1 research outputs found

    PENDIDIKAN PADA MASA NABI (ANALISIS HISTORISTERCIPTANYA CIVIL SOCIETY DI MADINAH)

    Get PDF
    ABSTRAKTerciptanya civil society di Madinah tidak terlepas dari kerja keras dan pengorbanan Nabi Muhammad sewaktu berada di Madinah. Sejak pertama sekali berada di Madinah, Nabi Muhammad telah menggagendakan 3 program pokok, yaitu pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengembangan dakwah islamiah, kemudian pembangunan pasar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi ummat, serta pembuatan MOU (Perjanjian Hudaibiyah) sebagai wujud penegakan daulah Islamiah dalam hal politik. Melalui ketiga program pokok tersebut, sehingga hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun, Rasulullah dapat mereformasi sistem kebudayaan dan sosio kultural komunitas Madinah menjadi masyarakat madani, yaitu masyarakat yang bertuhan, bermoral mulia, taat dan tertib terhadap hukum, bersatu dan saling tolong-menolong, berilmu pengetahuan dan berperadaban tinggi. Bagaimana sistem dan strategi pendidikan Nabi sehingga mampu menciptakan tatanan masyarakat yang madani. Menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengadakan kajian metodologis dengan pendekatan historis.Kata Kunci: Pendidikan di masa Nabi, Civil Society di Madinah PENDAHULUANKondisi Sosio Historis kota Madinah Pra Islam Kota Madinah pada saat hijrah nabi berada di wilayah kekuasaan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi, terletak sekitar 160 km dari Laut Merah dan pada jarak lebih kurang 350 km sebelah utara dari kota Mekah. Kondisi tanah kota Madinah dikenal subur dimana terdapat oase-oase untuk tanah pertanian, sehingga penduduk memiliki usaha pertanian, selain berdagang dan bertenak. Usaha pertanian menghasilkan sayur-sayuran dan buah-buahan. Sebelum Nabi hijrah, kota Madinah disebut dengan Yasrib, sedangkan penamaan Madinah itu sendiri secara bahasa mempunyai akar kata yang sama dengan “tamaddun” yang berarti peradaban. Kondisi masyarakat Yasrib sebelum Islam datang terdiri atas dua suku bangsa, yaitu bangsa Arab dan Yahudi. Bangsa Arab yang tinggal di Yasrib terdiri atas penduduk setempat dan pendatang dari Arab Selatan,yang pindah ke Yasrib karena pecahnya bendungan Ma’arib. Persoalan yang dihadapi masyarakat Yasrib pada saat itu adalah tidak adanya kepemimpinan yang membawahi semua penduduk Yasrib. Yang ada hanyalah pemimpin-pemimpin suku yang saling berebut pengaruh. Akibatnya perang antar suku pun sering terjadi
    corecore