12 research outputs found
LARVICIDAL ACTIVITY OF STAR FRUIT EXTRACT (Averhoa carambola Linn) AGAINST LARVAE OF Aedes aegypti
Star fruit extract (Averrhoa carambola L) is potential as a natural larvicides because it
contains chemical compounds of flavonoids, alkaloids, saponins. This study aims to
determine the larvacidal activity of star fruitextract to Aedes aegypti larvae and LC50 value
after 24 hours exposure. This study used concentration with 1.5%, 2%, 2.5%, 3%, 3.5%
and 1 negative control using tap water and 1 positive control using 0.01% temefos. This
study was post test only with control group design, total samples is 525 larvae from third
stage instar larvae of Aedes aegypti. The mortality larvae will be calculated after 24 hours.
The results of the study showed the percent mortality at concentrations of 1.5%, 2%,
2.5%, 3%, 3.5% Aedes aegypti larvae were respectively 0; 10.68; 21,36,30,68; 54,68;
61,36. The result of Annova test obtained P <0,05 meaning that there is significant
difference between death rate of Aedes aegypti larvae with various concentration of star
fruit extract (Averrhoa carambola L ) given. The LC50 value of the probit test for Aedes
aegypti larvae is 3.035%. It can be concluded that the star fruit extract (Averrhoa
carambola L) can kill Aedes aegypti larvae.
Keyword :Star Fruit Extract (Averrhoa carambola L) , Aedes aegypti larvae, Larvicidal
Activitie
EFEKTIFITAS LARVASIDA EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti DAN Culex Sp
Ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola L) berpotensi sebagai larvasida alami karena mengandung senyawa kimia flavonoid, alkaloid, saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas larvasida ekstrak buah belimbing manis terhadap larvasida Aedes aegypti sp dan Culex sp serta nilai LC50 setelah pengamatan 24 jam. Penelitian ini menggunakan konsentrasi dengan vareasi konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5% dan 1 kontrol negatif menggunakan air kran dan 1 kontrol positif menggunakan temefos 0,01%. Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group design, jumlah sampel larva keseluruhan sebanyak 525 larva instar III Aedes aegypti dan 525 larva instar III Culex sp. Kemudian akan dihitung mortalitas larva setelah 24 jam. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis one way annova. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ditemukan kematian pada control negatif. Persentase rerata kematian pada konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5% larva Aedes aegypti yaitu 0; 10,68; 21,36 ;30,68 ;54,68 ;61,36 dan larva Culex sp yaitu 14,67 ;14,67 ;21,34 ;57,34 ;60. Dari hasil uji Annova didapatkan P<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna antara jumlah kematian larva Aedes aegypti maupun larva Culex sp dengan berbagai konsentrasi ekstrak belimbing manis (Averrhoa carambola L) yang diberikan.Nilai LC50 dari uji probit berturut turut untuk larva Aedes aegypti maupun larva Culex sp adalah 3,035% dan 2,92%. Dapat di simpulkan bahwa ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola L) efektif dalam membunuh larva Culex sp daripada larva larva nyamuk Aedes aegypt
ANALISIS SENYAWA KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth) SEBAGAI ANTIMIKROBA PENYEBAB DERMATOFITOSIS DENGAN INFEKSI SEKUNDER
Jamur yang menyebabkan dermatofitosis adalah genus Tricophyton, Epidermophyton dan Microsporum. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, apabila daya tahan tubuh menurun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan selain itu infeksi penyerta yang disebabkan oleh bakteri Stafilococcus aureus dan Stafilococcus epidermidis juga sering terjadi.Demikian juga pengobatan infeksi dermatofitosis tidak berhasil jika pemakaian obat tidak sesuai dengan aturan. (Elin dkk, 2008).
Daun kenikir mengandung senyawa aktif fenolik, flavonoid, flavon dan flavonal. Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) memiliki banyak manfaat terutama minyak atsiri daun kenikir dengan konsentrasi 1,5 % dapat menghambat jamur Candida albicans dengan diameter zona hambat 11,86 mm dan 1 mg / ml menghambat bakteri Mycobacterium tuberculosa. Secara in vitro (Wasilah et al 2019).
Konsentrasi efektif minyak atsiri daun kenikir (Cosmos caudatus kunth) yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur penyebab dermatofitosis (Trichophyton mentagrophytes (konsentrasi 50% dengan diameter zona hambat 10,11), Trichophyton rubrum (25% dengan diameter zona hambat 24,41mm), Microsporum canis (25% dengan diameter zona hambat 22,77 mm), Mycosporum gypseum (50% dengan diameter zona hambat 24,86 mm)
Konsentrasi efektif minyak atsiri daun kenikir (Cosmos caudatus kunth) yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri penyebab Infeksi sekunder yaitu Stafilococcus aureus konsentrasi 75% dengan diameter daya 21,01 mm dan Stafilococcus epidermidis dengan konsentrasi 25% dengan diameter daya hamabt 14,72 mm.
