36 research outputs found

    RANTAI PASOK DAN LOGISTIK UDANG VANAME DI DAERAH PRODUKSI DI INDONESIA

    Get PDF
    Rantai pasok udang vanamei di daerah produksi di Indonesia tidak selalu sama dan dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas pembenihan sampai dengan unit pengolahan ikan (UPI). Konsekuensinya, jenis dan jumlah biaya logistik bervariasi antara daerah satu dengan yang lain. Riset ini bertujuan untuk; a) mengidentifikasi rantai pasok udang vanamei di daerah produksi, b) menganalisis permasalahan dalam rantai pasok udang vanamei, dan c) merumuskan sistem logistik udang vanamei. Riset dilakukan selama tahun 2019 di beberapa provinsi yang memproduksi udang vanamei yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Riset ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan topik data kepada 12 responden pembenihan, 4 responden UPI, 40 responden pembudidaya udang vanamei, dan 10 pedagang/pengumpul. Data sekunder diperoleh dari laporan hasil riset, data statistik, dan publikasi ilmiah lainnya. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan rantai pasok, pola logistik, dan permasalahan yang terjadi dalam rantai pasok. Hasil analisis menggambarkan bahwa rantai pasok udang vanamei di Indonesia bisa digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu pasokan (bahan baku dan produksi), distribusi (pedagang besar, pedagang kecil, dan pengecer), dan konsumen (pasar lokal, hotel/ restoran/catering -HOREKA- dan UPI). Permasalahan rantai pasok udang vanamei dari produsen benih sampai ke konsumen akhir telah menyebabkan produksi tidak efisien dan berimplikasi pada peningkatan biaya. Secara faktual, ada disparitas stok benih antar daerah dan kebutuhan pemenuhan stok udang di beberapa cold storage. Logistik udang vanamei menggunakan hampir semua jenis moda transportasi yaitu transportasi udara (pesawat terbang), transportasi darat (sepeda motor, mobil bak terbuka, truk biasa, truk kontainer) dan transportasi laut (kapal antar pulau dan antar negara). Sistem logistik udang belum efisien mengingat pengadaan induk udang vanamei masih diimpor dari negara lain oleh beberapa perusahaan pembenihan, dan benih ini harus menyuplai seluruh wilayah Indonesia.Title: Supply Chain and Logistic of Vannamei Shrimp In Production Areas of IndonesiaThe supply chain of vannamei shrimp in production areas of Indonesia is different in each area. It depends on the availability of hatchery facilities and the fish processing unit (UPI). Consequently, the types and logistic costs vary among regions. This research aims to: a) identify the supply chain of vannamei shrimp in the production area, b) formulate a general pattern of the logistic system of vannamei shrimp, and c) analyze the problems in the supply chain of vannamei shrimp. This research was conducted in 2019 in East Java, West Java, Bali, West Nusa Tenggara, and South Sulawesi where those provinces produce vannamei shrimp. This research employs primary and secondary data. Primary data were collected through interviews with five hatchery respondents, four UPI respondents, 40 vannamei shrimp farmers, and seven collectors/traders. Secondary data were obtained from research reports, statistical data, and other scientific publications. Data were analyzed descriptively to describe the supply chain, logistic patterns, and problems that occur in the supply chain. The results illustrate that vannamei supply chain in Indonesia can be classified into three parts: raw materials and production, distribution (wholesalers, small traders, and retailers) and consumers (local markets, hotel/restaurant/catering, and processing plants). The problem of vannamei supply chain from hatcheries to the final consumers has resulted in inefficient production and has been implicated in increased costs. Eventually, there are disparities in shrimp juvenile stocks between regions and the need to fulfill shrimp stocks in several cold storages Logistic system of vannamei shrimp utilizes almost all types of transportation modes: air transport (cargo planes), land transportation (motorbikes, trucks, cargo trucks) and water transportation (inter-island and inter-country cargo ships). The logistics system of vannamei was inefficient considering the procurement of vannamei shrimp broodstocks have always been imported from other countries by several hatchery companies, and shrimp juveniles produced need to be distributed to all-around Indonesia

