Perancangan Boardgame Sbagai Media Pembelajaran Komunikatif bahasa Bali (Studi Kasus Siswa kelompok Belajar Penyuluh Bahasa Bali Usia 10-12 Tahun)

Masalah yang terjadi pada Bahasa Daerah khususnya daerah Bali merupakan hal yang kompleks terlebih yang terjadi di wilayah kota Denpasar. Salah satu permasalahan tersebut terkait pengajaran Bahasa Bali yang menunjukkan kurangnya peranan orang tua dalam mengajarkan Bahasa Bali kepada anaknya. Untuk itu Penyuluh Bahasa Bali membentuk kelompok belajar kecil pada setiap kecamatan di kota Denpasar guna menanggulangi permasalahan tersebut. Namun, muncul masalah pada proses belajar yang mengharuskan belajar secara berani dan mudah belajar fokus siswa. Mengatasi masalah tersebut melalui desain komunikasi visual serta pendekatan gamifikasi, penulis mencoba memberikan solusi yang mengakomodasi kebutuhan siswa terkait media belajar tersebut melalui perancangan boardgame. Selain pendekatan tersebut penulis juga menggunakan sosiolinguistik, komunikasi 2 arah, Psikologi Perkembangan Anak serta Indikator Fun Toolkit sebagai alat uji. Perancangan ini diimplementasikan melalui metode Design Thinking yang beririsan dengan gamifikasi. Metode ini terbagi menjadi emphatize, define, ideate, prototype, dan test. Hasil dari perancangan ini adalah media boardgame komunikatif berbahasa Bali berjudul “Playlian Cecimpedan”. Bentuk media yang dirancang terdiri dari, papan boardgame, petunjuk boardgame, kemasan boardgame, kartu boardgame, pion, dadu serta poin/ koin playlian. Melalui proses perancangan ini, penulis menemukan bahwa perancangan boardgame sebagai media pembelajaran komunikatif bahasa Bali, dengan audiens target siswa kelompok belajar Penyuluh Bahasa Bali usia 10 – 12 tahun ini, harus dirancang kebutuhan interaksi yang komunikatif. Karena target audiens pada usia tersebut secara psikologis merupakan individu yang aktif berinteraksi dengan teman sebayanya. Kata kunci: bahasa Bali, cecimpedan, boardgame, desain komunikasi visua