71 research outputs found

    Analisis Identifikasi Dan Peranan Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali Identification Analysis and Role of Agricultural Sector in Facing Regional Autonomy at Boyolali Regency

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengidentifikasi sektor pertanian dalam menghadapi otonomi daerah di Kabupaten Boyolali berdasarkan komponen pertumbuhannya. (b) mengidentifikasi sektor pertanian berdasarkan basis ekonomi di Kabupaten Boyolali. (c) mengetahui peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali dengan mengunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali dan PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 1998-2002, Data Boyolali dalam Angka tahun 1998- 2002. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Boyolali. Analisis yang digunakan adalah shift share konvensional, analisis Location Quotion (LQ), dan Analisis Pengganda Pendapatan dan Tenaga Kerja. Hasil penelitian menunjukkan: (i) Sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan di atas pertumbuhan provinsi adalah perkebunan, kehutanan, dan perikanan; sedangkan sektor tanaman bahan makanan dan peternakan berada di bawah pertumbuhan provinsi. (ii) Berdasarkan komponen pertumbuhannya, sektor pertanian di Kabupaten Boyolali tahun 1998-2002 termasuk ke dalam sektor yang progresif (PP positif) tetapi tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik (PPW negatif). (iii) Berdasarkan komponen pertumbuhan proporsional, sektor peternakan dan perikanan merupakan sektor yang progresif, sedangkan sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan kehutanan merupakan sektor yang tergolong lamban pertumbuhannya. (iv) Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah, sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang baik, sedangkan sektor peternakan merupakan sektor yang tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. (v) Peranan sektor petanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Boyolali selama periode tahun 1998-2002 cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan

    Penambahan Lisin Pada Pakan Komersial Terhadap Retensi Protein Dan Retensi Energi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum) [Lysine Addition on Commercial Feed to the Protein Retention and Energy Retention Colossoma Macropomum]

    Full text link
    Asam amino adalah komponen terkecil yang menyusun protein. Sejumlah asam amino akan dihubungkan satu sama lain melalui perantara ikatan peptida untuk membentuk protein. Asam amino telah dibagi menjadi dua; yaitu asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan; karena itu asam amino esensial harus ada dalam pakan. Lisin adalah salah satu dari sepuluh asam amino esensial, fungsi lisin adalah untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lisin dalam pakan komersial terhadap retensi protein dan retensi energi ikan bawal air tawar. Metode yang digunakan adalah desain eksperimen rancangan acak lengkap. Perlakuan yang digunakan adalah kadar lisin yang berbeda, yaitu P0 (0%), P1 (0,6%), P2 (1,2%), P3 (2,4%), P4 (4,8%) dan perlakuan diulang 4 kali. Parameter utama yang diamati adalah retensi protein dan retensi energi pada air tawar bawal. Parameter yang diukur didukung oleh parameter kualitas air. Analisis data menggunakan Analisis Varian (ANOVA) dan untuk menentukan perlakuan terbaik digunakan Duncan\u27s multiple range test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan (p <0,05) dalam retensi protein dan energi adalah daging ikan bawal air tawar. Retensi protein dan retensi energi dalam pengobatan P1 (0,6% lisin), P2 (1,2% lisin), P3 (2,4% lisin) dan P4 (4,8% lisin) berbeda secara signifikan dengan perlakuan P0 (kontrol). Kualitas air selama 40 hari perlakuan ditetapkan pada suhu 27-300 C, pH 7,5-8,5, amonia 4 mg / l dan oksigen terlarut 4 mg / l

    Pengaruh Medium Yang Tercemar Organoklorin (Endosulfan) Terhadap Kandungan Agar Dan Morfologi Thallus Gracilaria Verrucosa [Effect of Organochlorines (Endosulfan) Contaminated Medium on Content of Gelatin and Thallus Morphology Gracilaria Verrucosa]

