3 research outputs found

    Identifikasi asam amino protein SHP yang berperan dalam terminasi signaling protein Signal Transducers and Avtivators of Transcription (STAT)

    Get PDF
    Growth hormone diketahui mengaktifkan STAT I, 3, 5A dan 58. Aktifnya protein STAT akan mempengaruhi pola ekspresi dari gen target. Untuk mengakiri signaling protein STAT yang diaktifkan GH temyata diperlukan suatu protein fosfatase SHP-I dan SHP-2. Dua fosfatase tersebut sangat berperan sebagai regulator negatif signaling yang diaktifkan GH. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berat molekul protein SHP 2 sebagai dasar untuk mengetahui susunan asam amino protein fosfatase SHP pada ayam pedaging yang sedang mengalami pertumbuhan akibat meningkatnya growth hormone (GH). Ayam dipelihara dalam kandang mulai umur 1-21 hari, ayam mendapat pakan dua kali sehari yaitu pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB dengan jumlah 10 % lebih kecil dari standar. Pada umur 21 hari ayam dipotong untuk diambil sampelnya berupa jaringan hepar untuk dilakukan pemeriksaan sebagai berikut (l) Isolasi protein fosfatase SHP-2 dari jaringan hepar ayam pedaging, (2) Analisis protein fosfatase SHP-2 darijaringan hepar ayam pedaging dengan menggunakan metode SDS-PAGE (sodium dudecyl sulpha! polyacrylamide gel electrophoreses), (3) Identifikasi berat molekul protein fosfatase SHP-2 dengan metode blotting yaitu teknik Western Blot dengan menggunakan protein yang diuraikan secara elekJrophoreses dari gelpolyacrylamide

    PERAN FISIOLOGIS PEMBATASAN PAKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAGING AYAM PEDAGING

    Get PDF
    Kebutuhan bahan makanan asal hewan baik yang berasal dari daging maupun telur ayam ras semakin meningkat. Hal ini karena pemenuhan gizi, khususnya protein hewani, juga semakin meningkat. Salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani adalah melalui peternakan unggas, karena ternak unggas mempunyai keunggulan komparatif dibanding dengan ternak lainnya. Namun kenyataan yang ada hasil ternak unggas terutama daging masih berkualitas rendah. Bila dilihat hubungan antara sekresi growth hormone (GH) dengan pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan ada kemungkinan untuk menghasilkan daging yang berkadar lemak rendah dan berkadar protein tinggi. Pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan yang tepat diharapkan terjadi peningkatan sekresi GH sehingga akan diikuti peningkatan efek metabolik pada seluruh jaringan tubuh. Efek metabolik GH meliputi peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh tubuh, peningkatan pangangkutan asam lemak dari jaringan lemak, peningkatan penggunaan asam lemak sebagai sumber energi dan menghemat karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan secara fisiologis di bidang perunggasan dapat meningkatkan kualitas daging ayam pedaging. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan hewan coba ayam pedaging jantan galur Lohman (MB 202 P) sebanyak 48 ekor. Dua jenis perlakuan yang diberikan adalah (1) jumlah pemberian pakan yang terdiri dari dua variasi yaitu jumlah pakan standar (J1) dan jumlah pakan 10 % di bawah jumlah standar (J2) (2) waktu pemberian pakan yang terdiri dari tiga variasi yaitu waktu pemberian pakan satu kali sehari (W1), waktu pemberian pakan dua kali sehari (W2) dan waktu pemberian pakan tiga kaii sehari (W3). Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali sehingga pola faktorial dapat digambarkan dengan (2 x 3) x 8. Perlakuan diberikan selama 20 hari mulai umur 15 - 34 hari. Pada akhir penelitian yaitu hari ke 35 pukul 06.00 WIB sampel darah diambil dari vena brachialis sebanyak 5 cc untuk pemeriksaan kadar GH dengan Elisa kemudian ayam dipotong untuk diambil sampel daging paha, dada dan punggung masing-rnasing 5 g untuk pemeriksaan kadar lemak dengan metode Soxhiet dan protein dengan metode Marcam steel. Data penelitian kemudian dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan bila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95 %. Analisis menggunakan program komputer SPSS 10,0 for windows. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembatasan waktu pemberian pakan W2 meningkatkan kadar GH dan protein daging serta menurunkan persentase kadar lemak daging secara nyata (p < 0,05). Pembatasan jumlah pemberian pakan J2 meningkatkan kadar GH dan protein daging serta menurunkan kadar lemak daging secara nyata (p < 0,05). Kombinasi pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan W2J2 menyebabkan peningkatan kadar GH yang berbeda nyata ( p < 0,05) dengan perlakuan lain. Perlakuan W2J2 menyebabkan sekresi GH yang paling optimal sehingga terjadi peningkatan kadar protein daging dan penurunan kadar lemak daging. Kombinasi pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan W2J2 menimbulkan rangsangan sintesis dan sekresi GH dari sel somatotropes paling kuat diduga karena adanya peningkatan GHRH. Peningkatan GH akan menimbulkan efek metabolik secara tidak langsung dengan meningkatkan IGF-I sehingga terjadi peningkatan sintesis protein otot dan pertumbuhan jaringan extraskeletal seperti otot, sedangkan efek secara langsung adalah meningkatnya penggunaan sumber energi dari lemak melalui proses lipolisis dengan akibat menurunnya lemak daging. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembatasan waktu pemberian pakan dua kali sehari dengan jumlah pakan 10 % di bawah jumlah pakan standar menyebabkan peningkatan sekresi GH sehingga terjadi peningkatan kadar protein daging dan penurunan kadar lemak daging ayam pedaging. Untuk itu disarankan pemberian pakan pada ayam pedaging sebaiknya dua kali sehari dengan jumlah 10 % di bawah jumlah pakan standar agar diperoleh daging berkualitas tinggi

