6 research outputs found

    Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kemangi (Ocimum basilicum L.) Pada Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen

    Get PDF
    Tanaman kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat, rata-rata petani mengusahakan kemangi dengan proporsi lahan yang kecil. Tanaman kemangi terutama bagian daunnya biasanya digunakan sebagai lalapan dan penyedap masakan maupun sebagai obat-obatan seperti perut kembung, demam, melancarkan ASI, rematik, sariawan dan juga sebagai anti jamur, selain itu tanaman kemangi juga memiliki kandungan atsiri. Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman kemangi salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian perlakuan dalam budidaya yang mendorong peningkatan hasil produksi. Salah satunya adalah pemberian unsur nitrogen yang optimal, karena tanaman kemangi merupakan tanaman yang membutuhkan unsur nitrogen yang tinggi terutama pada produktivitas daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk nitrogen pada tanaman kemangi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Rumah Dusun Balongejo Desa Ngusikan Kabupaten Jombang mulai bulan Februari hingga April 2022. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial 6 perlakuan dosis pupuk nitrogen yaitu N1 = 2,6 g/tanaman, N2 = 3,9 g/tanaman, N3 = 5,2 g/tanaman, N4 = 6,6 g/tanaman, N5 = 7,9 g/tanaman dan N6 = 9,2 g/tanaman. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah daun, luas daun, bobot daun, bobot segar, dan indeks panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terjadi pengaruh nyata pemberian dosis pupuk nitrogen pada pertumbuhan tanaman kemangi; 2) perlakuan dosis pupuk nitrogen N5 memberikan hasil tertinggi pada pertumbuhan tanaman kemangi; 3) tidak ada pengaruh nyata pada parameter indeks panen

    PENGARUH FREKUENSI PEMANGKASAN DAN DOSIS PUPUK MAGNESIUM SULFAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN PUCUK MERAH (Syzygium oleana)

    Get PDF
    Prospek pengembangan tanaman hias sangat menguntungkan. Salah satu tanaman hias yang mengalami peningkatan permintaan adalah pucuk merah (Syzygium oleana). Pucuk merah memiliki keunikan dengan memiliki 2 warna daun yaitu berwarna merah pada daun muda dan berganti menjadi hijau seiring bertambah waktu. Permasalahan pada budidaya tanaman pucuk merah yaitu penampilan daun kurang baik dikarenakan menurunnya kualitas daun dan daun pucuknya lambat tumbuh karena teknik budidaya yang kurang tepat meliputi pemangkasan dan pemupukan. Pemangkasan pada pucuk merah bertujuan untuk merangsang tunas dan cabang baru. Pemupukan pada tanaman bertujuan untuk memberikan nutrisi, salah satu pupuk yang dibutuhkan yaitu pupuk MgSO4 karena memiliki kandungan unsur hara Mg dan S yang berfungsi merangsang pembentukan senyawa fitokimia yaitu pigmen warna merah atau antosianin. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemangkasan dan pupuk MgSO4 dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur mulai bulan Maret hingga Juli 2021. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemangkasan dengan 3 taraf perlakuan, yaitu yaitu, P0 = tanpa pemangkasan, P1 = frekuensi pemangkasan 1 kali, P2 = frekuensi pemangkasan 2 kali. Faktor 2 Dosis Pupuk MgSO4 terdiri dari 5 taraf, M0 = tanpa pemupukan, M1 = dosis pupuk MgSO4 2 gram/tanaman, M2 = dosis pupuk MgSO4  4 gram/tanaman, M3 = dosis pupuk MgSO4 6 gram/tanaman, M4 =  dosis pupuk MgSO4 8 gram/tanaman. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, diameter batang utama, luas daun, jumlah tunas, jumlah daun warna merah, dan jumlah daun warna hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tidak ada interaksi antara perlakuan frekuensi pemangkasan dan dosis pupuk MgSO4; 2) Perlakuan tanpa pemangkasan memiliki nilai tinggi tanaman tertinggi dan perlakuan pemangkasan 1 kali merupakan perlakuan terbaik pada parameter luas daun; 3) Perlakuan dosis pupuk MgSO4 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter

    PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN CARA PEMBERIAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

