8 research outputs found

    KAJIAN TEKNOLOGI PERSENJATAAN MANPADS DENGAN PLATFORM KENDARAAN OPERASIONAL MAUNG 4X4 DALAM MENGHADAPI ANCAMAN PERTAHANAN UDARA INDONESIA

    Get PDF
    Ancaman udara bagian dari salah satu bentuk ancaman pertahanan, ditambah dengan berkembang pesatnya teknologi berupa drone. PT Pindad sebagai Badan Usaha Milik Negara dalam bidang Industri Pertahanan terus berinovasi dalam melakukan pengembangan alat peralatan pertahanan dan keamanan negara (alpalhankam), dalam hal ini telah menghasilkan produk unggulan yaitu Kendaraan Operasional Maung 4x4. Sebagai bentuk dukungan terhadap alpalhankam, Kementerian Pertahanan melakukan pemesanan yang direncanakan akan ditempatkan di seluruh KODAM di wilayah Indonesia. Dalam upaya pertahanan udara yang disesuaikan dengan rencana tersebut, perlu adanya penambahan sistem persenjataan pada Ranops Maung. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yakni dengan melakukan kajian dan analisis terhadap sumber-sumber informasi tertulis seperti jurnal ilmiah, buku, laporan dan artikel-artikel. Berdasarkan kajian ilmiah dapat disimpulkan bahwa fitur MANPADS dapat ditambahkan pada kendaraan operasional. Dengan penambahan fitur ini, Kendaraan Operasional Maung dapat difungsikan untuk mengantisipasi dan mencegah adanya serangan udara berupa drone

    PENGGUNAAN NANOMATERIAL DALAM TEKNOLOGI PERTAHANAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA

    Get PDF
    Penggunaan nanomaterial dalam teknologi pertahanan negara menawarkan peluang besar bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi besar dan wilayah luas. Keunggulan nanomaterial, seperti berat ringan dan kekuatan tinggi, sensorik sensitif, dan efisiensi konversi energi, dapat meningkatkan efektivitas pertahanan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur untuk mengeksplorasi penggunaan nanomaterial dalam berbagai bidang pertahanan, termasuk alat pelindung diri, sistem sensor dan deteksi, material amunisi, serta pelapis dan pelindung kapal. Namun, pengembangan nanomaterial juga dihadapkan pada tantangan, seperti masalah keamanan, regulasi, dampak lingkungan, dan kerjasama antarlembaga. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat, termasuk penelitian komprehensif, regulasi yang jelas, mitigasi dampak lingkungan, dan kolaborasi yang kuat, untuk memastikan penggunaan nanomaterial yang aman dan berkelanjutan. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan daya saing industri pertahanan, memperkuat kemampuan pertahanan, dan menjaga kedaulatan serta keamanan negara di tengah perkembangan teknologi yang cepat

    TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERTAHANAN MARITIM INDONESIA DITENGAH REVOLUSI INDUSTRI 4.0

    Get PDF
    Revolusi Industri 4.0 adalah suatu fenomena yang menggabungkan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Fokus utamanya adalah pada otomatisasi, dengan memanfaatkan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, augmented reality, keamanan siber, dan kecerdasan buatan (AI). Dengan memanfaatkan teknologi informasi selama proses aplikasi, tingkat keterlibatan manusia dapat dikurangi, sehingga produktivitas dan efisiensi di tempat kerja meningkat. Salah satu aspek penting dari Revolusi Industri 4.0 adalah munculnya berbagai inovasi teknologi baru di berbagai bidang, termasuk industri pertahanan maritim di Indonesia. Revolusi ini membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, mengubah industri, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan peluang kerja baru. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan integrasi sistem fisik dan digital, memungkinkan mesin dan komputer berkomunikasi dan membuat keputusan tanpa campur tangan manusia. Di Indonesia, pengembangan Industri 4.0 sedang aktif dipromosikan oleh Kementerian Perindustrian dengan tujuan meningkatkan daya saing industri Indonesia secara global. Namun, pengembangan industri pertahanan di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mewujudkan sistem pertahanan yang maju, dan pemanfaatan optimal teknologi Industri 4.0 masih harus dicapai. Secara keseluruhan, Revolusi Industri 4.0 menandai era transformasi di mana otomatisasi dan kemajuan teknologi memainkan peran penting. Ini memiliki potensi untuk mengubah industri, meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, juga menimbulkan tantangan dalam beradaptasi dengan perubahan dan memastikan kesiapan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan revolusi tersebut