    Full text link
    Gracilaria verrucosa seaweed is one of the high economic value because its potential as raw with the good content of more agarose than agaropektin so that it can produce gelatin to form strong and solid gelatin. The content range is from 12-48% depending on the class species Rhodophyceaea. Organochlorine residues (Endosulfan) come down to sea by the use of Organochlorine continuously, finally settles on the ground and carried by the flow of rain. Organochlorine residues (Endosulfan) excess in aquatic may influence biota so that can degrade and change the content that Thallus morphology on Gracilaria verrucosa. This research aims to determine the content of that reduction and morphological changes of Gracilaria verrucosa thallus on organochlorine contaminated medium (Endosulfan). This research method s experimental, while the design of the study is a Rancangan Acak Lengkap (RAL) with 5 treatments and 4 replications. The main parameters in this research that content of gelatin and thallus morphology Gracilaria verrucosa, while supporting parameters in this study consisted of: water quality medium. The results showed that the organochlorine contaminated medium (Endosulfan) significantly influenced (p <0.05) of the gelatin content. Ingredients that are highest in treatment A (41.2%). Content that is second highest on treatments B (35.55%). Ingredients that are the third highest in treatment C (22.02%), followed by treatment D (16.72%) and treatment E (13%) showed the lowest gelatin. Each treatment showed significantly different between treatments. Thallus morphology Observations show differences in the thickness of the thallus epidermis such as the dose of pollutant. The greater the dose of organochlorines (Endosulfan) given the Thallus epidermis G. verrucosa diminution

    Pengaruh Penambahan Beeswax Sebagai Plasticizer Terhadap Karakteristik Fisik Edible Film Kitosan [the Effect of Using Beeswax as Plasticizer Against Physical Characteristics of Chitosan Edible Film]

    Full text link
    Edible film kitosan merupakan kemasan primer biodegradable yang dapat dimakan berbentuk lapisan tipis dan transparan. Edible film kitosan bersifat rapuh dan kurang fleksibel sehingga perlu ditambahkan plasticizer beeswax. Beeswax atau lilin lebah bersifat ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui film berbahan dasar kitosan dengan beeswax sebagai plasticizer dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan edible film serta mengetahui pengaruh penambahan plasticizer beeswax terhadap karakteristik fisik edible film kitosan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penambahan konsentrasi beeswax yang berbeda yakni 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan dan plasticizer beeswax dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan edible film. Beeswax sebagai plasticizer memberikan pengaruh terhadap karakteristik fisik edible film kitosan. Nilai ketebalan pada edible film yang terbentuk bekisar antara 0,012-0,36 mm, kuat tarik antara 13,72 - 47,53kgf/cm2 dan persen pemanjangan antara 3,34 – 7,44 %. Peningkatan konsentrasi plasticizer beeswax menurunkan kuat tarik namun di sisi lain dapat meningkatkan nilai ketebalan dan nilai persen pemanjangan

    Potensi Pemberian Cod Liver Oil (CLO) Pada Pakan Komersial Terhadap Jumlah Total Asam Lemak Omega 3 Dan Omega 6 Di Daging Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii) [Potential of Giving Cod Liver Oil (CLO) Commercial Feed on to the Total Amount of Omega 3 and Omega 6 Fatty Acid in Meat Giant Freshwater Prawn (Macrobrachium Rosenbergii)]

