63 research outputs found

    Children’s breakfast habit related to their perception towards parent’s breakfast habits (study in Sedayu District, Bantul Regency)*

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: Breakfast plays an important role in ensuring the good health and wellbeing of an individual, especially children. Evidence suggests that breakfast consumption may improve cognitive function related to memory, exam test score and the level of school attendance.Objectives: To determine the breakfast habits and its risk factors in elementary school children in Bantul.Methods: This cross-sectional study was conducted in four elementary schools in the District Sedayu, Bantul with 126 children as subjects. Breakfast habits investigated by interviews to the children.Results: This study showed that there were 33% of children had no breakfast daily, or had skipped breakfast at least once in a week. The major reasons of children skipping breakfast were not having enough time (38.1%), not hungry (30.9%) and no food available in the morning at home (16.7%). A total of 15.9% mothers and 23% fathers were not breakfast daily according to their children. Breakfast habits of children significantly associated with the children’s perception towards parent’s breakfast habits.Conclusions: Breakfast habits of children significantly associated with the children’s perception towards parent’s breakfast habits.KEYWORDS: breakfast habit, children perception, parent’s breakfast habitABSTRAKLatar belakang: Sarapan memiliki peran dalam menjaga kesehatan dan kebahagiaan seseorang, termasuk anak. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa sarapan mampu meningkatkan fungsi kognitif yang berhubungan dengan kemampuan mengingat, nilai ujian, dan tingkat kehadiran di sekolah.Tujuan: Untuk mengetahui kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Metode: Studi cross-sectional ini dilaksanakan di 4 sekolah dasar di Wilayah Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, dengan jumlah subjek sebanyak 126 anak. Kebiasaan sarapan diketahui dari wawancara dengan anak.Hasil: Hasil menunjukkan bahwa sebesar 33% anak sarapan tidak setiap hari, atau dalam seminggu paling tidak 1x melewatkan sarapan. Alasan utama anak melewatkan sarapan adalah tidak punya cukup waktu (38,1%), tidak lapar (30,9%), dan tidak tersedianya sarapan di rumah pada pagi hari (16,7%). Sebanyak 15,9% ibu, dan 23% ayah juga sarapan tidak setiap hari menurut persepsi anak. Kebiasaan sarapan anak berhubungan secara signifikan dengan persepsi anak terhadap kebiasaan sarapan orang tuanya.Kesimpulan: Kebiasaan sarapan anak berhubungan secara signifikan dengan persepsi anak terhadap kebiasaan sarapan orang tuanya.KATA KUNCI: kebiasaan sarapan, persepsi anak, kebiasaan sarapan orang tu

    Kandungan bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: The National Agency of Drug and Food Control (BPOM) showed that in 2012, consuming of food is the highest caused of poisoning incidence (66.7%) among others (drug, cosmetics, etc). One of factors influence it was chemical contamination in food, such as borax (sodium tetraborate), formaldehyde, and rhodamine-B. Based on this data, there were 2.93% of borax, 1.34% of formaldehyde, and 1.02% of rhodamine-B detected in the snack foods of elementary school children. Their accumulation may have negative impact on body health.Objectives: To know the content of food additive substances contamination (borax, formaldehyde, rhodamin-B) in the snack food of elementary school children in Bantul. Methods: This was an observational research with survey design. The research was done in 68 of elementary schools in District of Bantul. All suspected snack food samples inside and outside the school were analyzed for their chemical contaminations. Qualitative analysis of borax, formaldehyde, and rhodamin-B were done by using curcumin, KMnO4, and test kit methods, respectively. Results: There were 107 samples collected from 68 elementary schools in Bantul. The most sold sample suspecting of chemical contamination was meatball (22.4%). Among 98 analyzed samples, there were 15 (15.3%) and 25 (25.5%) samples that were proven to have borax and formaldehyde. Meanwhile, there were 7 (46.7%) samples of 15 samples were proven to have rhodamine-B. From the data, there were 34 elementary schools (50%) that have no harmful chemical contamination in their snack food.Conclusions: The percentage of snack food containing borax, formaldehyde, and rhodamine-B in elementary school in Bantul was still high enough.KEYWORDS: snack food, borax, formaldehyde, rhodamine-BABSTRAKLatar belakang: Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012, insiden keracunan akibat mengkonsumsi makanan menduduki posisi paling tinggi, yaitu 66,7%, dibandingkan dengan keracunan akibat penyebab lain, misalnya obat, kosmetika, dan lain-lain. Salah satu penyebab keracunan makanan adalah adanya cemaran kimia dalam makanan tersebut, seperti boraks, formalin dan rhodamin-B. Dalam data tersebut, diketahui 2,93% sampel makanan jajanan pada anak sekolah mengandung boraks, 1,34% mengandung formalin, dan 1,02% mengandung rhodamin-B. Akumulasi bahan-bahan tersebut di dalam tubuh dapat berdampak negatif bagi kesehatan.Tujuan: Mengetahui persentase makanan jajanan anak sekolah dasar (SD) yang tercemar bahan tambahan pangan berbahaya (boraks, formalin, rhodamin-B) di Kabupaten Bantul. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan survei. Penelitian dilaksanakan dengan melibatkan 68 SD di Kabupaten Bantul sebagai sampel. Seluruh makanan jajanan yang dijajakan baik di luar maupun di kantin sekolah dan diduga mengandung bahan kimia berbahaya diuji kandungan cemaran kimianya yaitu kandungan boraks, formalin dan rhodamin-B. Pengujian kualitatif kandungan boraks menggunakan kurkumin, formalin menggunakan KMnO4, dan rhodamin-B menggunakan test kit Rhodamin-B. Hasil: Terdapat 107 sampel makanan dari 68 SD yang diuji. Jenis makanan jajanan yang diduga mengandung bahan kimia berbahaya yang paling banyak dijajakan di SD adalah jenis bakso (bakso, bakso tusuk, bakso goreng) yaitu sejumlah 22,4% dari seluruh sampel jajanan. Di antara 98 sampel yang diuji kandungan boraks dan formalinnya, 15 sampel (15,3%) positif mengandung boraks dan 25 sampel (25,5%) positif mengandung formalin. Di antara 15 sampel yang diuji kandungan rhodamin-B-nya,7 sampel (46,7%) positif mengandung rhodamin-B. Terdapat 34 SD (50%) yang tidak terdapat jajanan yang tercemar bahan kimia berbahaya. Kesimpulan: Persentase makanan jajanan anak SD yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin-B masih cukup tinggi.KATA KUNCI: makanan jajanan, boraks, formalin, rhodamin-

