18 research outputs found
Identifikasi Kematangan Buah Tomat Berdasarkan Warna Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (Jst)
Proses pemilihan produk hasil pertanian dan perkebunan umumnya sangat bergantung pada presepsi manusia terhadap komposisi warna yang dimiliki citra yaitu buahbuahan. Cara manual dilakukan berdasarkan pengamatan visual secara langsung pada buah yang akan diklasifikasi. Identifikasi dengan cara ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah waktu yang dibutuhkan relatif lama serta menghasilkan produk yang beragam karena adanya keterbatasan visual manusia, tingkat kelelahan dan perbedaan persepsi tentang mutu buah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan citra digital memungkinkan untuk memilah produk pertanian dan perkebunan tersebut secara otomatis dengan bantuan aplikasi pengolahan citra. Identifikasi kematangan buah tomat ini menerapkan metode pembelajaran Perceptron. Pendukung identifikasi menggunakan bantuan media webcam sebagai pengambilan gambar tomat yang dibuat histogram warnanya kemudian diidentifikasi menggunakan jaringan syaraf tiruan agar komputer dapat memperoleh informasi citra dan dapat mengetahui jenis kematangan buah tersebut. Tingkat keberhasilan identifikasi kematangan buah tomat yang didapatkan menggunakan metode pembelajaran perceptron dengan tingkat keberhasilan 43,33%. Dari hasil identifikasi yang diperoleh menghasilkan 3 output yaitu Mentah 10%, Setengah Matang 6,66%, dan Matang 26,66%
Deteksi Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Jarak Jauh dengan Metode Haar Cascade Classifier
Saat ini perkembangan teknologi yang berkaitan dengan pengenalan wajah banyak dimanfaatkan pada aplikasi pengenalan data biologis (biometrics) seperti pengenalan jenis kelamin. Penerapan aplikasi yang memerlukan pengenalan jenis kelamin adalah proses segmentasi pasar untuk mengetahui trend demografis dari produk yang dipasarkan berdasarkan jenis kelamin, selain itu juga dapat digunakan untuk pembatasan akses suatu ruangan dan lain-lain. Deteksi jenis kelamin berdasarkan citra wajah jarak jauh dengan metode Haar Cascade Classifier dapat digunakan untuk membedakan wajah wanita dan wajah pria dengan jarak kurang dari 200 cm. Data yang dilakukan untuk proses training adalah 150 wajah laki-laki dan 150 wajah perempuan, dari jumlah wajah tersebut diambil 100 citra wajah untuk setiap jarak berukuran 100, 150, dan 200 cm. Penggunaan fitur-fitur geometris yang diperoleh dari deteksi mata, hidung dan mulut diproses dengan pengukuran jarak antar fitur-fitur dari wajah yang akan dilakukan proses klasifikasi jenis kelamin. Untuk klasifikasi jenis kelamin dilakukan perbandingan 2 metode klasifikasi yait
Penyisipan Watermark Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Pada Citra Digital
Citra digital merupakan format data yang paling banyak tersebar luas di internet. Hal ini memberikan kemudahan bagi beberapa orang yang ingin mengunduh dan menyebarluaskan citra tanpa seijin pemiliknya. Masalah penyalahgunaan citra ini semakin rumit ketika masyarakat kurang peduli terhadap hak cipta orang lain. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah metode untuk melindungi hak cipta dari citra digital. Penyisipan watermark dengan metode Discrete Cosine Transform dapat diterapkan untuk meningkatkan keamanan pada citra digital. Dipilihnya metode ini karena metode ini lebih kokoh terhadap manipulasi citra terutama kompresi. Penyisipan watermark dilakukan pada frekuensi tinggi dari koefisien DCT. Berdasarkan pengujian, citra terwatermark tahan terhadap manipulasi citra berupa kompresi hingga 50%. Penambahan teks dan Perubahan warna menghasilkan kualitas citra watermark yang baik, sedangkan pada penggantian background, penambahan filter, dan rotate dapat merusak watermark setelah proses ekstraksi
Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas Berdasarkan Estimasi Panjang Antrian Menggunakan Pengolahan Citra
