68 research outputs found

    PEMANFAATAN DAUN PEPAYA (Carica Papaya) UNTUK PEMBUATAN PESTISIDA NABATI

    Get PDF
    Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh residu pestisida sintesis semakin bertambah buruk terhadap lingkungan. Pembuatan pestisida nabati merupakan solusi alternatif yang dapat dilakukan guna mengurangi dampak pencemaran. Daun pepaya (carica papaya)  yang diketahui mengandung enzyme papain sangat berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pembuatan pestisida nabati dari daun papaya yang efektif. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pembuatan pestisida tanpa modifikasi , pembuatan pestisida termodifikasi minyak tanah dan deterjen dan uji kinerja terhadap hama. Uji kinerja pestisida dianalisa dengan melihat pengaruh waktu perendaman, konsentrasi bahan baku dan modifikasi bahan baku  terhadap waktu kematian hama. Efek racun dianalisa menggunakan uji sisa residu pada daun dan efek kontak.  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pestisida daun papaya sangat efektif digunakan untuk untuk membunuh jenis hama rayap dengan waktu kematian tercepat diperoleh 10 menit pada pestisida termodifikasi deterjen:minyak tanah:pestisida 1:5:1, waktu perendaman 18 jam. Uji efek racun menunjukkan pestisida termodifikasi mampu menghilangkan hama rayap mencapai 100%, ulat dan kutu daun 80%  sedangkan tanpa modifikasi hanya 40% untuk ketiga jenis hama

    ANALISA PERFORMA KOLOM DISTILASI (105D4) DI FATTY ACID PLANT-1 PT. DOMAS AGROINTI PRIMA DENGAN SIMULASI ASPEN HYSYS

    Get PDF
    Fatty acid adalah salah satu bagian dari produk industri oleochemical. Salah satu industri hilir yang bergerak pada produksi fatty acid (asam lemak) adalah PT. Domas Agrointi Prima. Pada PT. Domas Agrointi Prima fatty acid diproduksi di fatty acid-1 plant. Untuk menghasilkan fatty acid yang sesuai spesifikasi pasar, maka perlu dilakukannya proses pemisahan dan pemurnian pada kolom distilasi/fraksinasi. Salah satu produk utama pada fatty acid-1 plant adalah fatty acid yang banyak mengandung asam oleat (C18:1) yang dipisahkan dan dimurnikan pada kolom distilasi 105D4. Penelitian ini menganalisa performa kolom distilasi 105D4 pada fatty acid-1 plant PT. Domas Agrointi Prima dengan mensimulasikan proses pemisahan dan pemurnian fatty acid ke dalam aspen hysys dengan mentuning variabel suhu top column, suhu side column, suhu bottom column, pressure top dan pressure bottom yang bermaksud untuk meninjau laju alir fatty acid yang berhasil dikeluarkan pada setiap aliran, yield fatty acid aliran destilat, dan konsentrasi asam oleat pada aliran destilat untuk mendapatkan performa yang paling optimal dari kinerja kolom distilasi 105D4 dalam proses pemisahan dan pemurnian fatty acid. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yield produk fatty acid pada distillate stream yang paling maksimal didapatkan pada run ke 6 yaitu sebesar 99,22%. Konsentrasi asam oleat pada produk yang keluar melalui distillate stream yang paling maksimal didapatkan pada run ke 6 yaitu sebesar 57,95%. Kondisi operasi kolom distilasi 105D4 yang paling optimal didapatkan pada simulasi run ke 6, dimana untuk suhu top column sebesar 189,35 oC , suhu side column sebesar 210,65 oC, suhu bottom column sebesar 223,69 oC, tekanan top column sebesar 9,58 mBar dan tekanan bottom column sebesar 11,87 mBar

    ANALISA PENGARUH JARAK ANTAR BAFFLE TERHADAP GETARAN PADA HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE HEAT TRANSFER RESEARCH INC (HTRI)