    Get PDF
    Permasalahan yang muncul akhir-akhir ini yaitu beralihnya minat petani dalam memilih pupuk NPK 15-15-15 biasa  menjadi pupuk NPK (15-15-15) plus dalam meningkatan hasil tanaman tomat. Petani dalam meningkatkan kualitas tanaman tomat sering kali tidak memikirkan seberapa banyak biaya yang dikeluarkan dan sebarapa besar manfaat produk yang digunakan dalam kegiatan budidaya seperti dalam pemilihan pupuk, cara pemberian pupuk pun berpengaruh dalam penyerapan hara oleh tanaman. Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui pengaruh macam pupuk NPK dan cara pemberian pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian di laksanakkan di Dusun. Klinter, Desa. Pelem, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2020. Penelitian disusun menggunakan (RAK) yang terdiri dari 2 faktor yaitu Macam pupuk NPK (M) terdiri atas 3 level M1 = Pupuk NPK Phonska, M2 = Pupuk NPK Phonska plus, M3 = Pupuk NPK Mutiara dan Cara pemberian pupuk (P) terdiri 2 level P1 = Cara tugal , P2 = Cara kocor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara macam pupuk NPK dan cara pemberian pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Perlakuan kocor berpengaruh nyata pada hasil panen minggu ke 3 dan panen ke 4 tanaman toma

    Edible Film from Corn Cob and Plasticizer with Mixing Process

    No full text
    Plastic substitute material with biodegradable vegetable plastic in the form of edible film is an alternative material for vegetable plastics that can decompose naturally. The raw material for an edible film consists of corn cob flour and a mixture of plasticizers in the form of glycerol and sorbitol. The process of mixing edible film raw materials by means of dispersion, heating, printing, and drying. Variable corncob flour is 5-9 grams and the ratio of plasticizer glycerol-sorbitol is 0.25-4. These characteristics incorporate the esteem of malleable quality with the biggest esteem of 0.536 MPa and the littlest 0.066 MPa. The esteem of elongation with the biggest esteem of 21.4% and the littlest 4.1%, film thickness with the biggest esteem of 0.26 mm and the littlest esteem of 0.12 mm, and water vapor penetrability with the biggest esteem of 11.83 gr/m2 day and the littlest 8.86 gr/m2 day. The most excellent consumable film comes about was gotten at the proportion of glycerol-sorbitol plasticizer 1.0 and 7 grams of corn cob flour. Based on the characteristics of tensile strength, elongation, film thickness, and water vapor permeability, the results obtained to the requirements of edible films, but are still below the requirements of the Japanese Industrial Standard (JIS)

    RESPON LIMA VARIETAS TANAMAN TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE GENERATIF

    Get PDF
    Terung (Solanum melongena L.) ialah tanaman sayuran kaya akan nutrisi yang menyehatkan. Bertambahnya kesejahteraan warga untuk hidup sehat berdampak pada kenaikan konsumsi sayuran salah satunya adalah terung oleh sebab itu, produksi tanaman terung di Indonesia perlu ditingkatkan. Kekeringan ialah faktor lingkungan yang berpengaruh besar kepada penurunan produksi terung. Pemilihan varietas unggul menjadi komponen penting untuk menciptakan produktivitas tinggi. Penelitian ini bertujuan menganalisis respon ke lima varietas terung ungu akibat cekaman kekeringan sehingga didapatkan varietas terung ungu yang tahan kepada cekaman kekeringan. Penelitian ini disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama ialah perlakuan cekaman kekeringan dengan 2 taraf yakni tidak diberi perlakuan cekaman atau kontrol dan diberi perlakuan cekaman, faktor kedua ialah macam varietas dengan 5 taraf yaitu Antaboga-1, Lezata F1, Mustang F1, Ratih Ungu, serta Panjalu F1. Varietas Antaboga (V1) mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan keempat varietas terung ungu lainnya dan perlakuan cekaman kekeringan (C1) mampu menurunkan hasil produksi dibandingkan dengan perlakuan kontrol (C0).

    Optimizing Edible Film from Corn Cobs with Surface Response Method

    No full text
    The increase in plastic production worldwide has created quite a serious environmental problem. Edible film is an alternative packaging that can decompose naturally, one of the materials that can be used to make edible films is starch. This study aims to determine the composition of corn cob starch and plasticizers that can produce edible films with the best properties. The starch used is derived from corn cobs and the plasticizers used are glycerol and sorbitol. The edible film in this study was made by the casting method by dispersing the raw materials, heating the mixture, printing the edible film and drying the edible film. This research was conducted with variations in the corncob of 5, 6 and 7 in grams and the variation of the ratio of glycerol to sorbitol plasticizer is 2:8; 3:7; 5:5; 7:3; 8:2 (ml). The more starch content increases the thickness of the edible film and tensile strength, but the elongation and water vapor permeability decreases, the best edible film is obtained at the glycerol-sorbitol composition ratio of 5:5 with the amount of corncob starch of 7 grams
    corecore