    Intake of iron and inhibitor are not related with anemia on the premarriage women

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: One of the most frequent nutritional problems in Indonesia occurs is anemia due to iron deficiency. Forty-nine point one percent of women of childbearing age in Indonesia are anemic. Especially on groups of women of childbearing age are usually preparing themselves for married and will become a mother. Factors causing anemia among others insufficient iron intake and high absorption of Fe inhibitors (tannin, phytate, and oxalic acid). If the bride is married to status anemia will affect the birth of a less qualified generation.Objectives: To know the relationship between iron intake and Fe inhibitor with the incidence of anemia in the bride in the District Area Bantul Yogyakarta. type of research conducted was observational research using a cross sectional design. Number of study subjects as many as 68 respondents in the bride with the picking technique the sample uses quota sampling that meets the inclusion criteria and exclusion. Data collected were data of iron intake and Fe Inhibitors. The data were obtained by interview using SQFFQ. Statistic test used were Mann Whitney and Chi Square test with level of 90% confidence.Results: The incidence of anemia was 44.1%. Based on the results there was no significant difference between the mean intake of Fe anemia group with anemia not with (p = 0.387). There is no Tanin intake differences were significant between the anemia group and the not anemia with (p = 0.512). There was no difference in intake of Fitat was significant between the anemia group and the non-anemic with (p = 0.335). There was no significant difference in intake of  xalates between groups of anemia with no anemia with (p = 0.537). Based on Chi Square Test as well it was known that there is no significant relationship between intake of Fe and Fe inhibitor with anemia incidence (p> 0.05)Conclusions: There was no significant relationship between intake of Fe and Fe inhibitor with anemia incidenceKEYWORDS: anemia, iron intake, inhibitor Fe, prospective brid

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN IBU DALAM MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA MASA KEHAMILAN DI BPS PARILAH IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA

    Get PDF
    Latar Belakang : Hubungan seksual merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan bagi pasangan suami istri dalam kehidupan rumah tangga hubungan seksual yang baik merupakan bentuk komunikasi yang paling penting diantara pasangan suami istri Berdasarkan hasil studi pendahuluan ibu hamil di BPS Parilah dari 10 ibu hamil terdapat 6 (60%) orang menyatakan kurang mengetahui apakah hubungan seksual pada masa kehamilan diperbolehkan atau tidak. Hal ini erat kaitanya dengan bidan yang memberikan konseling saat pemeriksaan ANC (Antenatal Care). Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu dalam melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan di BPS Parilah Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Subjek penelitian ini semua ibu hamil primigravida dari trimester I-III yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini yaitu berjumlah 32 orang. Jenis penelitian : Menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional, cara pengumpulan data dengan kuesioner tertutup, analisis menggunakan Kendal Tau. Hasil penelitian : Didapat Zhitung 4,665 lebih besar dari Ztable berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu dalam melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan. Saran bagi petugas kesehatan khususnya bidan hendaknya pada saat ANC diberikan konseling mengenai hubungan seksual selama kehamilan. Bagi ibu-ibu hamil hendaknya aktif mencari informasi mengenai hubungan seksual selama kehamilan. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Kepustakaan : 22 buku (2000-2009), 3 Internet (2009) Jumlah halaman : xiii, 57 halaman
    • …
    corecore