3 research outputs found

    Peran Kadar Transforming Growth Factor Beta-1 (Tgf-Î’1) Terhadap Derajat Kerusakan Katup Mitral Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Reumatik

    Get PDF
    Terdapat kadar TGF-β1 yang lebih tinggi secara signifikan pada anak dengan PJR (dengan kerusakan katup) dibandingkan dengan DRA (tanpa kerusakan katup),erdapat pola peningkatan kadar TGF-β1 seiring derajat kerusakan katup mitral pada anak dengan PJR. Didapatkan kadar TGF-β1 yang lebih tinggi pada anak dengan regurgitasi katup mitral berat dibandingkan regurgitasi katup mitral sedang dan kadar TGF-β1 yang lebih tinggi pada anak dengan regurgitasi katup mitral sedang dibandingkan dengan regurgitasi katup mitral ringan, erdapat korelasi kuat positif antara kadar TGF-β1 dengan derajat kerusakan katup mitral pada anak dengan PJR. Semakin tinggi derajat kerusakan katup, makin tinggi kadar TGF-β1

    Hubungan Antara Kadar Interleukin-4 ( Il-4 ) Dengan Derajat Keparahan Regurgitasi Katup Mitral Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Reumatik

    Get PDF
    Demam reumatik akut (DRA) merupakan respon autoimun lambat yang dipicu oleh Streptokokus grup A (SGA) pada individu yang rentan dan tidak diobati dengan baik. Manifestasi klinis utama DRA adalah poliartritis migran, karditis, khorea sydenham, eritema marginatum dan nodul subkutan. Secara epidemiologi 30-50% dari semua kasus menyebabkan kerusakan progresif atau permanen pada katup jantung, yang dikenal sebagai penyakit jantung reumatik (PJR). Katup mitral adalah bagian yang paling sering terkena (± 65-70%) diikuti katup aorta (± 25%), sedangkan katup trikuspid dan pulmonal jarang terkena. PJR pada katup mitral bermanifestasi paling umum sebagai mitral regurgitasi (MR) diikuti oleh mitral stenosis (MS) atau kombinasi keduanya, sedangkan pada anak, lesi katup yang paling sering terjadi adalah MR. Interleukin 4 merupakan sitokin anti inflamasi yang berperan pada regulasi sistem imun, menghambat produksi sitokin proinflamasi oleh sel Th1. Interleukin-4 mencegah aktivasi makrofag yang diinduksi oleh IFN-γ, TNF-α, oleh karena itu IL-4 mempunyai efek yang berlawanan dengan IFN-γ danTNF-α. Interleukin-4 berperan penting menghambat proses inflamasi sehingga dapat menghambat proses valvulitis pada DRA dan PJR. Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah terdapat hubungan antara penurunan kadar IL-4 terhadap keparahan regurgitasi katup jantung pada PJR anak. Hipotesis penelitian ini adalah apakah kadar IL-4 pada anak dengan PJR lebih rendah dibandingkan dengan kontrol anak sehat dan apakah terdapat hubungan antara kadar IL-4 dengan kelompok regurgitasi katup mitral ringan, sedang dan berat pada anak dengan PJR. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling didapatkan 40 penderita yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Karakteristik subyek penelitian didapatkan lebih banyak pasien yang berjenis kelamin perempuan (21/40) dengan rerata usia 11,7 tahun dengan kategori usia 11-15 tahun adalah jumlah yang terbanyak (19/40). Rerata kadar IL-4 pada masing-masing kelompok dengan demam reumatik akut, regurgitasi katup mitral ringan, regurgitasi katup mitral sedang dan regurgitasi katup mitral berat berturut-turut sebesar 4,2840 pg/mL; 3,6628 pg/mL; 3,2784 pg/mL; 3,0200 pg/mL. Secara statistik kadar IL-4 kelompok DRA dibandingkan regurgitasi katup mitral ringan dan sedang, kemudian antara kelompok regurgitasi katup ringan,sedang,berat tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan. Kelompok DRA dibandingkan pada kelompok Regurgitasi katup mitral berat terdapat perbedaan kadar IL-4 yang signifikan dengan nilai p=0,003. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan antara kadar IL-4 dengan derajat keparahan regurgitasi katup mitral pada anak dengan PJR dengan nilai p=0,001 dengan tingkat keeratan moderat (r = -0,486). vii Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kadar IL-4 pada anak dengan PJR lebih rendah dibandingkan dengan DRA. Anak PJR dengan regurgitasi katup mitral berat kadar IL-4 lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan DRA. Terdapat korelasi antara kadar IL-4 dengan derajat keparahan regurgitasi katup mitral pada anak dengan PJ

