164 research outputs found

    Seeing the Inner from Outer

    Get PDF
    Since Furchgott et al1 showed that acetylcholine requires the presence of endothelial cells to induce vasodilation, the importance of the endothelial cell layer for vascular homeostasis has been increasingly appreciated. Endothelial dysfunction was initially identified as impaired vasodilation to specific stimuli such as acetylcholine or bradykinin. A broader understanding of the term would include not only reduced vasodilation but also a proinflammatory and prothrombic state associated with dysfunction of the endothelium.2 Figure 1 describe regulation function of endothelium during normal and dysfunction condition.3 In human, endothelial dysfuntion was first described in forearm of hypertensive patient.4 Dysfunction of the endothelium has been attributed to the pathophysiology of different forms of cardiovascular disease, including hypertension, coronary artery disease, chronic heart failure, peripheral artery disease, diabetes, and chronic renal failure.

    Mengatasi Aritmia, Mencegah Kematian Mendadak

    Full text link

    ARB dibandingkan non-ARB dalam Menurunkan Komplikasi Kardiovaskular pada Pasien Hipertensi dengan Risiko Tinggi: Laporan Berbasis Bukti

    Get PDF
    Background: High risk hypertensive patients have an increased risk of developing cardiovascular complication. It is better to use a proven cardio protective drugs to reduce blood pressure in high risk hypertensive patients. Angiotensin II receptor Blocker (ARB) is one type of antihyper-tensive drugs with cardioprotective effect for hypertensive patients withoutother risk factor. Whether cardioprotective effect of ARB also apply for a more specific population such as high risk hypertensive patients need to be investigated.Aim: To determine the efficacy of ARB compared to non-ARBs in preventing cardiac event in a more specific population, such as high risk hypertensive patients.Methods: A search was conducted on PubMed and Cochrane. The selection of title and abstract was done using inclusion and exclusion criterias. Three original articles were found and used as the evidence tor the clinical question. The selected studies were critically appraised for validity, importance and applicability.Result: According to Sawada et al, the blood pressure lowering effect was similar between valsartan and non-ARB groups. The cardiovascular events in valsartan group is lower compared to non-ARB groups (relative risk: 0.54, 95% confidence interval 0.4-0.7, p< 0.001). The administration of valsartan as compared to non-ARB, also reduce the occurence of angina pectoris (Relative risk: 0.52, 95% Confidence Interval 0.31–0.86, P=0.01058). Cohn JN et al showed that there was no significant differences in the candesartan group in terms of total death and primary endpoints. The only significant finding in this article was the lower rate of diabetes mellitus in the candesartan group.Conclusion: Valsartan, as compared to non-ARB, reduce cardic event in high risk hypertensive patients.Latar belakang: Pasien hipertensi dengan risiko tinggi mempunyai kemungkinan lebih tinggi mendapatkan komplikasi kardiovaskular. Pada pasien hipertensi risiko tinggi lebih baik digunakan obat hipertensi yang memiliki efek kardioprotektif. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB) adalah salah satu golongan obat hipertensi yang memiliki efek kardioprotektif pada pasien hipertensi tanpa risiko. Apakah ARB juga efektif untuk menurunkan kejadian kardiovaskular baru atau perburukan kardiovaskular pada populasi hipertensi dengan risiko tinggi?Tujuan: Mengetahui efektivitas ARB dibandingkan non-ARB dalam menurunkan komplikasi kardiovaskular pada pasien hipertensi dengan risiko tinggi.Metode: Pencarian terstruktur dilakukan menggunakan Pubmed dan Cochrane. Setelah dilakukan penapisan judul dan abstrak, Tiga studi ditemukan yang kemudian digunakan penulis. Studi ini ditelaah dengan menggunakan kriteria yang mencakup validity, importance, dan applicability untuk menentukan derajat kegunaan studi.Hasil: Berdasarkan studi oleh Sawada et al, valsartan memiliki efek penurunan tekanan darah sebanding dengan pengobatan non-ARB. Komplikasi kardiovaskular lebih rendah pada kelompok valsartan dibandingkan kelompok non-ARB (relative risk: 0.54, 95% confidence interval 0.4-0.7, p< 0.001). Valsartan menurunkan kejadian angina pectoris dibandingkan grup non-ARB (relative risk : 0.52, 95% Confidence Interval 0.31–0.86, P =0.01058). Cohn JN et al menyimpulkan tidak ada perbe-daan signifikan dalam pencegahan mortalitas dan parameter akhir lainnya. Namun penggunaan candesartan secara signifikan mengurangi kejadian diabetes.Kesimpulan: Valsartan, dibandingkan pengobatan non-ARB, menurunkan kejadiaan kardiovaskular pada pasien hipertensi dengan risiko tinggi

    Very Fast Tachycardia: What is the mechanism?

