12 research outputs found
Pengolahan Raw Data Parameter Perairan Laut Menjadi USAble Data Dalam Upaya Diseminasi Data Kelautan Seawatch Indonesia
Antara tahun 1996 sampai dengan 2000, sistem Seawatch Indonesia telahberhasil mengukur berbagai parameter kelautan baik fisik oceanografi maupunkimia biologis khususnya dibeberapa perairan terpilih di Indonesia. Data-data initerkumpul melalui perangkat pengukuran yang near real time dengan buoy dansensor sebagai ujung tombak kolektor data. Keseluruhan data yang terkumpulharus diolah agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan baik sektorkelutan, lingkungan hidup maupun iptek kelautan itu sendiri. Tulisan inimemaparkan aspek latar belakang sistem Seawatch sekaligus langkah-langkahpengolahan data menjadi data yang siap didiseminasi dengan menggunakanMATLAB dan ORIGIN
Penghitungan Emisi Karbon Dari Lima Sektor Pembangunan Berdasar Metode Ipcc Dengan Verifikasi Faktor Emisi Dan Data Aktivitas Lokal
After ratifying the Kyoto Protocol, Indonesia has obligation to make report on National GHGs emission for UNFCCC. There are some studies at national level related to GHGs inventory. In this study we calculated GHG (CO2 and CH4) emissions from 5 (five) sectors i.e forestry, energy, industry, agriculture and waste. Calculation use 2006 IPCC method with local values for verification or enhanced the Tier of method. The local values are, forestry allometric equation, emission factor of paddy field, generation and composition of municipal solid waste, solid waste management as well. Calculation result of GHGs emission in this study is 827,058 Gg/year in the term of CO2 equivalent. This numbers isestimated arround 60% of the realistic numbers due to the accuracy of the transportation data and unaccounted peat fire data in the study. Carbon emission from peat fire is the biggest emission. From all sector has calculated, forestry sector is the biggest CO2e emmitor with contribute arround 58%, follow energy sector (25%), agriculture (8% ),industry sector (6%), and waste sector (3%). The proportion of distribution each sector can change if the data more broad the calculation include more detail in sub sectors
Pengembangan Dan Pemberlanjutan Teknologi Pemantauan Lingkungan Perairan Laut (Seawatch Indonesia)
Sebagai sebuah infrastruktur yang bernilai investasi tidak sedikit, upaya menjaga kesinambungan sistem Seawatch sangatlah penting.Secara umum permasalahan yang muncul dalam pengoperasian dan pengembangan sistem ini dapat dikategorikan sebagai masalah teknis dan non-teknis. Secara teknis masalah yang terjadi pada sistem buoy sebagian besar disebabkan oleh faktor ketidak-akraban lingkungan laut bagi sistem elektronik. Sementara pada aspek teknis pada pusat kendali lebih kepada aspek keandalan (reliability) sistem dan masalah penyebaran termasuk pengaturan aksesnya. Adapun faktor non-teknis utama adalah aspekyang berkaitan dengan ekonomi dalam arti apakah nilai tambah yang dihasilkan sistem Seawatch sebanding dengan biaya pengadaan, pengembangan, dan operasionalnya. Dalam menjaga kesinambungan ke depan suatu upaya bagaimana menekan biaya operasional dan meningkatkan manfaat dan kemanfaatan data dan atau informasi yang dihasilkan menjadi penting. Peningkatan kemampuan pada aspek teknik-praktis-operasional dan peningkatan pemahaman (meaning atau know-how) pada sistem pemantauan diperlukan agar diperoleh pilihan-pilihan pengukuran dan koleksi data yang lebih ekonomis. Sementara penyebaran data dan informasi yang ada perlu segera dilakukan dalam kaitan memberi manfaat dalam jangka panjang khususnya dalam pembangkitan arti pentingnya data dan informasi kelautan
Laju Produksi Dan Karakterisasi Polutan Organik Lindi Dari TPA Kaliwlingi, Kabupaten Brebes