Senyawa aktif minyak atsiri daun kenikir (Cosmos caudatus kunth) yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur dermatofitosis dengan infeksi sekunder adalah senyawa yang termasuk golongan monoterpen dan sesquiterpen.
Keyword: Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth),Antifungi, antibakteri, monoterpen
UJI DAYA HAMBAT MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus flavus
Latar Belakang : Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis dengan kelembapan yang tinggi. Hal tersebut menjadi faktor utama penyebab infeksi jamur yaitu otomikosis yang disebabkan oleh jamur Aspergillus flavus. Pengobatan otomikosis biasa dengan memberikan obat antifungi golongan azol yang dapat memberikan efek menguntungkan dan merugikan. Pengobatan otomikosis dapat dilakukan dengan berbagai macam herbal. Salah satu bahan herbal yang digunakan adalah sereh wangi. Sereh wangi mengandung minyak atsiri 0,4% dan didalam minyak atsiri sereh wangi terkandung senyawa Sitronellal 32 – 45% dan Geraniol 12 – 15% yang memiliki kemampuan sebagai antijamur.
Tujuan : Mengetahui daya hambat minyak atsiri sereh wangi terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Subyek penelitian adalah jamur Aspergillus flavus berumur 24 jam yang diinokulasikan pada media SDA dan diberi minyak atsiri dengan berbagai konsentrasi 0,5 %, 1,0 %, 1,5 %, 2,0 %. Pengamatan daya hambat minyak atsiri sereh wangi sebagai antifungi dengan mengukur diameter zona hambat menggunakan jangka sorong.
Hasil : Rata – rata diameter zona pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada berbagai konsentrasi yaitu 0,5%; 1,0%; 1,5%; 2,0% adalah 9,11 mm; 12,03 mm; 13,62 mm 16,81 mm. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri maka semakin lebar diameter zona hambatnya. Tingkat sensitivitasnya berturut-turut adalah intermediate, sensitif, sensitif, sensitif. Tingkat efektivitasnya adalah kurang efektif, cukup efektif, efektif, sangat efektif. Hasil analisa statistik menunjukkan adanya perbedaan rerata diameter zona hambat berbagai konsentrasi minyak atsiri sereh wangi terhadap daya hambat pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.
Kesimpulan : Berbagai konsentrasi minyak atsiri sereh wangi berpengaruh secara signifikan terhadap penghambataan pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.
Kata Kunci : Minyak Atsiri sereh wangi, Aspergillus flavus, antifung
EFEKTIVITAS BUKU SAKU TEKNIS PEMBUATAN PREPARAT BAKTERI TAHAN ASAM TERHADAP HASIL PREPARAT BAKTERI TAHAN ASAM
Latar Belakang : Pemberantasan penyakit Tuberkulosis telah dimulai sejak tahun 1908 pada jaman pemerintahan Belanda, namun hasil yang nyata untuk eliminasi penyakit Tuberkulosis masih belum optimal. Salah satu penyumbang kekurangan program pemberantasan penyakit Tuberkulosis adalah diagnosa mikroskopis yang masih lemah. Upaya peningkatan keterampilan pemeriksaan mikroskopis dengan berbagai media. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku saku.
Tujuan Penelitian : Mengetahui efektivitas buku saku teknis pembuatan preparat bakteri tahan asam sebelum penggunaan buku saku teknis pembuatan preparat bakteri tahan asam dan setelah penggunaan buku saku teknis pembuatan preparat bakteri tahan asam.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah quasi experiment dengan menggunakan rancangan one group pretest-postest without control. Penelitian ini dilaksakan tanggal 29 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 15 Desember 2018 yang berlokasi di Rumah Sakit di wilayah Yogyakarta yang melaksanakan pemeriksaan BTA. Sampel dengan jumlah 55 Ahli Teknologi Laboratorium Medik. Uji efektivitas data menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui perbedaan sebelum dan setelah penggunaan buku saku teknis pembuatan preparat BTA.
Hasil penelitian : Ada efektifitas kualitas produk preparat bakteri tahan asam sebesar 93,75% setelah penggunaan buku saku teknis pembuatan preparat Bakteri Tahan Asam dengan signifikasi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 5%.
Kesimpulan : Adanya efektivitas berupa perbedaan yang signifikan pembuatan preparat BTA setelah penggunaan buku saku pada teknis pembuatan preparat BTA.