    Strategi Pengembangan Program Literasi Peserta Didik SMP di Kota Palopo

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan strategi pengembangan program literasi peserta didik SMP di Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh SMP di Kota Palopo, yang meliputi kepala sekolah, guru mata pelajaran IPS, serta peserta didik. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara umum program literasi telah mulai dilaksanakan di seluruh SMP di kota Palopo dengan berbagai strategi yang diterapkan oleh sekolah. (2) Strategi pengembangan program literasi peserta didik SMP di Kota Palopo terdiri dari tahap pembiasaan, pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. (3) Kendala yang dihadapi dalam pengembangan program literasi peserta didik SMP di Kota Palopo di antaranya kurangnya minat baca peserta didik, keterbatasan fasilitas penunjang literasi, masih ada peserta didik yang belum lancar membaca, peserta didik belum memahami literasi numerasi dengan baik, serta kurangnya motivasi guru. Adapun solusi yang ditempuh guru dalam mengatasi kendala dalam program literasi yakni berupaya meningkatkan minat baca peserta didik, memberikan bentuk kegiatan literasi yang lebih bervariasi, memberikan pemahaman tentang pentingnya literasi, serta memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan langsung

    Nilai Ekonomi Ikan Rucah Bagi Nelayan Di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan

    Get PDF
    Usaha penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan terdiri dari komoditas pelagis kecil dengan jenis alat tangkap payang dan dogol. Hasil sampingan dari usaha penangkapan ikan ini terdiri dari ikan rucah yang seringkali tidak termanfaatkan atau dibuang begitu saja serta menimbulkan pencemaran di sekitar tempat pendaratan ikan. Kajian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil ekonomi ikan rucah bagi nelayan. Data dikumpulkan pada bulan Juni 2015 melalui wawancara terhadap nelayan, pengepul kecil, dan pengepul besar. Data hasil wawancara dilengkapi hasil observasi dan dokumentasi, selanjutnya diolah dan disajikan secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa nelayan di Kecamatan Paciran memperoleh ikan tangkapan berupa ikan ekonomis tinggi seperti kakap merah, cucut, manyung, tuna, kuningan, mata besar, pari, petek, bloso, dan layang serta hasil samping berupa ikan rucah. Ikan rucah dari nelayan dijual ke pedagang pengepul kecil dengan margin harga sebesar Rp 200,-/kg begitu juga margin harga dari pedagang pengepul kecil ke pedagang pengepul besar sebesar Rp 300,-/kg. Produksi ikan rucah tergantung musim tangkapan. Pada saat musim puncak, keuntungan yang diperoleh oleh nelayan sebesar Rp 500.000/hari sedangkan pada saat musim paceklik turun menjadi Rp 100.000/ hari. Ikan rucah dimanfaatakan sebagai pasokan bahan baku ke industri pengolahan tepung ikan di Kabupaten Lamongan sehingga memberikan penghasilan tambahan bagi nelayan.Title: Economic Value of Trash Fish for Fishermen in Paciran  Sub District, Lamongan District, East JavaFishing effort in Lamongan consists of small pelagic commodities to the type of fishing gear payang and dogol. The by catch product of fishing effort consists of trash fish are often not utilized or dumped and cause pollution both at sea and around the fish landing sites. This study aims to describe the economic results of trash fish for fishermen. Data were collected in June 2015 through interviews with fishermen, small wholesalers, and major collectors. Data on the interview include the results of observation and documentation, further processed and presented descriptively. The results showed that fishermen in the Paciran sub district obtain high economical fish as red snapper, shark, ariidae, tuna, brass, big eyes, rays, etc as well as by cacth such as trash fish. Trash fish from fishermen sold to small traders collectors with a margin price of IDR 200 per kg as well as the price margin of a small collectors to large collectors. Production of trash fish catches depending on the season. At the time of the peak season, the benefits obtained by the fishermen of IDR 500.000 per day, while during the lean season dropped to IDR 100.000 per day. The utilization of trash fish is to supply the raw material to fishmeal processing industry in Lamongan District so as a by catch gives benefit for fishermen

    ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOK LOBSTER (Studi Kasus di Kabupaten Simeulue, Aceh)