Salah satu hasil proses biodegradasi sampah di TPA adalah lindi yang merupakan polutan organik yang berbahaya bagi lingkungan karena berpotensi mencemari tanah dan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas lindi dari sampah di TPA Kaliwlingi Brebes melalui uji lisimeter. Kuantitas lindi penting untuk memperkirakan spesifikasi disain unit pengolahan termasuk metode pengolahannya. Sedangkan karakteristik lindi penting untuk menentukan efisiensi pengolahan atau target kadar polutan yang diinginkan agar sesuai standard baku mutu. Dari pengamatan diperoleh kuantitas lindi per massa sampah rata-rata mencapai 1.060 liter/kg, sedangkan nilai pH lindi rata-rata 7,6 atau cenderung alkaline. Dari data pengamatan, semakin tinggi kadar air akan semakin besar kuantitas lindi yang dihasilkan. Karakterisasi lindi terhadap parameter BOD5, COD, NH3-N dan TKN menghasilkan nilai yang bervariasi. Nilai rata-rata serta rentang minimal-maksimal yang didapat; BOD5 90,7 mg/l (65 mg/l-130 mg/l), COD 9.679,7 mg/l (6.300 mg/l-12.200 mg/l), NH3-N 134,4 mg/l (80 mg/l-190 mg/l) dan TKN 672,5 mg/l (540 mg/l-890 mg/l). Rasio BOD5/COD sebesar 0,01 menunjukkan tingkat low biodegradability dalam materi organiknya, hal ini disebabkan waktu pengamatan yang relatif singkat dan proses degradasi biologis masih berlangsung.Nilai rasio BOD5/COD yang diperoleh belum menunjukkan nilai yang representatif untuk sampah di TPA Kaliwlingi. Hasil dari karakterisasi lindi untuk beberapa parameter menunjukkan bahwa biomassa atau sampah yang diteliti tergolong usia muda dan masih dalam proses dekomposisi
Penyisihan Timbal (Pb) Dari Tanah Terkontaminasi Dengan Proses Elektromigrasi
This study is trying to apply a new method in remediation electrokinetic byinserting conductive solution between cathode and soil to be treated. This is purposed in keeping the pH in low condition and preventing the precipitation of heavy metals in the soil adjacent to the cathode that often happen in the previous electrokinetic methods. Concentration of Pb (C0), period (t), concentration of conductive solution were selected as parameters, both with artificially contaminated sand and naturally contaminated soil experiments. The experiment with natural soil C0 = 975 ppm gave lower efficiency at 32,84% when it compares with sand as the medium, with the experiment in the same condition at 87,68%. Concentration of KCl also influenced theperformance of system which was shown by the increasing in removal efficiency. The double increase of conductive solution concentration does not proportionally increase the flux of Pb. Although desorption in the natural soil take time longer than in the sand the removal efficiency relatively low. This is caused by the immobile state of Pb in the natural soil and the complexity of chemical reaction between heavy metals with surface of soil particle
Analisis Resiko Dan Peluang Dalam Penyusunan Rencana Adaptasi Perubahan Iklim
Dalam menghadapi Perubahan iklim, terdapat dua langkah yang umum dilakukan yakni mitigasi dan adaptasi. Adaptasi adalah langkah penyesuaian diri atau peningkatan resiliensi sebagai akibat dari dampak yang timbul. Terdapat beberapa komponen iklim yang diidentifikasi mengalami Perubahan yakni kenaikan suhu permukaan daratan dan laut, intensitas curah hujan, tinggi muka laut dan peningkatan kejadian iklim ekstrim. Perubahan iklim berdampak pada berbagai sektor pembangunan termasuk sector transportasi udara. Studi ini memaparkan langkah penyusunan rencana aksi adaptasi Perubahan iklim di sector transportasi udara melalui analisis resiko dan peluang. Dari hasil studi disusun rencana aksi adaptasi dampak Perubahan iklim pada sektor transportasi udara meliputi; peningkatan standar pemeliharaan sarana dan prasarana, pembangunan sistem peringatan dini kondisi cuaca, pemanfaatan energi ramah lingkungan, peningkatan kemampuan pilot sampai penyediaan sistem air bersih berbasis daur ulan