7 research outputs found

    Hubungan Antara Self-Esteem Terhadap Perilaku Stress- Related Eating Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Di Masa Pandemi Covid-19

    No full text
    Pembatasan sosial akibat COVID-19 dapat mempengaruhi tingkat self-esteem mahasiswa fakultas kedokteran melalui berbagai macam aspek sehingga dapat meningkatkan stress. Peningkatan stress ini dapat berujung pada perilaku stress- related eating dan mengurangi kualitas hidup mahasiswa kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem terhadap perilaku stress-related eating pada mahasiswa fakultas kedokteran di masa pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan dalam periode bulan Juni – Juli 2022 melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa tahun kedua dan ketiga yang tercatat aktif di Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menggunakan Google Form. Sejumlah 92 mahasiswa secara lengkap mengisi kuesioner Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) untuk mengukur tingkat self- esteem dan Dutch Eating Behavior Questionnaire – Emotional Eating Subscale (DEBQ-E) untuk mengukur tingkat stress-related eating. Sebanyak 86 mahasiswa di antaranya memenuhi kriteria penelitian. Uji korelasi Spearman digunakan untuk analisis data statistik. Dari penelitian ini, meskipun mayoritas responden (60,47%) memiliki tingkat self-esteem normal, prevalensi self-esteem rendah masih cukup tinggi, dengan 1 dari 4 mahasiswa memiliki self-esteem rendah. Hampir setengah dari keseluruhan responden (43,02%) memiliki tingkat stress-related eating tinggi. Prevalensi tingkat stress-related eating tinggi lebih tinggi pada mahasiswa perempuan dari pada laki-laki. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa self-esteem dan stress-related eating pada mahasiswa fakultas kedokteran di masa pandemi COVID-19 memiliki hubungan berbanding terbalik (Spearman’s rho = -0,424) yang signifikan secara statistik (p = 0,017), sehingga disimpulkan bahwa peningkatan self-esteem dapat menurunkan kejadian stress-related eating. Meskipun demikian, hubungan antara keduanya tergolong sekunder sehingga faktor-faktor stressor yang memicu stress-related eating perlu diteliti lebih lanjut

    Hubungan Antara Citra Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Self-Harm (Melukai-Diri) Selama Masa Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

    No full text
    Pandemi COVID-19 memberikan dampak diberbagai bidang, khususnya masalah kesehatan mental yang turut dialami mahasiswa. Faktor-faktor yang membantu mencegah masalah kesehatan mental ialah citra diri. Citra diri memiliki potensi untuk mempengaruhi perkembangan perilaku individu. Hal ini menjadi penting mengingat kesehatan mental dapat mempengaruhi hasil pembelajaran mahasiswa. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara citra diri dan kecenderungan perilaku self harm yang dilakukan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran selama pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan ialah melalui pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan yakni seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya angkatan 2020-2021 yang berkuliah online selama pandemi COVID-19. Pengambilan data melalui kuesioner dengan menggunakan kuesioner rosenberg self-esteem scale dan skala kecenderungan perilaku self-harm. Dari hasil yang telah diperoleh, didapatkan sebanyak mayoritas 65 responden (66.3%) memiliki citra diri yang sedang dan sebanyak 79 responden (80.6%) memiliki kecenderungan self-harm rendah. Hasil uji korelasi dalam penelitian ini menunjukkan korelasi negatif yang kuat antara variabel citra diri dan kecenderungan self-harm. Kesimpulan dari penelitian ini ialah terdapat pengaruh yang signifikan antara citra diri dengan kecenderungan self-harm

    Perbedaan Welas Diri (Self-Compassion) Pada Tenaga Kesehatan Di Icu Covid-19 Dan Icu Reguler Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Dr. Saiful Anwar, Malang

    No full text
    Pada kondisi pandemi COVID-19 akan banyak gangguan kesehatan yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut akan menambah beban kerja bagi tenaga kesehatan. Selain itu, tekanan secara fisik, isolasi, kehilangan dukungan sosial, penurunan kualitas tidur, kurangnya alat perlindungan diri serta gangguan psikologis akan dialami oleh tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Welas diri (self-compassion) dibutuhkan sebagai faktor untuk mengurangi risiko gangguan psikologis dikarenakan welas diri diakui sebagi faktor protektif yang diperlukan dalam diri individu. Pada masa pandemi COVID-19, ICU (Intensive Care Unit) rumah sakit dibedakan menjadi ICU COVID-19 dan ICU Reguler untuk membatasi penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat welas diri (Self-compassion) pada tenaga kesehatan ICU COVID-19 dan ICU Reguler RSSA, Malang serta mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan status pernikahan dengan tingkat welas diri pada tenaga kesehatan di ICU COVID-19 RSSA Malang. Studi cross sectional dilakukan terhadap tenaga kesehatan ICU COVID-19 dan ICU Reguler RSSA. Sampel dipilih dengan teknik random sampling dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok “ICU COVID-19” dan “ICU Reguler”. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat welas diri, jenis kelamin dan status pernikahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat welas diri pada tenaga kesehatan di ICU COVID-19 dan ICU Reguler RSSA (p > 0.05) serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan status pernikahan dengan tingkat welas diri pada tenaga kesehatan di ICU COVID-19 RSSA (p > 0.05

    Hubungan Antara Kesepian Dengan Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Selama Masa Pandemi Covid-19

