2 research outputs found

    Efektivitas Pelatihan ‘ASIMERU’ Sebagai Upaya Menurunkan Tingkat Burnout Guru SMPN Y Surabaya

    Get PDF
    Burnout adalah stres berkepanjangan yang muncul karena beban pekerjaan yang berlebih. Salah satu profesi di bidang pendidikan yang mengalami burnout adalah guru di SMPN Y Surabaya. Salah satu upaya menurunkan tingkat burnout yakni melalui Pelatihan ‘ASIMERU’. Pelatihan ini berbasis penerapan Modal Psikologis yakni mengimplementasikan HERO (Hope, Self-efficacy, Resiliency & Optimism). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen pretest-posttest design. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 10 paritisipan. Tingkat burnout diukur dengan skala burnout oleh Maslach, Jackson, Leiter (1996) yang diberikan sebelum dan sesudah pelatihan yang kemudian dianalisis menggunakan paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelatihan ‘ASIMERU’ efektif untuk menurunkan tingkat burnout para guru di SMPN Y Surabaya.  Burnout is a prolonged stress arising due to an excessive workload. Teachers at Public Junior High School Y Surabaya has experienced burnout. ‘ASIMERU’ training, which is based on Psychological Capital (Hope, Self-efficacy, Resiliency & Optimism) was designed to reduce burnout rate. This study used a quantitative approach with an experimental method with a pretest-posttest design type. This study utilized a purposive sampling technique which then obtained 10 participants. The study used the burnout scale by Maslach, Jackson, Leiter (1996) given before and after training which then analyzed by using paired sample t-test. The results showed that the "ASIMERU" training was effective in reducing the burnout rate of the teachers at Public Junior High School Y Surabaya.

    Perfectionistic Concerns, Other-Oriented Perfectionism and Marital Satisfaction

    Get PDF
    Tingkat perceraian semakin meningkat setiap tahunnya. Beberapa tahun belakangan, pihak istri lebih sering menggugat cerai salah satunya karena merasa tidak puas dalam pernikahan. Kepuasaan pernikahan dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya adalah trait perfectionism yang ada pada setiap individu dengan tingkat berbeda-beda. Trait perfeksionism membuat seseorang menuntut orang lain (other-oriented perfectionism) dan dirinya sendiri (perfectionistic concerns). Perbedaan latar belakang budaya dan pekerjaan juga turut meningkatkan tuntutan dalam pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kecenderungan sempurna dan menuntut kesempurnaan dengan kepuasan pernikahan pada wanita bekerja dalam tahap perkembangan dewasa awal di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner yang diadaptasi dari ENRICH Marital Satisfaction (EMS) and Dyadic Perfectionism Scale (DPS) kepada 73 responden yang bekerja pada bidang media dan perbankan. Data dianalisa menggunakan korelasi Spearman dan hasil uji menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menurunkan kepuasaan pernikahan. Implikasinya, kecenderungan sempurna menyebabkan istri ingin menjadi sempurna di dalam pernikahan, sehingga hal ini membebani istri secara psikologis. Ditambah, istri juga mengharapkan suami untuk juga menjadi sempurna dan istri merasa layak mendapatkan kesempurnaan tersebut. Pernikahan berada di ujung tanduk karena kurangnya komunikasi yang sehat dalam mencapai kepuasan dalam pernikahan. Nowadays, divorce is increasing in the community every year. In recent years, the wife often litigates for divorce due to marital dissatisfaction. Several aspects influence marital satisfaction one of them is the perfectionism trait beget in every individual, albeit at different levels. Perfectionism trait causes individuals to set high demands on others (other-oriented perfectionism) and themselves (perfectionistic concerns). Diverse cultural and working backgrounds uphold the demand in marriage. Thus, this research examines the correlations of perfectionistic concerns and other-oriented perfectionism with marital satisfaction in early adult working women in Jakarta. This research applied a quantitative approach and obtained the data by distributing questionnaires, adopted from ENRICH Marital Satisfaction (EMS) and Dyadic Perfectionism Scale (DPS) to 73 respondents working in the media and banking. Data were analyzed by using Spearman’s correlation. Both perfectionistic concerns and other-oriented perfectionism are associated with lower marital satisfaction. It implies that perfectionistic concerns drive the wife to be perfect in marriage, thus, burdening her psychologically. Furthermore, the wife also puts high demands on her husband to be perfect and thinks that she deserves that. The marriage is at a stalemate due to a lack of healthy communication in achieving greater marital satisfactio
    corecore