3 research outputs found

    Hubungan Kelainan Postur Tubuh Terhadap Terjadinya Maloklusi Crossbite Unilateral : Sebuah Tinjauan Literatur.

    No full text
    Latar Belakang : Kelainan postur tubuh merupakan salah satu etiologi maloklusi dari faktor general (tidak secara langsung). Kelainan postur tubuh dan maloklusi terjadi dalam dua arah, postur tubuh mempengaruhi maloklusi ataupun sebaliknya. Kelainan postur tubuh dan maloklusi adalah masalah yang sering terjadi secara bersamaan terutama pada fase gigi campuran. Kelainan postur tubuh jenis skoliosis banyak ditemukan pada anak dengan bentuk wajah yang abnormal atau bentuk wajah asimetri, serta anak dengan kelainan tulang punggung yang sudah terjadi sejak lahir atau kelainan genetik juga banyak menjadi faktor predisposisi untuk unilateral crossbite. Tujuan : Mengetahui hubungan kelainan postur tubuh terhadap terjadinya maloklusi Crossbite Unilateral. Metode : Metode yang digunakan adalah metode Literature Review. Hasil : Literature Review membuktikan bahwa kelainan postur tubuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya maloklusi. Postur tubuh, khususnya vertebra servikal secara anatomis terkait dengan sistem stomatognati, sehingga perubahan apapun yang terjadi baik pada postur maupun sistem stomatognati akan mempengaruhi satu sama lain. Kelainan postur tubuh arah sagital seperti kifosis mempunyai korelasi dengan maloklusi arah sagital seperti maloklusi Angle kelas II dan kelas III. Kelainan postur tubuh arah transversal seperti skoliosis memiliki korelasi dengan maloklusi arah transversal seperti crossbite baik unilateral maupun bilateral dan juga memiliki korelasi yang signifikan dengan maloklusi Angle kelas II

    Perbedaan Daya Lenting Pegas Kantilever Tunggal Berdasarkan Posisi Koil dan Diameter Koil

    No full text
    Peranti lepasan merupakan bagian dari perawatan ortodonti. Pegas kantilever tunggal merupakan komponen aktif dari peranti lepasan yang mengerakan gigi kearah mesial-distal. Daya lenting secara klinis memberikan gaya yang konstan selama pergerakan gigi. Posisi koil terhadap basis akrilik, diameter kawat, diameter koil, dan perubahan suhu mempengaruhi besar daya lenting. Menambah koil dapat memperpanjang kawat dan meningkatkan daya lenting yang dihasilkan. Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan gigi berakar tunggal adalah 25-40 gram. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan daya lenting pegas kantilever tunggal dengan posisi koil dan diameter koil. Metode: Penelitian yang digunakan yakni pre eksperimental. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable, pemilihan subjek penenlitian dilakukan secara non random, dan tidak memiliki control grup atau comparison group. 45 sampel dibagi menjadi 9 kelompok dengan posisi koil 9 mm, 12 mm dan 15 mm dari basis akrilik dan diameter koil 2 mm, 2,5 mm, dan 3 mm. Kantilever tunggal diaktivasi sebesar 3mm. Pengujian pengukuran daya lenting menggunakan Gauge Meter. Hasil: Uji One Way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan daya lenting kantilever tunggal dengan posisi koil dan diameter koil (sig<0,05). Uji Post Hoc Turkey membuktikan terdapat perbedaan bermakna antara posisi koil dan diameter koil (sig<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar diameter koil maka semakin kecil daya lenting yang dihasilkan, sedangkan semakin jauh posisi koil maka semakin besar daya lenting yang dihasilkan. Kesimpulan: Perbedaan posisi koil dan diameter koil berpengaruh terhadap daya lenting yang dihasilkan pada pegas kantilever tunggal

    Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) sebagai Inhibitor terhadap Laju Korosi Kawat Stainless Steel pada Peranti Ortodonti Lepasan.

    No full text
    Peranti ortodonti lepasan ditujukan untuk memperbaiki maloklusi ringan. Salah satu komponennya yaitu kawat stainless steel yang berpotensi mengalami korosi dan dapat berefek negatif pada kawat serta tubuh manusia. Kulit buah kakao mengandung senyawa antioksidan tanin dan mayoritas menjadi limbah perkebunan sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan inhibitor organik korosi pada kawat ortodonti stainless steel. Tujuan: Untuk membuktikan efektivitas ekstrak kulit buah kakao sebagai inhibitor terhadap laju korosi kawat ortodonti stainless steel. Metode: Penelitian ini menggunakan kawat ortodonti stainless steel merk Dentaurum remanium jenis round, spring hard, 0,7 mm/28 dipreparasi dengan panjang 6 cm, ditimbang massa awal dan akhir menggunakan neraca analitik sehingga didapatkan selisihnya. Terdapat 4 kelompok kawat yang direndam selama 30 menit, yaitu: K (dalam saliva buatan), dan kelompok eksperimen yang ditambah dengan ekstrak konsentrasi 600 ppm pada KE-1, 800 ppm pada KE-2 dan 1000 ppm pada KE-3. Proses korosi menggunakan reaksi elektrokimia sederhana untuk mengkonversi energi listrik ke energi kimia (reaksi redoks) dan penghitungan laju korosi menggunakan rumus berdasarkan metode weight loss. Hasil: Uji One Way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari laju korosi kawat stainless steel (p<0,05). Uji Post Hoc Tukey HSD menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari laju korosi kawat stainless steel antara kelompok kontrol, KE-1, KE-2 dan KE-3 (p<0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit buah kakao efektif sebagai inhibitor laju korosi kawat stainless steel pada peranti ortodonti lepasan. Semakin besar konsentrasi inhibitor yang digunakan maka semakin berkurang laju korosi dan semakin meningkat efektivitas inhibit
    corecore