    No full text
    Pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan pemerintah membuat kebijakan pembatasan jarak karena penularan yang cepat dan beresiko besar sehingga semua aktivitas dilakukan secara daring untuk mengurangi kegiatan di luar rumah terutama pada bidang pendidikan sehingga perkuliahan juga dilakukan secara daring pada mahasiswa, termasuk mahasiswa kedokteran. Dengan adanya pembatasan jarak kegiatan dilakukan secara daring. Tindakan isolasi dapat menyebabkan rasa kesepian dan memicu peningkatan tingkat depresi, terutama di kalangan mahasiswa. Kesepian telah diduga sebagai faktor utama dalam depresi selama pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Kesepian dengan Depresi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang selama Masa Pandemi COVID-19. Penelitian ini kuantitatif yang dilakukan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang tahun 2020 dan 2021 dengan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam pengumpulan data adalah purposive sampling. Terdapat 105 sample penelitian dan 2 skala instrument penelitian yaitu skala kesepian UCLA Loneliness versi 3 dan skala depresi Beck Depression Inventory II (BDI-II). Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar + 0.560 dan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesepian dengan depresi. Hal ini menunjukkan adanya korelasi positif yang cukup kuat antara kesepian dan depres

    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Terhadap Sikap Ibu Hamil Dalam Pencegahan Baby Blues Syndrome Di Puskesmas Pasundan Kota Samarinda

    No full text
    Latar Belakang : Masa kehamilan dan persalinan wanita merupakan salah satu hal yang dapat menjadi kerentanan terjadinya gangguan psikologis atau gangguan mental seperti depresi dan baby blues syndrome. Baby blues syndrome dapat terjadi karena kurangnya kesiapan mental dalam menerima perubahan fisik dan peran barunya sebagai seorang ibu. Pemberian pendidikan kesehatan melalui media leaflet tentang baby blues syndrome dapat berpengaruh terhadap persiapan ibu hamil dalam menghadapi persalinan dan masa nifasnya. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil dalam pencegahan baby blues syndrome. Metode Penelitian: Desain penelitian menggunakan pre-experimental design dengan one group pretest-posttest design. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 35 responden ibu hamil dari trimester 1, 2, dan 3. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner dengan menggunakan Google Form yang kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diketahui bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil dengan hasil nilai p pada sikap (0.000) dan pengetahuan (0.000). Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney didapatkan p-value dalam penggunaan leafle

    Pengaruh Self Hypnosis Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Trimester III

    No full text
    Latar Belakang : Selama kehamilan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis yang dapat membuat ibu hamil merasa tidak nyaman terutama pada trimester III. Ketidaknyamanan tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan pada kehamilan merupakan masalah dengan prevalensi yang cukup tinggi, data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan terdapat sekitar (10%) wanita hamil dan (13%) wanita yang baru melahirkan diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa trauma depresi. Kecemasan yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya kontraksi uterus sehingga persalinan akan bertambah lama, peningkatan insidensi atonia uteri, laserasi perdarahan, infeksi, kelelahan ibu, dan syok. Sedangkan pada bayi dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur dan BBLR. Perlu adanya upaya untuk mengurangi kecemasan pada ibu hamil, cara yang bisa dilakukan adalah dengan terapi psikologis. Salah satu upaya terapi psikologis yang bisa dilakukan adalah dengan self hypnosis. Self hypnosis adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran menjadi rileks, tenang, dan nyaman. Tujuan : Menganalisis pengaruh self hypnosis terhadap kecemasan ibu hamil trimester III. Metode : Desain penelitian menggunakan pre experimental one group pretest-posttest design dengan pendekatan cross sectional, sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang mengalami kecemasan sebanyak 30 responden. Hasil: analisis statistik dengan uji Wilcoxon diperoleh p = 0.000 (p < 0.05) yang berarti ada pengaruh self hypnosis terhadap kecemasan ibu hamil trimester III. Simpulan: Ada pengaruh self hypnosis terhadap kecemasan ibu hamil trimester II

    Hubungan Antara Kecemasan Terhadap Kualitas Tidur Pada Dokter Muda di Masa Pandemi COVID-19

    No full text
    Perubahan pada bidang pendidikan selama pandemi COVID-19 memberlakukan kebijakan perubahan metode belajar mengajar menjadi dalam jaringan atau online yang berdampak bagi dokter muda pada program pendidikan profesi dokter. Kurangnya kesempatan keterampilan praktik saat online serta tanggung jawab yang lebih berat dibandingkan saat preklinik dapat meningkatkan kecemasan dan berkurangnya kualitas tidur bagi dokter muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan terhadap kualitas tidur pada dokter muda di masa pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online Google Form dalam periode bulan Juni-Juli 2022 kepada dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya angkatan 2016-2018 yang sedang berotasi klinik di Rumah Sakit. Desain penelitian menggunakan pendekatan metode kuantitatif observasional cross-sectional. Pengambilan data menggunakan kuesioner kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale dan kuesioner kualitas tidur Pittsburg Sleep Quality Index yang telah tervalidasi. Sejumlah 200 dokter muda telah mengisi kuesioner secara lengkap namun hanya 128 dokter muda yang memenuhi kriteria penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas 124 dokter muda memiliki kecemasan ringan (96,9%) dan 4 dokter muda memiliki kecemasan sedang (3,1%), sedangkan seluruh 128 dokter muda memiliki kualitas tidur buruk. Hasil uji korelasi Spearman penelitian ini adalah +0,203, dengan nilai signifikansi adalah 0,022. Hal ini menunjukkan hubungan signifikan yang lemah namun memiliki hubungan yang berbanding lurus, yang berarti semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin tinggi dokter muda memiliki kualitas tidur buruk. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecemasan dan kualitas tidur signifikan lemah dan berhubungan positif
    corecore