    PENGARUH DELAY, PERCEIVED FARE, COMPLAINT HANDLING, DAN CORPORATE IMAGE TERHADAP NIAT PENUMPANG UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN ULANG TIKET PERJALANAN DOMESTIK MASKAPAI PENERBANGAN NASIONAL

    Get PDF
    ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk menguji secara empiris pengaruh delay terhadap niat penumpang untuk melakukan pembelian ulang tiket penerbangan domestik Lion Air. 2) Untuk menguji secara empiris pengaruh perceived fare terhadap corporate image dalam benak penumpang domestik Lion Air. 3) Untuk menguji secara empiris pengaruh complaint handling terhadap corporate image dalam benak penumpang domestik Lion Air. 4) Untuk menguji secara empiris pengaruh perceived fare terhadap niat penumpang untuk melakukan pembelian ulang tiket penerbangan domestik Lion Air. 5) Untuk menguji secara empiris pengaruh complaint handling terhadap niat penumpang untuk melakukan pembelian ulang tiket penerbangan domestik Lion Air. 6) Untuk menguji secara empiris pengaruh corporate image terhadap niat penumpang untuk melakukan pembelian ulang tiket penerbangan domestik Lion Air. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada 200 responden menggunakan teknik purposive sampling. Teknis analisis data menggunakan metode SEM (Structural Equation Model ) dari paket statistik LISREL versi 8.8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Delay memiliki pengaruh negatif terhadap repurchase intention dengan t-value sebesar -2.823. 2) Perceived price memiliki pengaruh positif terhadap corporate image dengan t-value sebesar 4.118. 3) Complaint handling memiliki pengaruh positif terhadap corporate image dengan t-value sebesar 3.885. 4) Persepsi tarif memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention dengan t-value sebesar 4.756. 5) Complaint handling memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention dengan t-value sebesar 6.435. 6) Corporate image memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention dengan t-value sebesar 8.186. ABSTRACT: The objectives of this study are: 1) To empirically test the effect of delay on passengers’ intention to repurchase a domestic flight ticket from Lion Air. 2) To empirically test the effect of perceived fare on corporate image of Lion Air in the minds of its domestic passengers. 3) To empirically test the effect of complaint handling on corporate image of Lion Air in the minds of its domestic passengers. 4) To empirically test the effect of perceived fare on passengers’ intention to repurchase a domestic flight ticket from Lion Air. 5) To empirically test the effect of complaint handling passengers’ intention to repurchase a domestic flight ticket from Lion Air. 6) To empirically test the effect of corporate image of Lion Air on passengers’ intention to repurchase a domestic flight ticket from Lion Air. Data were collected from 200 respondents using purposive sampling method. Structural Equation Modelling (SEM) on LISREL 8.8 was used to analyze the data. The results of this study showed that: 1) Delay has a negative effect on repurchase intention with a t-value of -2.823. 2) Perceived fare has a positive effect on corporate image with a t-value of 4.118. 3) Complaint handling has a positive effect on corporate image with t-value of 3.885. 4) Perceived fare has a positve effect on repurchase intention with a t-value of 4.756. 5) Complaint handling has a positive effect on repurchase intention with a t-value of 6.435. 6) Corporate image has a positive effect on repurchase intention with a t-value of 8.186

    ANALISIS FENOMENA SUPPLY CHAIN INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL MENGGUNAKAN SYSTEM THINKING DAN SWOT

    Get PDF
    Industri pertahanan dalam negeri menghadapi beberapa permasalahan yang ada, baik dari segi manajerial maupun dari segi finansial. Sehingga industri pertahanan nasional dinilai kurang mampu bersaing dengan industri pertahanan dari negara lain. Untuk membangun segi manajerial tersebut dibutuhkan supply chain industri pertahanan yang terorganisir dengan baik agar permintaan alat peralatan pertahanan dan keamanan dapat diproduksi dengan baik dan maksimal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis strategi pengembangan rantai pasok industri pertahaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil rekondisi diperoleh nilai IFAS yaitu 3,01 sedangkan EFAS yaitu 3,1. Nilai tersebut lebih besar dari 2, maka strategi yang tepat untuk diterapkan yaitu strategi SO (Strenght-Opportunity), dimana berada dikuadran I dengan strategi agresif. Sehingga strategi yang sesuai dengan kelemahan supply chain industri pertahanan di Indonesia adalah strategi SO. Strategi SO yang bisa diaplikasikan yaitu menggunakan kebijakan baru mengenai anggaran industri pertahanan yang mendukung pengembangan dan kemajuan teknologi, membuat kebijakan industri pertahanan melalui KKIP untuk pengadaan kontrak jangka panjang, serta memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam domestik untuk pengolahan bahan mentah sampai barang jadi dengan manajemen rantai pasok. Hasil akhir dari analisa SWOT berupa alternatif strategi yang nantinya bisa dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan STP: segmentasi – targeting – positioning

    KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMBANGUNAN KRI PERUSAK KAWAL RUDAL (PKR 10514)

    Get PDF
    Kemandirian industri pertahanan berperan mendukung kekuatan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI dalam menjalankan tugas operasi. Kemampuan dan kesiapan memproduksi alutsista sebagai indikator kemandirian industri pertahanan ingin ditunjukan oleh PT PAL Indonesia (Persero) dengan membangun kekuatan alutsista TNI AL, yaitu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) berjenis Perusak Kawal Rudal (PKR) 10514 menggunakan basis desain Ship Integrated Geometrical Modularirty Approach (SIGMA). Namun terdapat gap antara target dengan kondisi aktual, PT PAL Indonesia (Persero) harus bekerjasama dengan galangan kapal Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda dalam membangun KRI berjenis PKR 10514 tersebut. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif, bertujuan melakukan konstruksi fenomena atau gap kemudian menemukan dan mengembangkan teori-teori yang dibangun melalui data sekunder. Maka penelitian ini melakukan analisis kesisteman (system thinking) terhadap gap serta analisis strategi dengan metode SWOT untuk menentukan strategi sebagai solusi gap tersebut. Berdasarkan hasil analisis system thinking menunjukan kerjasama luar negeri dalam pembangunan KRI berjenis PKR 10514 dapat meningkatkan kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) memproduksi alutsista TNI AL. Kemudian diversifikasi strategi dan melakukan lebih banyak strategi baru yang bersifat taktis dalam membangun KRI berjenis PKR 10514 menjadi strategi terbaik berdasarkan hasil analisis SWOT. Sehingga tercapai kemandirian industri pertahanan dengan kapabilitas SDM dalam penguasaan teknologi tinggi untuk mendukung kekuatan alutsista TNI AL

    POTENSI TEKNOLOGI BETON APUNG DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL

    Get PDF
    Industri pertahanan nasional memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Dalam menghadapi ketegangan geopolitik dan era globalisasi, kemandirian industri pertahanan menjadi hal yang krusial. Salah satu aspek penting dalam membangun industri pertahanan yang mandiri adalah infrastruktur yang mendukung kegiatan pertahanan, terutama di sektor maritim. Teknologi beton apung muncul sebagai inovasi konstruksi yang menarik dalam membangun infrastruktur maritim. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi penggunaan teknologi beton apung dalam mendukung kemandirian industri pertahanan nasional. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan dengan tinjauan literatur dan analisis konten sebagai metode utama. Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa beton apung memiliki karakteristik unik, seperti kekuatan struktural yang mumpuni dan kemampuan mobilitas yang tinggi. Penggunaan teknologi ini dalam bidang pertahanan dapat meliputi konstruksi pangkalan militer apung, pelabuhan dan pangkalan udara, pos pengawasan dan intai, serta pabrik atau gudang industri pertahanan. Meskipun memiliki potensi besar, implementasi teknologi beton apung dihadapkan pada tantangan seperti aspek teknis, finansial, lingkungan, dan sosial. Namun, kontribusinya dalam meningkatkan kemandirian industri pertahanan nasional sangat signifikan. Dengan penerapan teknologi beton apung, Indonesia dapat memperkuat pertahanan nasional melalui infrastruktur yang tangguh dan efisien di sektor maritim

    Modeling of Service Supply Chain and Its Relationship on Repurchase Intention: Case study of Lion Air’s in Indonesia

    Get PDF
    Abstract— Over the past decade, the air travel passengers in Indonesia was recorded high and increased time to time. However, besides the big opportunities, the air travel providers have faced numerous issues such as airlines operation. In conjunction with the issue, this study aims to investigate the model of service supply chain and its relationship on repurchase intention in Lion Airlines. The design of this study is quantitative approach through survey questionnaire. A total of 200 passengers have participated in this study and the data analyzed using structural equation modeling that assisted by LISREL-8. The results of analysis show that Service supply chain and Complaint Handling have a significant and positive relationship on Corporate Image. Also, this study found that Delay has negatively and significant effect on Repurchase Intention. Service supply chain, Complaint Handling and Corporate Image have a significant positive relationship on Repurchase Intention. In conclusion, this study suggests the airlines must improve their strategies to provide the best service to passengers. It aims to increase their repurchase intention for Lion Airlines.Keywords— Service supply chain, Delay, Complaint Handling, Corporate Image, Repurchase Intention
    corecore