    Full text link
    Asam lemak omega 3 dan omega 6 adalah asam lemak tak jenuh yang termasuk kedalam golongan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dan juga termasuk dalam kelompok asam lemak esensial. Asam lemak omega 3 dan omega 6 tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh, sehingga perlu adanya suplai asam lemak omega 3 dan omega 6 di makanan yang dikonsumsi. Fungsi dari asam lemak omega 3 dan omega 6 secara fisiologis yaitu sebagai sumber penting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup krustacea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemberian Cod Liver Oil (CLO) pada pakan komersial terhadap jumlah total asam lemak omega 3 dan omega 6 di daging udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan adalah kandungan Cod Liver Oil (CLO) yang berbeda, yaitu P0 (0%), P1 (3%), P2(6%), P3 (9%), P4(12%) masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter utama yang diamati adalah jumlah total asam lemak omega 3 dan omega 6 di daging udang galah. Parameter penunjang yang diamati adalah parameter kualitas air. Analisis data menggunakan analisis of varian (ANOVA) dan untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian pemberian Cod Liver Oil (CLO) menunjukkan berbeda nyata (P0,05) dengan jumlah total asam lemak omrga 6 di daging udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Jumlah total asam lemak omega 3 pada perlakuan P0 (0%) berbeda nyata dengan perlakuan P2 (6%), P3 (9%) dan P4 (12%), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1. Jumlah total asam lemak omega 6 pada perlakuan P0 (0%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 (3%), P2 (6%), P3 (9%) dan P4 (12%)

    Strategic Human Resource Planning Pada Ud. Berkat Bersama Mandiri

    Full text link
    Perencanaan sumber daya manusia pada sebuah Perusahaan adalah sebuah titik vital dalam menjalankan kegiatan Perusahaan baik Perusahaan jasa maupun Perusahaan manufaktur. Perencanaan strategik digunakan untuk mendukung proses perencanaan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, penulis melihat bahwa perencanaan strategik sumber daya manusia merupakan suatu hal yang menarik untuk dianalisis. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis strategic human resource planning pada UD. Berkat Bersama Mandiri di Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menggali informasi secara mendalam melalui proses wawancara dengan menggunakan kerangka berpikir yang dibangun oleh penulis.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, UD. Berkat Bersama Mandiri telah memiliki perencanaan sumber daya manusia yang didukung oleh 3 dari 5 strategi perencanaan sumber daya manusia yang ada yaitu strategi resturkturisasi, strategi rekrutmen, dan strategi pelatihan dan pengembangan. Strategi perencanaan itu membantu Perusahaan dalam mempertahankan produksi dan sumber daya manusianya

    Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Pada Daun Kacang Tanah (Arachis Hypogaea) Yang Difermentasi Dengan Bakteri Enterobacter Cloacae WPL 111 Sebagai Bahan Pakan Alternatif Ikan [ Content of Crude Protein and Crude Fiber in Peanut Leaves (Arachis Hypogaea) Fermented by Enterobacter Cloacae WPL 111 as Alternative Fish Feed Stuff]

    Full text link
    Feed is an element that really support the activities of aquaculture, there for the feed that is available must be adequate and meet the needs of the fish. Efforts to reduce feed costs, some farmers use alternative feed ingredients as a substitute for feed ingredients. Peanut leaves in the form of flour can be used as fish feed in pellet form. Peanut is potential biological resources to be used as feed to the waste produce sufficient forage nutritional value. Peanut leaves nutrition consist of, the dry matter 96,2754%, 29,7397% crude fiber, 17,2475% crude protein (Unit Inspection Services Consulting and Training of Faculty of Veterinary Medical Laboratory Airlangga University, 2014).This research been used Completely Randomized Design (CRD) method with five treatments and four replications. The treatment used were control (P0), the provision of Enterobacter cloacae WPL 111 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3) and 20% (P4) with each repeated four times. Parameters observed were content of crude protein and crude fiber after fermentation for seven days in anaerob facultative. Data about the contain of crude protein and crude fiber obtained from this studied were analyzed with analysis of variants to determine the effect of treatment. Different between treatments were tested with Duncan;s multiple range test (DMRT). These results indicate that administration Enterobacter cloacae WPL 111 10% gave significant effect of the increase in crude protein content in the fermented leaves peanut and administration Enterobacter cloacae WPL 111 5% gave significant effect of the decrease in crude fiber content in the fermented leaves peanut. The suggested dosage to reduce the content of crude fiber and increase the crude protein content in the fermented leaves peanut is 10%
    • …
    corecore