407 research outputs found

    Makna Gaya Hidup Tengah Malam Anak Muda Urban Di Branded Convenience Store Dan Café 24 Jam

    Full text link
    Saat ini menjamur toko-toko miniswalayan dan kafe cepat saji bermerek (branded conveniencestore & café) yang buka 24 jam, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan fasilitas sambunganinternet gratis dan tempat yang nyaman, tak ayal, anak-anak muda pun setiap malam menyemutbegadang menikmati waktu tengah-malam dengan membawa ‘peralatan' kerja seperti laptop atausekadar berkumpul mengobrol bersama teman-teman sampai pagi ditemani minuman dan makananringan. Gaya hidup begadang anak muda urban ini—yang penulis sebut sebagai midnight culture,sesungguhnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, karena aktivitas begadang bersama kerapdijumpai di kompleks-kompleks pemukiman dan perkampungan warga. Namun, setelah media dan merek-merek mereproduksi dan mengomodifikasinya, midnight culture menjadi tren dalam wujud baru. Tulisan ini berusaha menginvestigasi dan menangkap makna-makna terkait gaya hidup begadang anak muda urban di branded café dan convenience store 24 jam. Menggunakan metode Pendahuluan Dalam suatu pengamatan partisipatoris, ketika malam beranjak semakin larut menunjuk waktu angka 12 lebih, lazimnya kehidupan malam, bukannya makin sepi, sebuah café minimarket yang terletak di Jalan Kaliurang Yogyakarta justru semakin kebanjiran pengunjung yang kebanyakan adalah anak muda.Beberapa pengunjung langsung menuju kasiruntuk memesan sebungkus rokok, sementarapengunjung lain langsung menuju rak pendinginproduk bir.Dalam pengamatan ini, terlihat pengunjungberikutnya menuju stand minuman hangatdan langsung menarik sebungkus merek kopilalu menuangkannya ke dalam gelas kertas danmenyeduhnya dengan air panas yang telah tersedia.Beberapa saat kemudian, setelah membayardi kasir, pengunjung itu menuju sebuah mejapanjang kosong di salah satu sudut interior minimarket.Ia mengeluarkan laptop dari tas jinjingnya.Sejak itu ia mulai sibuk dengan layar laptopsambil sesekali meminum kopinya.Pengunjung lain datang dan memenuhiruang duduk di samping pengunjung tersebut.Ia melakukan ritual serupa: mengeluarkanlaptop dari tas dan larut dalam keasyikan denganperangkat komputer lipatnya. Hingga menjelangsubuh, ruang duduk dan meja panjang yangtersedia telah dipenuhi pengunjung dengan gayaseragam: asyik dengan laptop, sebagian adayang menghidupkan wi-fi, dan ada memasangheadphone mendengarkan musik.Pertanyaannya adalah apa yang sedangdikerjakan anak-anak muda tersebut? Kecenderungangaya hidup seperti apakah yang disajikandalam kehidupan mereka? Apapun yangdikerjakan anak-anak muda itu seperti: mengerjakantugas, online chatting and browsing, atausekadar mendengarkan musik dari laptop sambilminum kopi, yang pasti fenomena ini menyadarkanakan hadirnya fenomena menarik yangseolah-olah memindahkan aktivitas siang hari kemalam hari, atau bisa jadi pula kesibukan nonstop24 jam di ruang publik.Lebih menarik lagi, beberapa merekmengafirmasi fenomena ini dengan memberikanvalue atau memfasilitasi konsumennya. Beberapameter dari minimarket, terdapat sebuah kafe donatyang memberikan fasilitas dan layanan 24jam serupa yang memungkinkan konsumennyaleluasa melakukan aktivitas tengah-malam.Hanya berjarak belasan meter dari kafetersebut pula, terdapat beberapa angkringanyang memberikan layanan tengah-malam kepadakonsumennya, namun fokus hanya layanankuliner. Jika ditarik lebih lebar, sudah bukanhal yang asing lagi ada iklan pusat perbelanjaanyang memberikan penawaran diskon belanjajustru di waktu tengah-malam. Fenomena inibiasa dikenal dengan sebutan midnight shoppingpromo.Aktivitas tengah-malam masyarakatsebetulnya bukan hal yang baru. Masyarakatmengenal kebiasaan ronda warga di kampungkampungdan kompleks Perumahan menengahke bawah. Namun aktivitas tersebut merupakanaktivitas ‘khas malam', yang memang lazimdilakukan hanya pada malam hari untuk menjagakeamanan kampung warga, dan itu pun dilakukanetnografi kritis, penulis menemukan bahwa begadang bagi anak muda urban merupakan ekspresidan aspirasi insomniak yang berkelindan dengan pleasure sosial, hasrat kesuksesan dan konstruksiidentitas. Wacana personal ini tidak terlepas dari kuasa wacana media dan sosial yang berkembangdi masyarakat, sementara secara ekonomi-politik, komodifikasi begadang oleh media dan merekmemberikan dampak yang signifikan bagi ‘kelangsungan hidup' media dan merek (convenience storedan café) tersebut

    Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran Studi Mengenai Iklan Ambient Media dalam Meraih Kepercayaan Khalayak Konsumen

    Full text link
    Semakin padat dan ramainya pesan-pesan komunikasi pemasaran di media konvensional, membuat banyak pengiklan kini mulai melirik cara-cara berkomunikasi melalui media yang tidak biasa. Salah satunya melalui iklan berbentuk ambient media. Tulisan ini berusaha menelaah bagaimana pola komunikasi iklan ambient media sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran alternatif dalam meraih kepercayaan khalayak konsumen. Dengan menggunakan metode studi kasus, penulis menemukan bahwa iklan ambient media memiliki ciri khas yaitu mampu menyinergikan pesan dan pembuktian pesan melalui pengalaman khalayak konsumen dengan suasana yang mendukung, sehingga khalayak konsumen dapat langsung merasakan kebenaran pesan yang disampaikan. Pola komunikasi semacam ini penulis sebut sebagai Komunikasi Berasa atau Experiential Communication atau Ambient Communication. Berbeda dengan konsep “pengalaman” dalam marketing yang lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “produk”, konsep “pengalaman” dalam Komunikasi Berasa lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “pesan”. Sehingga dengan pengalaman langsung atau seketika (tanpa tertunda) terhadap pesan yang disampaikan secara sinergis, maka khalayak konsumen cenderung pula untuk langsung memercayai kebenaran pesan tersebut. Model Komunikasi Berasa yang merupakan pola komunikasi iklan ambient media ini dapat menjadi salah satu solusi di tengah semakin menipisnya kepercayaan khalayak konsumen terhadap janji-janji atau pesan iklan di media konvensional

    Korupsi Komunikasi dalam Dimensi Pesan, Media, Konteks, dan Perilaku: sebuah Proposisi Teoretis untuk Riset