    METODE PENGAJARAN MATA KULIAH FISIOLOGI VETERINER MENGGUNAKAN MULTIMEDIA YANG DIKOMBINASIKAN DENGANSTUDENT LEARNING STYLE

    No full text
    Ciri pendidikan formal yang dianut saat ini antara lain adalah pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan (Zamroni, 2000). Hal ini tidak terlepas dari peran ke tiga unsur yaitu dosen sebagai pengajar, sistem pembelajaran sebagai proses dan mahasiswa sebagai peserta didik. Terjadinya kegagalan pendidikan tidak terlepas dari ketiga unsur tersebut, selain itu juga kualitas pengajar, metode pengajaran yang tidak tepat dan peserta didik yang tidak dapat mencapai prestasi yang baik. Oleh karena itu seorang dosen perlu untuk mengetahui gaya belajar mahasiswa. Kegiatan belajar yang berbentuk kuliah atau ceramah mungkin ada mahasiswa yang kurang menarik dan mereka lebih senang terlibat dalam interaksi intelektual antar mahasiswa seperti diskusi kelompok, latihan pemecahan masalah, observasi dan penggunaan multimedia dalam pengajaran. Beban mata kuliah Fisiologi Veteriner adalah 3 SKS. Mata kuliah Fisiologi Veteriner menuntut kemampuan mahasiswa untuk memahami dengan baik mekanisme dan proses alat dan sistem serta interaksi antar sistem tubuh dalam upaya mencapai keseimbangan yang dinamis (fisiologis). Pemahaman fisiologis tubuh tersebut sangat diperlukan nantinya bagi seorang dokter hewan dalam upaya menegakkan diagnosis suatu penyakit. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang memperhatikan student learning style dan pemakaian multimedia untuk membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah fisiologi veteriner secara tepat. Hasil pembelajaran dengan metode student learning style yang dikombinasikan dengan penggunaan multimedia ternyata memberikan dampak positip pada nilai akhir mahasiswa. Hasil kuisener student learning style dengan VARK catalyst menunjukkan bahwa metode belajar mahasiswa dengan cara visual 19%, aural 26%, read/write 28% dan kinesthetic 27%. Nilai rata-rata kelas mata kuliah Fisiologi Veteriner 64,30 dengan SD 10,33 sehingga perhitungan nilai akhir menggunakan PAP (penilaian acuan patokan). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A (8,7%), AB (23%), B (25%), BC (21,6%), C (8,1%), D (10,1%) dan E (3,4%). Berdasarkan hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan memperhatikan metode belajar mahasiswa yang dikombinasikan dengan cara penyampaian materi kuliah melalui suatu gambar, tabel, diagram alir ataupun grafik yang dapat bergerak akan mempermudah mahasiswa dalam menyerap materi yang disampaikan oleh dosen. Penyampaian materi kuliah dengan metode tersebut ternyata membuat mahasiswa tidak mudah bosan dalam mendengarkan kuliah sehingga ada peningkatan daya konsentrasi. Hal ini karena metode belejar mahasiswa 45% secara visual dan aural
    corecore