Saat ini salah satu penyebab kemacetan adalah lampu lalu lintas yang menggunakan waktu yang tetap sedangkan volume kendaraan selalu berubah-, sehingga lampu lalu lintas menjadi kurang efektif. Maka dibutuhkan metode untuk menghitung lama lampu lalu lintas menyala dengan waktu sesuai dengan jumlah kendaraan. Sistem ini mengimplementasikan 4 kamera pada persimpangan. Kamera mengambil gambar saat jalur sedang kosong sebagai acuan, dan mengambil gambar setiap sequence sebagai input. Gambar diproses menggunakan pengolahan citra, dari merubah format RGB menjadi grayscale, dilakukan proses subtraction dengan gambar acuan, penambahan brightness, merubah format grayscale menjadi biner dengan Otsu‟s threshold dan menghitung jumlah objek sebagai input dari logika fuzzy tsukamoto yang menghasilkan lama lampu hijau menyala. Sedangkan lama lampu merah menyala dihitung dengan menjumlahkan lama lampu hijau menyala dari jalur lainnnya Penggunaan 4 buah input dimaksudkan agar sistem memperhatikan jumlah antrian dari setiap jalur dan memperhatikan sebaran kepadatan, Sehingga hasil lama lampu merah dan lampu hijau menyala dapat berubah-ubah sesuai dengan sebaran kepadatan antrian. Semakin terang kondisi jalan, semakin tinggi tingkat akurasi yang didapatkan. Pada pagi hari, didapatkan nilai error 1.74%, pada siang hari sebesar 9%, pada malam hari dengan penerangan normal sebesar 21% dan pada malam hari dengan tambahan penerangan sebesar 15%
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan terus meningkat. Permasalahan diagnosa penyakit Diabetes Melitus terletak pada bagaimana pengguna mengetahui kemungkinan tingkat resiko tipe dari penyakit Diabetes Melitus yang dialami. Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan menerapkan sistem pakar. Sistem pakar yaitu suatu ilmu komputer yang berdasarkan kecerdasan buatan berguna untuk menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli. Berdasarkan pada permasalahan tersebut akan ditemukan beberapa diagnosa, sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan. Penerapan metode Dempster Shafer pada sistem pakar dimanfaatkan untuk mengatasi ketidakkonsistenan. Dempster Shafer adalah suatu metode yang menerapkan fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal. Nilai kepercayaan atau densitas terbesar menunjukkan hasil diagnosa penyakit Diabetes Melitus. Parameter penetapan diagnosa Diabetes Melitus dilihat berdasarkan hasil lab gula darah, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan gejala yang dialami. Hasil pengujian sistem yang menerapkan Dempster Shafer diperoleh tingkat akurasi sistem sebesar 86.7 %, sehingga sistem dignosa ini dapat menjadi alternatif solusi sebagai media konsultasi bagi pengguna untuk mendapatkan informasi kemungkinan tingkat resiko tipe pada penyakit Diabetes Melitus yang dialami
Sistem Identifikasi Batik Alami Dan Batik Sintetis Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Dengan Metode K-means Clustering
Batik adalah kain khas Indonesia yang memiliki berbagai motif dan warna. Pewarnaan batik dibagi menjadi 2 yaitu batik alami dan batik sintetis. Proses pemilihan batik alami dan sintetis umumnya sangat bergantung pada persepsi manusia terhadap komposisi warna. Produsen batik melakukan pengamatan visual secara langsung untuk membedakan warnanya. Kelemahan dari cara ini yaitu keterbatasan visual manusia dan tingkat kelelahan sehingga warna satu dan lainnya dapat tertukar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan citra digital memungkinkan untuk membedakan batik alami dan sintetis secara otomatis dengan bantuan aplikasi pengolahan citra. Identifikasi batik alami dan sintetis ini menerapkan metode K-Means Clustering. Pendukung identifikasi menggunakan bantuan media camera digital sebagai pengambilan gambar batik yang kemudian dihitung nilai normalisasi RGB. Tingkat keberhasilan identifikasi yang didapatkan dengan menggunakan metode K-Means adalah 92.8%. Dari hasil identifikasi yang diperoleh menghasilkan 2 output yaitu Batik Alami 100% dan Batik Sintetis 85.71%