5 research outputs found
Studi Kualitas Air Minum Isi Ulang Ditinjau dari Proses Ozonisasi, Ultraviolet, dan Reversed Osmosis di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo 2012
Alternatif pemenuhan air minum dipenuhi melalui adanya air minum isi
ulang dengan berbagai proses pengolahannya seperti proses ozonisasi, ultraviolet
ulang dengan berbagai proses pengolahannya seperti proses ozonisasi, ultraviolet
(UV), maupun reversed osmosis (RO). Namun, peningkatan keberadaan depot air
(UV), maupun reversed osmosis (RO). Namun, peningkatan keberadaan depot air
minum isi ulang di kalangan masyarakat belum diimbangi peningkatan kualitas air
minum isi ulang di kalangan masyarakat belum diimbangi peningkatan kualitas air
minum yang dihasilkan.
minum yang dihasilkan.
Penelitian ini merupakan jenis deskriptif yang bertujuan menggambarkan
Penelitian ini merupakan jenis deskriptif yang bertujuan menggambarkan
kualitas air minum isi ulang berdasarkan proses ozonisasi, UV, dan RO.
kualitas air minum isi ulang berdasarkan proses ozonisasi, UV, dan RO.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling, dengan jumlah
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling, dengan jumlah
sampel sebanyak 20 sampel air minum pada Perusahaan AMDK dan DAMIU
sampel sebanyak 20 sampel air minum pada Perusahaan AMDK dan DAMIU
yang ada di kecamatan Kota Tengah dan Kota Selatan, terdiri dari 16 sampel
yang ada di kecamatan Kota Tengah dan Kota Selatan, terdiri dari 16 sampel
untuk proses ozonisasi, 2 sampel untuk proses UV, dan 2 sampel untuk proses
untuk proses ozonisasi, 2 sampel untuk proses UV, dan 2 sampel untuk proses
RO. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif melalui grafik pada masingmasing
RO. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif melalui grafik pada masingmasing
variabel dengan merujuk pada Permenkes RI No.
variabel dengan merujuk pada Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010.
492/Menkes/Per/IV/2010.
Hasil penelitian menunjukkan kualitas air minum ditinjau dari proses
Hasil penelitian menunjukkan kualitas air minum ditinjau dari proses
ozonisasi, UV, dan RO berdasarkan parameter fisik (TDS) dan kimia (pH) masih
ozonisasi, UV, dan RO berdasarkan parameter fisik (TDS) dan kimia (pH) masih
memenuhi standar kesehatan, dengan nilai maksimal TDS pada sampel air
memenuhi standar kesehatan, dengan nilai maksimal TDS pada sampel air
ozonisasi adalah 106, proses UV adalah 166, dan proses RO adalah 119, dengan
ozonisasi adalah 106, proses UV adalah 166, dan proses RO adalah 119, dengan
standar maksimal TDS 500 mg/l. Untuk parameter kimia, niLai pH maksimal
standar maksimal TDS 500 mg/l. Untuk parameter kimia, niLai pH maksimal
pada sampel air minum ozonisasi adalah 7,6, proses UV adalah 7,5, dan proses
pada sampel air minum ozonisasi adalah 7,6, proses UV adalah 7,5, dan proses
RO adalah 119, dengan standar pH adalah 6,5-8,5. Namun untuk parameter
RO adalah 119, dengan standar pH adalah 6,5-8,5. Namun untuk parameter
mikrobiologi (total koliform), hanya 69% air minum dengan proses UV yang
mikrobiologi (total koliform), hanya 69% air minum dengan proses UV yang
memenuhi standar Permenkes yaitu 0, 31% atau 5 dari 16 sampel tidak memenuhi
memenuhi standar Permenkes yaitu 0, 31% atau 5 dari 16 sampel tidak memenuhi
standar, dengan total koliform maksimal adalah 96 per 100 ml sampel.
standar, dengan total koliform maksimal adalah 96 per 100 ml sampel.
Dari hasil pengamatan dan mempertimbangkan efek yang dihasilkan dari
Dari hasil pengamatan dan mempertimbangkan efek yang dihasilkan dari
masing-masing proses pengolahan, dapat disimpulkan bahwa air minum dengan
masing-masing proses pengolahan, dapat disimpulkan bahwa air minum dengan
proses reversed osmosis (RO) memiliki kualitas terbaik.
proses reversed osmosis (RO) memiliki kualitas terbaik.