    Perbedaan Keparahan Kelainan Katup Mitral Dan / Atau Katup Aorta Antara Pasien Penyakit Jantung Reumatik Anak Yang Patuh Dan Tidak Patuh Terhadap Pengobatan Profilaksis Sekunder Menggunakan Benzathin Penisilin-G

    Get PDF
    Latar Belakang : Penyakit jantung reumatik merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak-anak di seluruh dunia. Demam reumatik akut umumnya diikuti dengan tingginya kekambuhan DRA dan berkembang menjadi PJR. Profilaksis sekunder merupakan cara yang efektif untuk mencegah kekambuhan DRA dan mencegah berkembangnya PJR. Namun masih terdapat keterbatasan referensi dan penelitian mengenai pemeriksaan ekokardiografi pada pasien PJR anak yang mendapatkan terapi profilaksis sekunder, dan data mengenai DRA dan PJR di Indonesia belum tersedia secara lengkap dan akurat. Metode : Studi cross sectional ini merekrut 69 pasien yang didiagnosis PJR yang berobat jalan di Poli Kardiologi Anak Rumah Sakit Umum Saiful Anwar sejak November 2018 hingga Juni 2019. Sebanyak 22 pasien dilakukan eksklusi karena data pengobatan yang tidak lengkap, profilaksis sekunder menggunakan profilaksis oral, atau tidak didapatkan kelainan katup mitral dan/atau aorta saat ekokardiografi. Kami meneliti hubungan antara kepatuhan pengobatan profilaksis sekunder dalam 1 tahun, kekambuhan DRA dalam 1 tahun, kekambuhan DRA sejak awal pengobatan dan skor Wilkins terhadap derajat keparahan PJR. Hasil : Terdapat perbedaan derajat keparahan PJR yang signifikan (p = 0,016) antara pasien dengan kepatuhan pengobatan profilaksis sekunder minimal 90% dalam satu tahun terakhir dengan kepatuhan <90%. Terdapat perbedaan derajat keparahan PJR yang signifikan (p = 0,000) dengan bertambahnya skor Wilkins pada pasien PJR anak. Terdapat perbedaan derajat keparahan PJR yang signifikan (p = 0,003) antara pasien yang pernah mengalami kekambuhan demam reumatik akut sejak awal terapi dan pasien yang tidak pernah kambuh. Terdapat perbedaan signifikan skor Wilkins pada pasien PJR anak yang memiliki kepatuhan pengobatan profilaksis sekunder minimal 90% dalam satu tahun terakhir dengan kepatuhan <90% (p = 0,042). Tidak terdapat perbedaan signifikan kekambuhan DRA sejak awal terapi pada pasien PJR anak yang memiliki kepatuhan profilaksis sekunder minimal 90% dalam satu tahun terakhir dengan kepatuhan <90% (p = 0,142). Pada uji multivariat menggunakan regresi logistik didapatkan bahwa hanya variabel kepatuhan profilaksis sekunder minimal 90% dalam satu tahun terakhir memiliki pengaruh paling kuat terhadap derajat keparahan PJR (p = 0,049; OR 7,20). Kesimpulan : Perbedaan keparahan kelainan katup mitral dan / atau katup aorta pada pasien PJR didapatkan berhubungan dengan kepatuhan profilaksis sekunder minimal 90% dalam satu tahun terakhir, skor Wilkins, dan kekambuhan DRA sejak awal terapi. Didapatkan perbedaan skor Wilkins antara pasien yang kepatuhannya minimal 90% dalam satu tahun terakhir dan yang kepatuhannya <90%
    corecore