    Get PDF
    Seorang pria umur 59 tahun datang ke UGD Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dengan keluhan berdebar sangat cepat disertai rasa sesak dan nyeri dada. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik terlihat keadaan umum sakit sedang tanpa tanda hipoperfusi. Tekanan darah 105/87 mmHg dengan denyut nadi sulit dihitung karena terlalu cepat. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal kecuali Rekaman EKG di UGD ditampilkan sebagai Gambar 1. Suatu takikardia QRS sempit regular dengan gambaran gelombang P di belakang kompleks QRS dapat merupakan suatu atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT), atrial takikardia/atrial flutter, atau atipikal atrioventricular node reentrant tachycardia (AVNRT). Bagaimana membedakan antara ketiga ke-mungkinan supraventrikular aritmia tersebut

    Intermitten PR Interval Changes

    Get PDF
    Seorang anak perempuan usia 10 tahun dikonsulkan ke Divisi Aritmia dengan keluhan palpitasi berulang. Ekokardiografi menunjukkan anatomi dan fungsi jantung yang normal. Rekaman EKG diperlihatkan pada gambar 1. Takikardia QRS sempit dengan pola P-QRS-T yang menetap dapat merupakan suatu atrial atau sinus takikardia. Perhatikan bahwa gelombang P pada saat takikardia sama sekali berbeda dengan morfologi gelombang P saat irama sinus. Hal ini lebih menunjukkan suatu atrial takikardia daripada suatu irama sinus. Atrial takikardia bisa merupakan suatu fokal atau makroreentri. Suatu atrial makroreentri atau atrial flutter umumnya mempunyai panjang siklus antara 200150 mdet, sedangkan pasien ini mempunyai panjang siklus (interval PP) sekitar 380 mdet sehingga suatu atrial takikardia yang fokal lebih memungkinkan. Di antara mekanisme atrial takikardia fokal dapat berupa otomatisasi, mikroreentri atau bahkan triggered activity. Perhatikan pola terminasi dan induks

    Apa yang Terbaik untuk Pasien Ini?

    Get PDF
    Seorang laki-laki67tahun, normotensi, non-diabetik dengan riwayat infarkmiokard anterior datang dengan takikardia kompleks QRS lebar (Gambar 1) yang me-merlukan defibrilasi karena hemodinamik yang tidak stabil. Pemeriksaan ekokardiografi memperlihatkan penurunan fungsi sistolik dengan fraksi ejeksi 20-25% dan gambaran aneurisma di apeksventrikel kiri. Fungsi ginjal dan paru dalam batas normal

    Takikardia Iregular Dengan Kompleks QRS Lebar: Mekanisme dan Tatalaksana

    Get PDF
    Seorang laki-laki, 35 tahun datang ke UGD sebuah rumah sakit pemerintah di Yogyakarta dengan keluhan near syncope. Keluhan seperti ini sudah beberapa kali dirasakan pasien dan umumnya didahului dengan debaran jantung yang cepat. Tidak didapatkan riwayat kematian jantung mendadak pada keluarga pasien. Rekaman EKG 12 sadapan saat datang di UGD terlihat seperti Gambar 1

    Dabigatran dibandingkan Warfarin untuk Pencegahan Stroke pada Pasien dengan Atrial Fibrilasi: Laporan Berbasis Bukti