    Get PDF
    Kabupaten Simeulue sebagai daerah kepulauan memiliki potensi perikanan yang cukup besar namun pemanfaatannya masih tergolong rendah. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Simeulue hanya mencapai 2,20 persen selama tujuh tahun terakhir meskipun dari sisi nilai laju pertumbuhan naik secara signifikan (19,12 %). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rantai pasok lobster di Kabupaten Simeulue yang meliputi interaksi sosial ekonomi dan kontribusi antar pelaku usaha yang terlibat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap pelaku usaha yang terlibat serta Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPMKHP) Wilayah Kerja Simeulue. Data hasil wawancara dilengkapi hasil observasi dan dokumentasi, selanjutnya diolah dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok lobster terdiri dari nelayan/ pembudidaya (100%) → supplier (100%) → eksportir (90%) dan konsumen lokal (10%) → konsumen luar negeri (100%) serta terdiri dari tujuh pemetaan dalam manajemen rantai pasok. Permasalahan yang terjadi adalah makin menurunnya volume lobster yang di pasok, adanya monopoli harga oleh eksportir, aksesilibitas pasar yang terbatas pada produsen, penerapan teknologi (penyimpanan dan pengiriman) hanya pada eksportir, dan belum adanya kelembagaan keuangan formal yang menjamin harga lobster lebih tinggi. Manajemen rantai pasok lobster dapat menjadi bahan kebijakan untuk pemerintah daerah Kabupaten Simeulue dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan maupun pembudidaya lobster. (Analysis of Lobster Supply Chain Management (Case Study in Simeulue District, Aceh))Simeulue islands have a large fisheries potential, but its use is still relatively low. Contribution of the fisheries sector to Simeulue’s GDP only reached 2.20 per cent over the last seven years despite of the value of the growth rate increased significantly (19.12%). The aim of this studi is to map lobster supply chain in Simeulue Island which includes economic and social interaction among business actors involved. Data collected through interviews with businesses and Agency for fish quarantine, quality control and safety of fish product work area in Simeulue District. Interviewed data are compounded by the results of observation and documentation. Data were processed and presented descriptively. Results of the study showed that the supply chain lobster consists of: fishers/farmers (100%) → supplier (100%) → exporters (90%) and local consumers (10%) → consumers abroad (100%) and consists of seven mapping in management supply chain. The problem that occurs is decreasing of volume supplied lobster, pricing monopoly by exporters, limited market accessibility by producer, application of technology (storage and delivery) only on exporters, and financial institution that guarantees higher lobster prices are not available. Lobster supply chain management can be a policy concern for the local government district of Simeulue in increasing the income and prosperity lobster fishers and farmers

    PENDUGAAN FUNGSI PENAWARAN EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Pendekatan Error Correction Model (ECM)

    Get PDF
    Kajian ini bertujuan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor rumput laut Indonesia di pasar Internasional dengan menggunakan data runut waktu (time series data) tahun 1975 hingga 2005. Pendugaan persamaan penawaran ekspor rumput laut tersebut dilakukan dengan pendekatan metoda koreksi kesalahan (Error Corection Model – ECM). Hasil analisis menunjukkan bahwa penawaran ekspor rumput laut Indonesia ke pasar internasional dipengaruhi oleh produksi, harga ekspor, pendapatan nasional bruto negara mitra dagang, nilai tukar rupiah dan ekspor rumput laut Indenesia tahun lalu dengan arah perubahan yang sama (positif), dan harga domestik dan tingkat suku bunga dengan arah perubahan yang berlawanan (negatif). Oleh karena itu, perlu kesungguhan pemerintah bersama nelayan/pembudidaya & eksportir rumput laut untuk menjaga mutu; dan lebih meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara mitra dagang Indonesia (Importir), demikian juga dengan negara produsen lainnya. Tittle: The Estimation of Indonesian Seaweed Export Supply Function in the International Market : Analysis of Error Correction Model (ECM)The aim of the research was to estimate the factors affecting Indonesian seaweed export supply in international market using secondary time series data from 1975 until 2005. The estimation of supply was done using error correction model (ECM). The results show that export supply of Indonesian seaweed in international markets is affected by production, export price, gross national product, exchange rate, and lagged export of Indonesian seaweed which all have positive signs. On the other hand domestic price and interest rate have negative signs. Therefore, the government, fishers/seaweed farmers and seaweed exporter must pay more attention on seaweed quality and trade cooperation with importer and other producers