Kata Kunci : Air minum isi ulang, proses ozonisasi, proses ultraviolet,
Kata Kunci : Air minum isi ulang, proses ozonisasi, proses ultraviolet,
proses reversed osmosis.
proses reversed osmosis
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Teknik Make a Match Kelas V Sdn 24
This study aimed to describe the increased activity of students in Social Sciences with a model of cooperative techniques make a match grade V Public Elementary School 24 East Pontianak. The method used in this research is descriptive method and type of research is a class act. Students' physical activity by using the technique of learning make a match in Social Sciences Class V Public Elementary School 24 East Pontianak increased, from initial research to an increase in the percentage of 11.53% in the second cycle with an average of 92.66% and the category is very high. Mental activity of students by using the technique of learning make a match in Social Sciences Class V State Elementary School 24 East Pontianak increased, from early studies with the percentage 19.23%, an increase on the second cycle with an average of 83.33% and included in the high category
Studi Trikoma Daun Pada Famili Solanaceae Sebagai Sumber Belajar Biologi
Penelitian dilakukan dengan melihat jaringan epidermis pada tujuh spesies yang mewakili family solanaceae (Solanum melongena, Solanum tuberosum, Capsicum frustescens, Capsicum annum, Datura metel, Physalis minima dan Lycopersicon pimpinellifolium) yang ditemukan di daerah cangar kota Batu dengan metode jelajah. Kemudian dilakukan penelitian pada epidermis daun di Labolatorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang dengan menggunakan mikroskop SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trikoma pada famili solanaceae memiliki bentuk yang bervariasi. Dari 7 spesies ditemukan trikoma rambut sederhana, stellata, berkepala unicel dan hidatoda. Kemudian hasil penelitian ini untuk dikembangkan menjadi sumber belajar biologi SMA kelas XI melalui analisis KD, silabus dan RPP pada materi pembelajaran jaringan tumbuhan dengan penyajian bahan ajar berbentuk buku ilmiah
Research Methodology Through Writing Research Proposal Retrospectively by Combining Classroom Discussion and Collaborative Working Group in Lesson Study
Lesson Study (LS) was conducted aiming at: (1) describing the ideal steps in combining classroom discussion and collaborative working group in effort to improve students' comprehension on writing biology research proposal that is arranged retrospectively; (2) analyzing the improvement of students' comprehension on writing biology research proposal retrospectively by combining classroom discussion and collaborative working group (further noted as collaborative classroom discussion).The location of LS was in Class VB and VC, incorporating fifth semester students in Biology Education Department University of Muhammadiyah Malang (UMM) Indonesia. This LS was conducted within four cycles with its main focus on concept comprehension covering three cognitive levels, namely: simple concept comprehension, concept analysis, and concept synthesis.The findings of this current LS concluded that there were 8 activity stages in ideal syntax of collaborative classroom discussion, to name: (1) pre-condition: students were to complete collaborative working group-based assignments; (2) the lecturer explained the rules and assessment system of the discussion; (3) reorganizing seating arrangement and dividing group discussions, one presenting group and the other discussion groups; (4) positioning the students from high group in each discussion group; (5) the lecturer acted as a facilitator and was accompanied by a student-recruited note-taker; (6) conducting classroom discussion led by the facilitator; (7) the lecturer administered the assessment process; and (8) the lecturer along with students conducted reflection.The implementation of ideal syntax of collaborative classroom discussion was proven to improve students' comprehension on biology research methodology through writing research proposal retrospectively. Collaborative classroom discussion could improve students' comprehension on biology research methodology course as the implementation of which improved cognitive processes, initiated from simple concept comprehension, concept analysis, to concept synthesis and evaluation
Factors Related to Willing Mom for Post Placenta IUD Installation
The most ideal contraception for postpartum mothers childbirth and breastfeeding is not suppressing the production of breast milk, namely the Intra Uterine Device (IUD). The purpose of this study was to determine the factors associated with the mother's willingness to insert a post-placental IUD. This research is a quantitative research using the dynamics of correlation between phenomena with a cross sectional study design . The population in this study were all pregnant women over 30 weeks in April. The sample of this research was 47 pregnant women with gestational age above 30 weeks which were taken from the total sampling technique . Based on the results of the chi square statistical test with a 95% confidence level (α = 0.05) it was found that there was a significant relationship between knowledge (P 0.000), attitude (P 0.002), husband's support (P 0.001), mother's interest (P 0.001) , the support of health workers (P 0.001) with the mother's willingness to insert a post-placental IUD. It is hoped that mothers will be able to participate in the use of contraceptives