3 research outputs found

    Kajian Literatur : Potensi Seledri Sebagai Terapi Herbal pada Hipertensi

    Get PDF
    Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2018, tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia dengan prevalensi 34,1% berdasarkan pengukuran pada umur ≥18 tahun. Penanganan hipertensi dengan mengonsumsi obat-obatan anti hipertensi sintetik dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan efek samping seperti terjadinya kerusakan di organ tertentu. Terapi dengan menggunakan bahan alami atau herbal memiliki beberapa keuntungan yaitu efek samping rendah dan lebih terjangkau karena menggunakan bahan alami. Seledri (Apium graveolens) adalah tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat untuk menangani hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi tanaman seledri (Apium graveolens) sebagai terapi herbal pada hipertensi. Penelitian ini merupakan narrative literature review. Pencarian data literatur dilakukan menggunakan 5 database antara lain Springer, PubMed, ScienceDirect, ProQuest dan EBSCO. Bagian seledri yang dapat digunakan sebagai antihipertensi yaitu bagian daun dan bijinya. Untuk mendapatkan manfaat antihipertensi seledri dapat dikonsumsi dalam bentuk ekstrak seduh, ekstrak dalam kapsul maupun dalam bentuk sayur secara utuh. Seledri memiliki potensi sebagai antihipertensi karena efek vasodilatasi, diuretik, penghambat ACE (angiotensin converting enzyme), antagonisme saluran kalsium, mengurangi ketebalan dinding pembuluh darah, serta kandungan gizi seledri yang tinggi nitrat, rendah natrium, tinggi kalium dan magnesium sehingga dapat menyebabkan tekanan darah menurun

    Pembuatan Snack Bar BUDE (Ubi Jalar Ungu dan Kacang Kedelai) bagi Ibu Hamil (Analisa Kadar Kalsium)

    No full text
    Kebutuhan gizi selama kehamilan mengalami peningkatan, demi memenuhi kebutuhan ibu dan janin, tidak terkecuali kebutuhan zat gizi mikro seperti kalsium. Peningkatan Angka Kecukupan Gizi untuk kalsium yang dianjurkan selama kehamilan adalah 200 mg ditambah kebutuhan sebelum hamil 1200 mg. Fokus penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. poir) dan Kacang Kedelai (Glycine maxx L.) sebagai bahan baku pembuatan snack bar BUDE untuk memenuhi peningkatan kebutuhan kalsium ibu hamil. Pada penelitian ini, terdapat 3 sampel utama yaitu sampel control (P0) berupa snack bar komersial, sampel P2 snack bar BUDE dengan rasio ubi jalar ungu:kacang kedelai 8:2, dan sampel P3 snack bar BUDE dengan rasio ubi jalar ungu:kacang kedelai 7:3. Sampel yang telah disiapkan kemudian diuji kadar kalsiumnya dengan menggunakan metode ICP-OES (Inducitvely Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy) dengan Panjang gelombang 317,933 nm. Hasil rata-rata kandungan kalsium (mg/100 g) pada tiap sampel untuk sampel P0, P2, dan P3 berturut-turut adalah 268,845, 313,462, 366,71. Terdapat perbedaan bermakna pada kadar kalsium sampel (Brown Forsythe, p<0,05). Komposisi ubi jalar ungu dan kacang kedelai juga memengaruhi kandungan kalsium pada masing-masing sampel dan ditunjukkan dengan adanya perbedaan bermakna antar tiap kelompok sampel(Games-Howell, p<0,05). Kelompok sampel P3 dengan kandungan kacang kedelai yang lebih tinggi, memiliki kadar kalsium yang lebih tinggi pula yang dikaitkan dengan kandungan kalsium yang tinggi pada kacang kedelai mentah. 1 Porsi sampel P3 dapat memenuhi 55% kebutuhan kalsium tambahan bagi Ibu Hamil

    Analisis Kadar Serat Pangan Tidak Larut Air Snack Bar Bude (Ubi Jalar Ungu Dan Kacang Kedelai) Bagi Ibu Hamil Untuk Mengatasi Konstipasi

    No full text
    Konstipasi pada ibu hamil merupakan kelainan yang ditandai defekasi yang tidak komplit serta adanya kesulitan dalam buang air besar selama masa kehamilan. Serat tidak larut air mampu menghasilkan gas yang dapat mendorong feses dan menghasilkan residu yang mampu mengikat air sehingga mempermudah proses defekasi. Pemberian asupan sebesar 30% dari total kebutuhan sehari (10,5 gram) melalui makanan selingan yang mengandung serat pangan tidak larut air dapat mengatasi konstipasi pada ibu hamil. Serat tidak larut air mampu menghasilkan gas yang dapat mendorong feses dan menghasilkan residu yang mampu mengikat air sehingga mempermudah proses defekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar serat pangan tidak larut air pada beberapa formulasi snack bar BUDE berbahan dasar Ubi jalar Ungu (Ipomoea batatas L. poir) dan Kacang Kedelai (Glycine maxx L.) sebagai alternatif makanan selingan pada ibu hamil untuk mengatasi konstipasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan parameter uji kadar serat pangan tidak larut air menggunakan metode uji Enzimatik Gravimetri AOAC (Association of Analytical Communities) pada 3 (tiga) formulasi snack bar yang direplikasi sebanyak 3 kali sehingga dihasilkan total 9 (sembilan) sampel. Formulasi yang terdapat pada penelitian ini yaitu formulasi kontrol (P0) berupa snack bar komersial, formulasi P2 dengan kandungan ubi jalar ungu 80% dan kacang kedelai 20%, serta formulasi P3 dengan kandungan ubi jalar ungu 70% dan kacang kedelai 30%. Terdapat perbedaan signifikan pada kadar serat pangan tidak larut air snack bar BUDE (Kruskal-Wallis, p<0,05). Perbedaan signifikan antar kelompok formulasi menunjukkan adanya pengaruh komposisi ubi jalar ungu dan kacang kedelai pada kadar serat pangan tidak larut air snack bar BUDE (Mann Whitney U, p<0,05). Formulasi P0 (24,396%) sebagai kontrol memiliki kadar serat tertinggi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi komposisi kacang kedelai pada produk akan semakin meningkatkan kadar serat pangan tidak larut air. Formulasi P3 (19,346%) dalam satu porsi produk (30 gram) memiliki kadar serat pangan tidak larut yang lebih tinggi daripada P2 (17,704%). Konsumsi snack bar BUDE (P3) sebanyak 4 porsi dalam sehari dapat memenuhi standar kebutuhan makanan selingan pada ibu hamil dalam sehari (30%) dengan pemenuhan sebesar 35,7
    corecore