    KONTRIBUSI PERMINTAAN AKHIR DAN TEKNOLOGI TERHADAP PERUBAHAN OUTPUT SEKTOR PERIKANAN Pendekatan Analisis Input Output

    Get PDF
    Kajian bertujuan untuk mengetahui kontribusi komponen permintaan akhir dan teknologi terhadap perubahan output sektor perikanan Indonesia selama periode 1990-2000 dengan menggunakan pendekatan Analisis Input-Output (I-O) telah dilakukan pada tahun 2007. Data yang digunakan berupa data sekunder berupa Tabel I-O Tahun 1990, 1995 dan 2000 yang bersumber dari BPS. Hasil kajian menunjukkan bahwa permintaan akhir dan teknologi memberikan kontribusi terhadap perubahan output sektor perikanan. Perubahan teknologi pada perikanan laut sebesar -5,98% berkontribusi terhadap perubahan output sebesar 124,91%, lebih tinggi daripada dampak nasional sebesar 98,22%. Perubahan teknologi sebesar -6,45% pada perikanan darat memberikan kontribusi terhadap perubahan output sebesar 106,3%. Pada sektor industri pengeringan dan penggaraman ikan perubahan teknologi sebesar 40,86% menciptakan perubahan output sebesar 15,37%. Pada industri pengolahan dan pengawetan ikan, perubahan teknologi sebesar 17,32%. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kajian dan pengembangan teknologi menurut dimensi agribisnis komoditas perikanan dalam mendorong peningkatan produsksi dan pengembangan produk sektor perikanan. Tittle: Contribution of Final Demand and Technology to the Fisheries Sector Output : An Input - Output approachResearch intended to ilutrate the contribution of final demand component and technology to the changes in output of the fisheries sector in Indonesia during 1990 - 2000 with Input - Output (I-O) Analytical Approach was carried out in 2007. The I-O tables of 1990,1995 and 2000 from CBS of Indonesia was used in this study. The results showed that there were positive contribution of final demand and technology to fisheries output charge. Technology change of -5,98% in marine fisheries give an output change of 124,91%, higher than national impact of 98,22%. It is similar to inland fisheries which technology change of -6,45% contribute to output change of 106,36%. On the other hand, technology change of 40,86% in drying and salting industres contribute to output change of 15,37% much lower than procesing and preseving industries which output change of 64,26% produced by technology change of 17,32%. In conclusion, assesment and development of technology by commodity dimension in agribusiness must be increased to push the production of fisheries sector

    MINIMALISASI BIAYA DISTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK PERIKANAN: APLIKASI TRANSPORTASI PROGRAM SOLVER