    Get PDF
    Heat Exchanger adalah suatu alat yang memungkinkan heat transfer dan dapat berfungsi baik sebagai pemanas maupun pendingin. Baffle merupakan sekat-sekat pada Shell and Tube Heat Eexchanger (STHE) yang berfungsi untuk menciptakan aliran yang turbulen sehingga heat transfer yang terjadi optimal. Masalah yang terjadi STHE ini adalah getaran yang dapat merusak STHE maupun menyebabkan kegagalan pada heat exchanger. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh jarak baffle serta jenis baffle single segment dan double segment terhadap getaran yang terjadi guna menghindari kerusakan maupun kegagalan pada heat exchanger. Pelaksanaan penelitian ini dengan cara menyiapkan model STHE pada software heat transfer research inc (HTRI) dan memasukkan variasi nilai jarak baffle beserta jenis baffle single segment dan double segment, selanjutnya dilakukan analisa terhadap report data hasil dari software HTRI. Hasil analisa yang didapatkan jumlah baffle terbanyak pada jarak baffle 650 mm baik jenis single segment maupun double segment dengan jumlah baffle 17, getaran maksimum pada jarak baffle 650 mm baik single segment dan double segment dengan tube natural frequency 35,2 Hz dan heat transfer co-efficient  analisa ini dengan jenis baffle single segment pada jarak 800 mm didapat heat transfer co-efficient 1221,8 Kcal/m2.hr.°C, sedangkan pada jenis baffle double segment pada jarak 1000 mm dengan heat transfer co-efficient 1188,6 Kcal/m2.hr.°C

    PENGARUH KOMPOSISI BRIKET BIOMASSA KULIT JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

    Get PDF
    Telah diteliti pemanfaatan limbah biomassa kulit jagung dalam pembuatan briket sebagai energi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses pembuatan briket arang kulit jagung serta pengaruh temperatur karbonisasi dan persentase perekat terhadap kadar air, kadar abu serta nilai kalor briket arang kulit jagung. Kulit jagung yang digunakan terlebih dahulu dijemur serta dikarbonisasi selama 2 jam lalu dicampur dengan perekat yang kemudian dilakukan pencetakan. Hasil analisa Kadar Air terendah sebesar 1,87% serta kadar air tertinggi sebesar 3,24%. Kadar abu tertinggi yaitu 4,37% sementara kadar abu terendah yaitu 2,74% Nilai kalor tertinggi sebesar 5.777,7247 cal/gr nilai kalor terendah sebesar 5.349,1874 cal/gr. Hasil ini menunjukan bahwa briket yang dihasilkan telah memenuhi SNI01-6235-2000 sebagai acuan baku mutu briket arang.Kata Kunci: Arang, Briket, Karbonisasi, Kulit Jagung, Perekat

    FORMULASI SEDIAAN GEL MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) SEBAGAI ANTISEPTIK TANGAN (HAND SANITIZER)

    Get PDF
    Indonesia termasuk salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia, dan minyak ini juga merupakan komoditi yang menghasilkan devisa Negara. Penghasil minyak atsiri yang mempunyai prospek cukup tinggi adalah tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) yang berasal dari provinsi Aceh. Nilam Aceh merupakan nilam terbaik kedua di dunia yang dapat menghasilkan minyak nilam dengan kandungan Patchouli Alcohol (PA) di atas 30%. Komposisi hand sanitizer yang beredar di pasaran saat ini masih menggunakan alkohol sebagai bahan aktifnya dirasa kurang aman terhadap kesehatan, karena alkohol dapat melarutkan lapisan lemak pada kulit yang berfungsi   sebagai   pelindung   terhadap   infeksi   mikroorganisme.   Pada   pemakaian berulang dapat menyebabkan kekeringan serta iritasi pada kulit, oleh sebab itu perlu diteliti bahan lain yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Salah satu bahan alami yang dapat diharapkan sebagai alternatif yang cukup potensial untuk mengganti penggunaan alkohol sebagai zat aktif adalah minyak nilam. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi serta menguji efektivitas antiseptik tangan dari sediaan gel minyak atsiri tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan 5 variasi volume, yakni 0; 1; 3; 5; dan 7 mL. Pengujian yang dilakukan terhadap kelima formulasi meliputi sifat fisik gel yaitu, pengujian organoleptik, pH, daya sebar, viskositas, dan aktivitas bakteri. Formulasi gel hand sanitizer alami yang baik dan aman diperoleh yaitu pada formula A2K1 (minyak nilam 1 mL, karbopol 940 1 gr, propilen glikol 5 mL, TEA 1 mL, gliserin 10 mL, metil paraben 0,18 gr, aquadest 100 mL), karena memiliki bentuk gel yang sesuai dengan gel yang beredar di pasaran yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat sebesar 6,8 mm, dengan hasil yang homogen, pH sebesar  8,4 mendekati pH kulit, dan daya sebar menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan yaitu sekitar 4 – 8 cm