    Get PDF
    Background. Atrial fibrillation (AF) increases the risk of having stroke as high as five fold. Anticoagulant administration such as vitamin K antagonist has been used regularly to reduce the occurence of stroke. Despite the high efficacy, warfarin has several limitations, including a narrow therapeutic window, multiple food and drug interactions, and the need for frequent laboratory monitoring. Dabigatran, an oral thrombin inhibitor, displays some positive characteristics as the solution to warfarin’s limitations.Aim. To determine the efficacy of dabigatran compared to warfarin for stroke prevention in patients with atrial fibrillation.Methods. A search was conducted on PubMed and Google. The selection of title and abstract was done using inclusion and exclusion criteria. Five original articles were found, but only one study was used. The selected study was critically appraised for its validity, importance and applicability.Result. The administration of 150 mg of dabigatran was superior to warfarin with respect of stroke. The relative risk reduction was 36% in the 150 mg dabigatran group. The rate of stroke was 1.01% per year in the group that received 150 mg dabigatran, as compared with 1.57% per year in the warfarin group (relative risk 0.64; 95% confidence interval, 0.51 to 0.81, p<0.001). The administration of dabigatran increased the risk of gastrointestinal bleeding.Conclusion. In patients with atrial fibrillation, dabigatran given at a dose of 150 mg, as compared with warfarin, was associated with lower rate of stroke. Dabigatran administration requires closed gastrointestinal monitoring.Latar belakang. Atrial fibrilasi (AF) meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak lima kali. Warfarin, golongan antagonist vitamin K, telah digunakan cukup lama untuk menurunkan kejadian stroke. Namun warfarin memiliki beberapa keterbatasan seperti ambang terapi yang sempit, berbagai interaksi obat dan diperlukannya pemantauan berkala. Dabigatran, antitrombin oral, memiliki beberapa keunggulan sebagai jawaban sebagai keterbatasan dari warfarin.Tujuan. Menentukan efektivitas dabigatran dibandingkan warfarin untuk pencegahan stroke pada pasien dengan atrial fibrillasi.Metode. Pencarian terstruktur dilakukan dengan menggunakan Pubmed dan Google. Setelah dilakukan penapisan judul dan abstrak dengan kriteria inklusi dan eksklusi, lima studi ditemukan, tetapi hanya satu studi yang digunakan penulis. Studi ini ditelaah dengan menggunakan kriteria yang mencakup validity, importance, dan applicability untuk menentukan derajat kegunaan dalam studi ini.Hasil. Pemberian dabigatran sebanyak 150 mg menyebabkan penurunan risiko terjadinya komplikasi stroke pada pasien AF sebesar 36% dibandingkan warfarin. Kejadian stroke pada kelompok yang menerima 150 mg dabigatran sebesar 1.01% per tahun dibandingkan dengan 1.57% pada kelompok warfarin. (relative risk0.64; 95% confidence interval, 0.51­0.81, p<0.001). Namun pemberian dabigatran meningkatkan risiko terjadinya perdarahan gatrointestinal.Kesimpulan. Pemberian 150 mg dabigatran menurunkan risiko terjadinya stroke pada pasien AF dibandingkan pemberian warfarin. Namun pemberian dabigatran memerlukan pemantaun perdarahan gastrointestinal

    Sindrom WPW atau Ventrikel Ekstrasistol?

    Get PDF
    Seorang wanita, 49 tahun datang ke klinik aritmia dengan keluhan rasa tak enak di dada. Terdapat episode berdebar. Angiografi koroner yang dilakukan 2 minggu sebelumnya, menunjukkan semua arteri koroner normal. Riwayat pingsan disangkal. Rekaman EKG tiga kanal menunjukkan gambaran berikut: Apakah interpretasi EKG di atas

    Sinkop pada pasien dengan PPM: Apa mekanismenya?

    Get PDF
    Seorang pria, 67 tahun datang ke poli aritmia dengan keluhan pingsan berulang. Kehilangan kesadaran berlangsung sekitar 1-2 menit dan kembali spontan. Pasien pernah dilakukan pemasangan PPM 2 tahun yang lalu atas indikasi disfungsi nodal sinus. Pada saat itu PPM yang dipasang adalah tipe VVI. Rekaman EKG strip sadapan II menunjukkan gambaran irama sinus dengan diselingi oleh pemacuan ventrikel kanan (Gambar 1). Dari gambaran EKG di atas tampak bahwa fungsi pemacuan baik dengan laju pacu 75 kpm. Akan tetapi terlihat bahwa fungsi sensing PPM tidak berjalan sehingga memberikan pemacuan dalam jarak yang terlalu dekat dari aktivitas intrinsik yang mendahuluinya. Dalam hal ini terjadi undersensing gelombang R intrinsik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa episode sinkop yang dialami pasien bukan akibat kegagalan pemacuan. Jadi apa mekanisme sinkopnya
    • …
    corecore