both women and midwife. Limited of health facilities and social culture are major problem of midwifery care. In fact, infection cases have been occurring and become a significant cause in maternal death. At East Lombok most of 93,33% birth was provided by midwife. It was a tricky to explain that midwife does not work as well.Aim: to describe safety culture to prevent infection during normal birth care at rural area.Method: qualitative study with focus group discussion and in-depth have done for 8 midwives from 6 sub-district at East Lombok. We selected midwife who have done at least 1 year and have experience in preventing infection during birth care.Result: Midwives struggled to perform the rule of normal birth care with the limited facilities. Cultural sensitivity restricted to use personal protective equipment. To build safety culture in their work, social culture became an obstacles more than support system and policy. Lack of knowledge about safety care on rural area is one of problem they said.Conclusion: Culture sensitivity is something to consider in safety care, although considerable to standard care is essential in midwifery care. Culture safety care concept particularly for prevent infection at remote area are needed to expand in the midwifery curriculum
    corecore