    Kajian Kolom Adsorpsi Zat Warna Methyl Orange menggunakan Adsorben dari Ampas Teh

    Get PDF
    Methyl orange merupakan zat warna yang banyak digunakan dalam pewaraan kain dan berbagai bidang lainnya. Methyl orange merupakan zat warna azo karsinogenik yang dapat terlarut dalam air dan juga zat warna ini juga dimetabolismekan menjadi amina aromatik sehingga bersifat stabil memiliki biodegradibilitas yang rendah sehingga sulit untuk menyisihkannya dari larutan cair dengan metode pemurnian atau pengelolaan air biasa. Metode pemurnian yang dapat dilakukan yaitu dengan proses adsorpsi menggunaka adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk membuat adsorben dari limbah ampas teh dengan aktivasi HCl untuk menyerap limbah dari methyl orange dengan menggunakan kolom adsorpsi. Adsorben dari ampas teh dikarakteristikan gugus nya dengan uji FTIR pada sebelum aktivasi, sesudah aktivasi dan setelah adsorpsi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi zat warna terhdap adsorpsi, mengetahui kesetimbangan adsorpsi Langmuir dan Freunderich serta model kinetika adsorpsi model orde satu semu dan orde dua semu. Hasil penelitian yang didapat yaitu efesiensi penyerpan terbaik sebesar 55,579% dan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 0,54  mg/g yang didapat pada adsorben dengan tinggi unggun 16 cm dan konsentrasi sebesar 30 ppm. Sehingga semakin meningkat massa atau tinggi unggun  adsorben maka semakin meningkat  efesiensi dan kapasitas pemyerapan. Kesetimbangan adsorpsi yang sesuai yaitu isotherm Freundlich dengan nilai koefesien korelasinya (R2) sebesar 0,997. Untuk model kinetika yang menggambarkan lebih tepat pada model orde dua semu.

    Interaksi dalam Komunikasi Pelatih dan Anggota UKM Perisai Diri Universitas Malikussaleh

    Get PDF
    Saat latihan mnggunakan bahasa komunikasi seperti perintah, aba-aba, gerak teknik atau jurus yang disertai contoh gerakan oleh pelatih, kadangkala kritikan, larangan atau saran dalam evaluasi gerakan jurus. Perintah aba-aba yang disampaikan pelatih terasa hambar atau tidak bermakna kalua tidak diserta dengan contoh gerakan yang dipraktekkan pelatih. Jika, anggota salah dalam bergerak, pelatih harus segera mengkoreksi gerakan anggota didiknya sehingga kesalahan anggota didik dalam mengimplikasikan gerak semakin lama akan menjadi benar. Pelatih berkomunikasi dengan anggota UKM Perisai Diri untuk mencari tahu seberapa jauh ilmu yang telah diajarkan sesuai kurikulum dan materi standard Perisai Diri. Pelatih mengetahui kendali yang terjadi serta kesulitan yang dialami oleh anggota UKM silat Perisai Diri. Penyampaian dilakukan saat latihan sedang berlangsung, maupun saat latihan telah usai
    corecore