215 research outputs found

    Pengaruh Kadar Air Terhadap Tegangan Dan Penurunan Subgrade Tanah Ekspansif Pada Model Perkerasan Lentur

    Full text link
    Kerusakan perkerasan jalan seperti yang terjadi pada ruas jalan Paron yang terletak di Kabupaten Ngawi diduga disebabkan lapisan subgrade (tanah dasar) yang mengandung tanah ekspansif. Hal ini dikarenakan tanah ekspansif mempunyai potensi kembang susut yang tinggi jika kadar air pada tanah ekspansif tersebut terjadi Perubahan. Sehingga pada saat musim hujan tanah ekspansif mengalami pengembangan sedangkan pada musim kemarau tanah ekspansif mengalami penyusutan. Mengetahui karakteristik dan perilaku dari tanah ekspansif pada subgrade perkerasan jalan sangat dibutuhkan supaya diperoleh desain perkerasan jalan yang tepat di atas tanah ekspansif pada ruas jalan Paron. Dari beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis perilaku tersebut yaitu dengan cara melihat dari nilai besaran tegangan dan penurunan yang terjadi pada tanah subgrade. Dilakukan pengujian tegangan dan penurunan yang terjadi pada subgrade tanah ekspansif dengan pemodelan pemberian beban roda sebesar 20 kg dengan kecepatan 4,31 cm/s pada perkerasan lentur. Pemberian beban roda dilakukan sebanyak 100 lintasan di atas perkerasan lentur tiap kadar air. Penambahan kadar air pada tanah subgrade adalah sebesar 0% (kering); 5% (15 lt); 11,6% (35 lt); 15% (45 lt) dan 18,3% (55 lt). Data yang diambil untuk mengetahui pengaruh kadar air terhadap tegangan dan penurunan subgrade tanah ekspansif, yaitu lintasan ke-1, 25, 50, 75 dan 100 tiap kadar air. Dari penambahan kadar air yang diberikan pada tanah didapatkan hasil pada pembacaan dial di titik A dan di titik B bahwa semakin besar variasi penambahan kadar air pada subgrade tanah ekspansif maka penurunan yang terjadi pada subgrade semakin besar. Hal ini disebabkan menurunnya nilai daya dukung tanah seiring penambahan kadar air pada subgrade tanah ekspansif dan juga akibat efek swelling pada subgrade tanah ekspansif yang masih terus bekerja karena adanya air. Begitu pula untuk tegangan subgrade yang terjadi, Didapatkan hasil pada pembacaan dial di titik A dan di titik B bahwa semakin besar variasi penambahan kadar air pada subgrade tanah ekspansif maka tegangan yang terjadi pada subgrade semakin besar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengembangan tanah ekspansif seiring penambahan kadar air pada subgrade

    Pengaruh Jarak Dan Panjang Kolom Deep Soil Mixing (Dsm) Berpola Single Squarediameter 4,5 Cm Terhadap Daya Dukung Tanah Ekspansif

    Full text link
    Lempung ekspansif memiliki sifat yang tidak mendukung struktur di atasnya, yaitu daya dukung yang rendah dan kembang susut yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan stabilisasi untuk memperbaiki sifat-sifat lempung ekspansif. Dari hasil sifat fisik, tanah di bojonegoro termasuk lempung ekspansif karena memiliki potensial pengembangan tinggi. Dalam penelitian kali ini digunakan metode Deep Soil Mixing (DSM). DSM dilakukan dengan membuat kolom-kolom campuran tanah asli dan 10% kapur dengan pola tertentu. Pengujian dilakukan dalam boks berukuran (30.30.30) cm dengan tinggi sampel 20 cm. Dan dilakukan uji beban (load test) pada tanah asli dan tanah stabilisasi. Pada penelitian kali ini digunakan pola single square dengan diameter kolom 4,5 cm. Variasi jarak (1D, 1,25D, dan 1,5D) dan panjang kolom(2B, 3B, dan 4B)digunakan untuk mengetahui pengaruh dalam peningkatan daya dukung tanah. Dari hasil uji beban, tanah asli memilki daya dukung batas (qu) sebesar 7,04 kg/cm2. Dari hasil pengujian, didapatkan hasil semakin rapat jarak kolom dan semakin panjang kolom DSM, daya dukung semakin meningkat.Berdasarkan analisis BCI(Bearing Capacity Improvement) daya dukung paling tinggi sebesar 20,02 kg/cm2 meningkat 184% dari tanah asliyang berada pada jarak 1D dan panjang kolom 4B. Selain itu, semakin besar prosentase volume stabilisasi nilai sweeling semakin menurun. Nilai swelling paling rendah sebesar 0,8% yang sebelumya 4,13%

    Pengaruh Sudut Kemiringan Lereng Dan Lebar Pondasi Dengan Rasio D/b = 1 Terhadap Daya Dukung Pondasi Pada Pemodelan Fisik Lereng Dengan Perkuatan Geogrid

    Full text link
    Menipisnya ketersediaan lahan tanah datar mengalihkan dunia konstruksi untuk memulai memanfaatkan kondisi tanah yang memiliki kemiringan tertentu ( lereng ). Pembangunan diatas tanah lereng tentu memiliki resiko tinggi terhadap bahaya longsor. Penelitian ini dilakukan dengan membuat pemodelan fisik lereng tanpa dan dengan perkuatan geogrid dengan RC 74%. Variabel kemiringan yang digunakan disesuaikan dengan variasi yang telah ditentukan dengan meletakkan pondasi lajur menerus diatas lereng dengan variasi dimensi lebar yang telah ditentukan. Jenis perkuatan yang akan digunakan ialah geogrid berjenis biaxial yang terbuat dari bahan polyester. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa semakin kecil sudut kemiringan lereng akan menghasilkan daya dukung yang optimum. Sedangkan dalam variasi dimensi lebar diperoleh semakin besar dimensi pondasi maka daya dukung yang diperoleh tidak optimum. Kontribusi dari jumlah perkuatan yang digunakan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penentuan dimensi lebar pondasi agar diperoleh hasil yang optimum. Dalam penelitian ini peningkatan daya dukung yang optimum berada pada kondisi kemiringan 46° dengan lebar pondasi 4 cm, dimana peningkatan yang terjadi 2,746