    Get PDF
    Masalah pendistribusian suatu komoditas atau produk dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan perlu dilakukan agar biaya pengiriman produk seminimal mungkin. Program solver merupakan salah satu software yang banyak digunakan untuk masalah optimasi misalnya dalam menyelesaikan masalah transportasi. Model transportasi berkaitan dengan penentuan rencana biaya terendah untuk mengirimkan satu barang dari sejumlah sumber pasokan ke sejumlah daerah tujuan yang menjadi sentra industri. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji penerapan metode transportasi dengan program solver dalam meminimunkan biaya distribusi ikan yang berasal dari beberapa daerah sentra pasokan ke beberapa daerah yang menjadi sentra industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi biaya distribusi yang dikeluarkan dalam mendistribusikan ikan tuna sebesar Rp. 757.983.424 dan efisiensi biaya distribusi yang dikeluarkan dalam menditribusikan ikan pelagis kecil sebesar Rp. 268.012.767. Ikan tuna dari Bitung lebih efisien didistribusikan ke Surabaya, ikan tuna dari Ternate lebih efisien didistribusikan ke Makassar, ikan tuna dari medan lebih efisien ke Surabaya, dan ikan tuna Banyuwangi lebih efisien didistribusikan ke Jakarta dan terakhir ikan tuna dari daerah pasokan lainnya dapat diditribusikan ke Makassar, Surabaya, Jakarta dan daerah tujuannya lainnya. Ikan pelagis dari Bitung lebih efisien ke Makassar, ikan pelagis dari Ternate lebih efisien ke Surabaya, ikan pelagis dari Medan lebih efisien ke Makassar dan Banyuwangi lebih efisien ke Makassar dan Surabaya, dan daerah pasokan lainnya lebih efisien ke Jakarta dan Surabaya. Implikasi penelitian dimana daerah pasokan ikan dapat lebih fokus pada daerah tertentu yang menjadi daerah tujuan mengakibatkan biaya distribusi ikan menjadi lebih efisien dan pasokan ikan di daerah tujuan menjadi lebih stabil. Title: Minimalization Distribution Cost of Fisheries Product Processing Industry: The Application of Transportation in Program SolverSolution to distribution problem of a commodity or product is necessary in order to minimize its distribution cost. Program solver is one of the most widely used software to solve problem related to transportation. Transportation model determines distribution cost of a product from port of origin to port of destination. This research purpose is intending on analyzing the application of program solver in minimizing fish distribution cost from suppliers to industrial centers. The result showed that efficiency distribution cost of tuna was Rp. 757.983.424,- and the efficiency distribution cost of small pelagic fish was Rp. 268.012.767,-. Distribution cost of tuna from Bitung to Surabaya is more efficient, distribution cost of tuna from Ternate to Makassar is more efficient, distribution cost of tuna from Medan to Surabaya is more efficient, distribution cost of tuna from Banyuwangi to Jakarta is more efficient, and distribution cost of tuna from the other ports of origin are more efficient to Makassar, Jakarta, Surabaya and the other ports of destination. Distribution cost of small pelagic fish from Bitung to Makassar is more efficient, distribution cost of small pelagic fish from Ternate to Surabaya is more efficient, distribution cost of small pelagic fish from Medan to Makassar is more efficient, distribution cost of small pelagic fish from Banyuwangi to Makassar and Surabaya is more efficient, and distribution cost of small pelagic fish from the other ports of origin are more efficient to Jakarta and Surabaya. Therefore, fish distribution from port of origin should be focused to a particular destination port in order to get more efficient distribution cost and stable fish supply in the destination area

    KEUNGGULAN SUB SEKTOR PERIKANAN DAN PARIWISATA BAHARI DI BELITUNG

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian adalah mengukur kinerja perikanan dan pariwisata bahari dalam struktur perekonomian Belitung, apakah sektor tersebut memiliki keuggulan komparatif, termasuk pada sektor unggulan/prospektif/berkembang/potensial/terbelakang. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergeseran struktur perekonomian. Hasil pengolahan data mengindikasikan, pertama dari sektor perikanan dan pariwisata termasuk pada sektor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan daya saing karena memiliki nilai komponen pangsa wilayah negatif (- 2,58%, dan –1,16%). Kedua, sektor wisata bahari termasuk pada kategori sektor yang mengalami pertumbuhan progresif (3,25%) yang diindikasikan dengan dengan nilai pergeseran bersih yang positif. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor yang dulunya tumpuan perekonomian Belitung (perikanan dan pertambangan) yang diindikasikan dengan nilai pergeseran bersih negatif (-11,16%). Ketiga, jika dilihat dari rasio indikator pertambahan pertumbuhan masing-masing sektor adalah wisata (113%), dan perikanan (112%), mengindikasikan kedua sektor ini termasuk yang produktif dan potensial dan tidak terjadi ketimpangan sektor. Keempat, jika dilihat dari profil sektor dalam kuadran, sektor wisata bahari terletak pada kuadran 3 yang berarti termasuk sektor agak mundur. Sedangkan sektor perikanan termasuk pada kuadran 4 yang mengindikasikan sektor ini masuk sektor yang mundur. Di Belitung terjadi pergeseran perekonomian, yang awalnya mengandalkan sektor primer (perikanan dan pertambangan), beralih ke sektor tersier (industri dan wisata bahari). Diharapkan pemerintah, mendukung mata pencarian alternatif selain sektor pertambangan dan perikanan, seperti sektor wisata bahari. Salah kendala pengembangan mata pencarian alternatif ini adalah perbedaan orientasi usahanya, dimana awalnya masyarakat menggeluti usaha ekstrasi (fisik) dan beralih menggeluti usaha jasa wisata (pelayanan). Performance of Fisheries and Tourism Sub Sectors in BelitungThe objective of this research was to analyze performance of fisheries and marine tourism sector in Belitung Regency. The analysis was to measure whether the sector has comparative advantage, prospective, developed, potential or underdeveloped condition.  The research was conducted in 2016 at Belitung Regency. Data were analyzed by economic structure shift analysis. The results indicated a number of findings. First, fisheries and tourism sector did not have comparative advantage and competitiveness due to its negative regional share component (- 2.58%, and -1.16%). Second, marine tourism sector had progressive growth (3.25%) indicated from positive net shift component. Instead, despite the fact that fisheries and mining were the base sector of Belitung Regency, they experienced deceleration of growth indicated by a negative net shift component (-11,16%). Third, a growth rate ratio analysis indicated that fisheries and marine tourism are productive and potential sectors because they had a positive growth rate ratio of 112% and 113%. Fourth, the marine tourism sector was in quadrant 3, it means that marine tourism was a fairly declining sector. Fisheries sub sector was in quadrant 4, it means that it was a declining sector. There was an economic shift in Belitung from primary sector (fisheries and mining) to tertiary sector (industry and marine tourism). The government was expected to create alternative livelihoods other than mining and fisheries such as marine tourism. However, problem occurred in the difference of business orientation from physical business to industrial and tourism services.

    ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIO-EKONOMI DENGAN KETAHANAN PANGAN IKANI: Pendekatan Model Product Moment Correlation

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan ketahanan pangan ikani yang telah dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008. Penelitian ini menggunakan pendekatan non parametrik dengan menggunakan model Product Moment Correlation. Responden dipilih menggunakan metode proportional random sampling berdasarkan jenis alat tangkap. Secara umum hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik sosial ekonomi yaitu peubah pendidikan, budaya makan ikan, nilai aset dan pendapatan berhubungan positif dan nyata dengan tingkat ketahanan pangan ikani rumah tangga perikanan tangkap laut skala kecil. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa pemerintah dapat meningkatkan ketahanan pangan ikani melalui peningkatan mutu pendidikan dan pengetahuan pangan dan gizi, budaya makan ikan, pendapatan rumah tangga dan aset rumah tangga. Tittle: Analysis of the Relationship between Socio Economic Characteristics and Fish-Food Security: Product Moment Correlation Model Approach.Research aimed at analyzing the relation between socio-economic characteristics and fish-food security was carried out during June to August 2008. The research was using non-parametric approach with the property of Product Moment Correlation model. Respondents epresenting variety of fishing unit being used were chosen using proportional random sampling method. In general, the study showed that there was significantly relationship between socio-economic characteristic and fish-food security especially education, eating fish culture, asset value and income on small scale capture fisheries industry. Base on the study, it can be suggested they the government could increase fish-food security through improvement programs on education and knowledge of food and nutrition, eating fish culture, income and asset value

    KETAHANAN PANGAN IKANI PADA RUMAH TANGGA PERIKANAN TANGKAP LAUT SKALA KECIL: Kasus Desa Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan ikani rumah tangga perikanan tangkap laut skala kecil. Metode Survei digunakan dalam penelitian ini. Responden dipilih dengan menggunakan metoda proportional random sampling berdasarkan jenis alat tangkap. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik non-parametrik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah pendidikan, budaya makan ikan, nilai aset dan pendapatan berhubungan positif dan nyata dengan tingkat ketahanan pangan ikani rumah tangga perikanan. Pemerintah diharapkan terus mendorong upaya peningkatan ketahanan pangan terutama pangan ikani dengan lebih mengkaitkan arah kebijakan dan programnya dengan upaya peningkatan pendidikan dan pengetahuan akan pangan dan gizi pada rumah tangga perikanan tangkap laut skala kecil, peningkatan pendapatan dan peningkatan aset rumah tangga. Tittle: Fisheries Food Security on Household of the Small-scale Marine Fisher: Case Study in the Gebang Mekar Village, Cirebon District, West Java.The purpose of this research was to assess the factors that relate with fisheries food security at small - scale marine fisher. Research was conducted using survey method. Respondents were chosen using proportional random sampling method based on types of fishing gears. The research was using primary data based on interview and analysis used Chi-square approach. Results showed that education, habits in consumption, asset value and income of fisheries household significantly related with fisheries food security at small-scale of marine fisheries household. Therefore, the government has to push on fisheries food security improvement forward into policy and program education and knowledge of food and nutrient at small-scale marine fisher’s household, increase income and economic asset of the fisher
    corecore