Kata Kunci : Mycobacterium tuberculosis, Bakteri Tahan Asam, Buku Saku,
Preparat
PERBEDAAN JUMLAH SEDIMEN LEUKOSIT PADA URINE BERAT JENIS TINGGI YANG DISENTRIFUGASI DAN DIDIAMKAN
Latar belakang : Urinalisa merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan di laboratorium klinis karena mampu memberikan informasi penting mengenai kelainan ginjal, saluran kemih dan beberapa fungsi metabolik tubuh. Pemeriksaan urine terutama sedimen urine harus disentrifus dengan kecepatan dan lama yang tepat untuk mendapatkan sedimen yang optimal. Urine yang tidak disentrifus dikhawatirkan dapat meningkatkan kesalahan pembacaan sedimen urine karena kurang menggambarkan jumlah sedimen yang sesungguhnya.
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan jumlah sedimen leukosit pada urine yang disentrifugasi dan didiamkan.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian Pre experimental designs dengan desain penelitian Perbandingan Kelompok Statis (Static Group Comparison). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dengan menggunakan sampel urine sewaktu sisa pemeriksaan dari beberapa laboratorium di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kriteria berat jenis ≥1.025 sebanyak 50 sampel. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu pertama sampel disentrifugasi 2.000 rpm selama 5 menit dan kelompok kedua sampel didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Hasil di interpretasikan kedalam +1,+2,+3,+4 dan +5 kemudian dianalisa secara deskriptif dan statistik dengan uji non parametrik Mann-Whitney U.
Hasil penelitian: Sedimen leukosit mengalami penurunan saat tidak dilakukan sentrifugasi. Berdasarkan analisa deskriptif didapatkan 21 (42%) sampel urine dengan persamaan tingkat kepositifan dan 29 (58%) sampel dengan perbedaan tingkat kepositifan pada pemeriksaan sedimen leukosit. Pada analisa statistik non parametrik Mann-Whitney U didapatkan nilai p<0,05 atau p=0,000.
Kesimpulan : Ada perbedaan jumlah sedimen leukosit pada urine berat jenis tinggi yang disentrifugasi dan didiamkan.
Kata Kunci : Jumlah sedimen leukosit dalam urine, sentrifugasi, pendiaman
UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus flavus SECARA IN VITRO
Latar Belakang : Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi di Indonesia. Salah satu penyakit infeksi jamur adalah otomikosis yang disebabkan oleh jamur Aspergillus flavus. Pengobatan penyakit otomikosis umumnya menggunakan obat antijamur yang menimbulkan efek samping apabila digunakan dengan dosis yang tinggi dalam jangka waktu lama dan menyebabkan terjadinya resistensi jamur terhadap obat antijamur. Alternatif pengobatan otomikosis dapat dilakukan menggunakan obat herbal alami yang relatif lebih aman digunakan, salah satunya adalah bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Bunga cengkeh mengandung rendemen minyak atsiri sebesar 10–20 % dengan kandungan utama eugenol sebesar 80–90% yang berfungsi sebagai zat antifungi.
Tujuan : Mengetahui daya antifungi minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus secara in vitro.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Obyek penelitian ini adalah minyak atsiri bunga cengkeh dengan konsentrasi 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0% yang diujikan terhadap jamur Aspergillus flavus.
Hasil : Rerata diameter zona hambat pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada konsentrasi 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0% berturut-turut adalah 8,35 mm, 12,78 mm, 16,43 mm dan 18,56 mm. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan rerata diameter zona hambat yang signifikan pada berbagai konsentrasi minyak atsiri bunga cengkeh terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.
Kesimpulan : Minyak atsiri bunga cengkeh mempunyai daya antifungi terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus secara in vitro.
Kata Kunci : Antifungi, minyak atsiri bunga cengkeh, Aspergillus flavus
DAYA HAMBAT MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans
DAYA HAMBAT MINYAK ATSIRI SEREH WANGI
(Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR Candida albicans
Cyentia Vira Damayanti1, R. Fx. Saptono Putro2, Siti Zainatun Wasilah.3
1,2,3 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Ngadinegaran MJ III/62 Yogyakarta, 55143, Telp. (0274) 374200/375228
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Kandidiasis merupakan suatu penyakit kulit akut dan subakut yang disebabkan oleh jamur intermediate yang menyerang berbagai jaringan tubuh seperti kulit, kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam. Jamur penyebab kandidiasis adalah jamur golongan Candida terutama Candida albicans. Sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengandung Sitronellal, Geraniol, Sitronellol, Geraniol Asetat, Sitronellol Asetat, L-Limonene, Elenol, Elemen dan Cadinene.