    Pengaruh Sudut Kemiringan Dan Jarak Pondasi Menerus Dari Tepi Lereng Pada Pemodelan Fisik Lereng Pasir Dengan Perkuatan Geogrid

    Full text link
    Kelongsoran yang terjadi pada lereng merupakan salah satu permasalahan utama dalam lingkup geoteknik. Untuk mencegah terjadinya longsor, maka perlu dilakukan upaya perkuatan tanah. Konsep dari teknik perkuatan tanah pertama kali memakai lembaran metal sebagai perkuatan tanah. Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan lembaran metal sebagai perkuatan tanah diganti material geosintetik seperti geotextile dan geogrid. Pada penelitian ini dilakukan uji model fisik lereng dengan perkuatan geogrid. Variasi yang diterapkan pada sampel lereng berupa sudut kemiringan lereng antara lain 46°, 51°, 56° dan jarak pondasi dari tepi lereng yaitu B, 2B, dan 3B. Berdasarkan penelitian ini semakin besar jarak pondasi maka rasio peningkatan daya dukung juga semakin besar. Sebaliknya, semakin besar sudut kemirngan lereng maka rasio peningkatan daya dukung pada lereng semakin kecil. Dari hasil analisis BCI menunjukkan rasio peningkatan daya dukung terbesar terletak pada sudut kemiringan terkecil yang diterapkan, yaitu 46° dan jarak pondasi terbesar, yaitu sejauh tiga kali lebar pondasi

    Perbaikan Tanah Ekspansif Dengan Metode Dsm Pola Single Square Menggunakan Penambahan Kapur Variasi Kedalaman Dan Jarak (D = 4 Cm) Terhadap Daya Dukung Dan Pengembangan

    Full text link
    Tanah dengan kembang susut tinggi banyak ditemukan di Indonesia dan biasa disebut dengan tanah lempung ekspansif. Tingginya kadar air menyebabkan tanah ini mengembang dan rendahnya kadar air menyebabkan tanah ini menyusut. Konstruksi bangunan yang berada di atas tanah lempung ekspansif memiliki daya dukung rendah dan nilai swelling tinggi. Melihat banyaknya kasus serupa, maka diperlukan stabilisasi tanah lempung ekspansif untuk meningkatkan daya dukung dan mereduksi swelling. Penelitian dilakukan menggunakan metode DSM dengan variasi kedalaman dan jarak pola single square menggunakan 8% kadar kapur. Hasil dari analisis dan pembahasan pada penelitian yang dilakukan mampu meningkatkan nilai daya dukung dan mereduksi nilai swelling tanah. Variasi jarak dan kedalaman kolom memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai daya dukung tanah terhadap tanah asli. Semakin kecil jarak antar kolom dan semakin dalam kolom DSM, maka nilai daya dukung yang dihasilkan semakin mengingkat. Berdasarkan analisis BCI jarak (L) = 1D (4 cm) dan panjang kolom (Df) = 4B (20 cm) mengalami peningkatan daya dukung terbesar, yaitu 186,15% dari tanah asli. Semakin besar rasio perbaikan, maka semakin kecil nilai swelling yang didapatkan. Rasio terbesar dengan variasi jarak (L) = 1D (4 cm) dan panjang kolom (Df) = 4B (20 cm) memiliki nilai pengembangan 0,53% dan mereduksi 90,64% dari pengembangan tanah asli

    Pengaruh Variasi Jarak Dan Jumlah Lapis Perkuatan Kombinasi Geoteksil Dan Anyaman Bambu Dua Arah Terhadap Daya Dukung Dan Penurunan Pondasi Menerus Pada Tanah Pasir Poorly Graded

    Full text link
    Salah satu jenis tanah yang tergolong memiliki daya dukung ultimate yang rendah adalah tanah pasir poorly graded. Oleh sebab itu diperkukan suatu metode perkuatan dengan tujuan meningkatkan daya dukung tanah. Pada penelitian ini digunakan perkuatan kombinasi geotekstil dan anyaman bambu dua arah. Parameter yang diteliti adalah pengaruh variasi jarak (r) dan jumlah (n) lapis perkuatan kombinasi. Perbedaan daya dukung antara tanah tanpa perkuatan dengan menggunakan perkuatan dinyatakan dalam Bearing Capacity Improvement (BCI). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan jumlah dan jarak lapis dapat meningkatkan daya dukung namun jaraknya masih dalam bidang runtuh. Penambahan jarak lapis dan penempatan anyaman bambu pada lapis teratas berkontribusi lebih besar dalam peningkatan daya dukung daripada penambahan jumlah dan penempatan geotekstil pada lapis teratas. Nilai BCI(u) dan BCI(s) terbesar didapat pada konfigurasi jarak 3,6 cm, jumlah 3 lapis dengan urutan perkuatan anyaman bambu – geotekstil – anyaman bambu. Perlu adanya penelitian terlebih dahulu tentang batas maksimum jarak antar lapis anyaman bambu dimana daya dukung masih meningkat
    • …
    corecore