Tujuan: Mengetahui daya hambat minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain Post Test Only Control Group Design. Subyek penelitian ini adalah jamur Candida albicans berumur 24 jam yang diinokulasi pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan diberi minyak atsiri sereh wangi yang diresapkan pada disk cakram dengan metode difusi Kirby Bauer dengan delapan kali pengulangan untuk setiap konsentrasi minyak atsiri sereh wangi, kontrol positif yaitu ketokonazol 1 % dan kontrol negatif yaitu Carboxy Methyl Cellulose (CMC) 1 %. Konsentrasi minyak atsiri sereh wangi yang digunakan yaitu 0,5 %, 1,0 %, 1,5%, dan 2,0 %. Pengamatan adanya aktivitas minyak atsiri sereh wangi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One Way Anova.
Hasil: Rerata zona hambat dari konsentrasi 0,5 %, 1,0%, 1,5 %, dan 2,0 % adalah 8,64 mm, 11,54 mm, 17,04 mm, dan 17,67 mm. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri sereh wangi maka semakin besar diameter daya hambat yang terbentuk. Konsentrasi minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) memiliki daya hambat sebagai antifungi terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara optimal pada konsentrasi 2,0 %.
Kesimpulan: Minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
Kata kunci : Minyak atsiri sereh wangi, jamur Candida albicans, diameter zona hamba
NASKAH PUBLIKASI : ANALISIS SENYAWA KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth) SEBAGAI ANTIMIKROBA PENYEBAB DERMATOFITOSIS DENGAN INFEKSI SEKUNDER
Jamur yang menyebabkan dermatofitosis adalah genus Tricophyton, Epidermophyton dan Microsporum. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, apabila daya tahan tubuh menurun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan selain itu infeksi penyerta yang disebabkan oleh bakteri Stafilococcus aureus dan Stafilococcus epidermidis juga sering terjadi.Demikian juga pengobatan infeksi dermatofitosis tidak berhasil jika pemakaian obat tidak sesuai dengan aturan. (Elin dkk, 2008).
Daun kenikir mengandung senyawa aktif fenolik, flavonoid, flavon dan flavonal. Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) memiliki banyak manfaat terutama minyak atsiri daun kenikir dengan konsentrasi 1,5 % dapat menghambat jamur Candida albicans dengan diameter zona hambat 11,86 mm dan 1 mg / ml menghambat bakteri Mycobacterium tuberculosa. Secara in vitro (Wasilah et al 2019).
Konsentrasi efektif minyak atsiri daun kenikir (Cosmos caudatus kunth) yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur penyebab dermatofitosis (Trichophyton mentagrophytes (konsentrasi 50% dengan diameter zona hambat 10,11), Trichophyton rubrum (25% dengan diameter zona hambat 24,41mm), Microsporum canis (25% dengan diameter zona hambat 22,77 mm), Mycosporum gypseum (50% dengan diameter zona hambat 24,86 mm)
Konsentrasi efektif minyak atsiri daun kenikir (Cosmos caudatus kunth) yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri penyebab Infeksi sekunder yaitu Stafilococcus aureus konsentrasi 75% dengan diameter daya 21,01 mm dan Stafilococcus epidermidis dengan konsentrasi 25% dengan diameter daya hamabt 14,72 mm.
Senyawa aktif minyak atsiri daun kenikir (Cosmos caudatus kunth) yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur dermatofitosis dengan infeksi sekunder adalah senyawa yang termasuk golongan monoterpen dan sesquiterpen.
Keyword: Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth),Antifungi, antibakteri, monoterpen
Utilization of Rice Bran (Oryza Sativa L.) Situ Bagendit Variety as an Alternative Media for Fungal Growth Trichophyton Mentagrophytes
Identification of fungi requires culture or propagation through a growth medium. Media commonly used in Potato Dextrose Agar (PDA) including instant media made by factories or companies in ready-to-use form, is expensive and can only be found in certain places so an alternative medium that is easier to make and easy to obtain is rice bran media (Oryza sativa L.) Situ Bagendit variety. The utilization of rice bran as a growth medium for microorganisms is based on the nutritional components needed by the microorganisms. Rice bran (Oryza sativa L.) Situ Bagendit variety can be used as an alternative medium for the growth of Trichophyton mentagrophytes, the average diameter of growth of fungal colonies on rice bran media and PDA media, the effectiveness of fungal colony growth on rice bran media compared to PDA. Pre-experimental research with Static Group Comparison research design. Research subjects Trichophyton mentagrophytes with the research object of rice bran (Oryza sativa L.) Situ Bagendit variety. The results of measuring the diameter of the Trichophyton mentagrophytes colony on rice bran media mean 75.77 mm, and the average colony diameter on PDA media is 75.52 mm. The difference in the mean colony diameter in rice bran media compared to PDA media was 0.25 mm or 0.33%. The effectiveness of growth is very effective. Rice bran (Oryza sativa L.) Situ Bagendit variety can be used as an alternative medium for the growth of Trichophyton mentagrophytes with a 10% concentration.