    Full text link
    Dalam komunikasi, hak publik atau khalayak adalah menerima pesan yang disampaikan komunikator secara utuh sesuai fakta, balk fakta normatif maupun fakta kontemplatif yang mengacu pada kaidah kebenaran berdasarkan hati nurani dan tanggung jawab moral. Korupsi komunikasi adalah perbuatan atau peristiwa dalam proses komunikasi yang mengurangi hak publik atau khalayak dalam menerima pesan secara utuh dan benar sesuai fakta, balk fakta normatif maupun fakta kontemplatif dengan memanfaatkan kekuasaan, kekuatan atau kewenangan yang dimiliki. Tulisan ini memaparkan dan membahas berbagai dimensi koruptivitas komunikasi, baik dari dimensi pesan, media, konteks dan perilaku yang kerap dijumpai ,di berbagai lingkup aktivitas komunikasi seperti komunikasi politik, komunikasi pendidikan, komunikasi pemasaran, komunikasi korporat, komunikasi media massa, bahkan dalam lingkup komunikasi antarpribadi. Untuk menggambarkan tinggirendahnya tingkat koruptivitas suatu komunikasi, maka penulis menawarkan sebuah rumus Koruptivitas komunikasi yang terdiri dari unsur-unsur N (communication Needs) plus P (power) pangkat 0 (opportunity) kurang Ar (audience right) yang dikalikan dengan Cs (conscience) plus R (moral responsibility). Katakunci : korupsi komunikasi, koruptivitas komunikasi, pencitraan, manajemen kesan,pencucian kesan. In communication, public or audience right is receiving the message from communicator as a whole fit the facts, both normative fact or contemplative facts which refers to the rules of truth based on conscience and moral responsibility. The corruption of communications is the act or event in the communication process that reduces the public or audience rights (to receive the message fully and correctly fit the facts, both normative and contemplative facts) by leveraging the power or authority possessed. This paper describes and discusses the various dimensions of the corruptiveness of communication, both the dimensions of message, media, context and behavior that are often encountered in various spheres of communication activities such as political communication, educational communication, marketing communications, corporate communications, mass media communication, even in the sphere of interpersonal communication. To illustrate the level of the corruptiveness of an act or event of communication, the authors offer a formula of the corruptiveness of communications consisting of the elements: N (communication needs) plus P (power) rank 0 (opportunity) minus Ar (audience rights) is multiplied by Cs (conscience) plus R (moral responsibility)

    Desire and Pleasure in the Branded Reality Show as a Discursive Psychoanalysis

    Get PDF
    The study of branded reality show is still very limited, especially in the perspective of discursive psychoanalysis. In fact, the phenomenon of reality show is currently growing in the television industry, so brands are inspired to create similar programs. This paper aims to analyze the desire and pleasure of success are presented and disclosed by branded reality show ‘Diplomat Success Challenge\u27 on a national TV channel in Indonesia. Using discursive psychoanalysis method in the Lacanian perspective, author found that participants in the ‘Diplomat Success Challenge\u27 saw competitors (other participants) as ‘other\u27 in imaginary phase which is the object of desire in having the pleasure of success, while the audience used the praticipants as reflection of their desire and pleasure of success. There are two tendencies of the spectatorship style in responding to the discourse. In one hand the audiences tend to be more emphatic and figural, while on the other hand they tend to be more logic and systematic. In addition, the desire and pleasure of success in the ‘Diplomat Success Challenge\u27 becomes a powerful discourse that alienated negative issues related to the Diplomat as a tobacco product brand. Thus, the politics of reality through a discourse of success in the branded reality show has successfully infiltrated into the subconscious and control the public consciousness

    The Support to Improve Self Efficacy and Healing of Drugs Addict

    Get PDF
    Appropriate counseling and education can be adopted to achieve a change in attitude, knowledge and perception. Still there is a wrong perception of a given intervention. Peer support through a process of social learning, the process of growing understanding of how to process information from experience, observational include: attention (attention), given (retention), reproduction of motion (reproduction), motivation (motivation), and communication. The purpose of this study was to analyze resident self-efficacy to regardless of drug addiction through family support. This study employed qualitative approach with case study design. Subjects in this study were residents, ex drugs user, peer support, and resident family. The results showed that peer support from fellow residents and the support of the major on duty (MOD) very meaningful and helpful for resident in the healing process

    Aplikasi M-Commerce Berbasis Android Pada Phone Comp Service

    Get PDF
    Perkembangan bisnis di era modern ini memicu persaingan bisnis yang semakin ketat. Sistem penjualan atau marketing pun ditingkatkan guna mempertahankan dan meningkatkan pemasaran produk. Sistem penjualan yang dengan teknologi modern akan menjadi alternatif penjualan yang baik. Dengan memanfaatkan teknologi smartphone, sistem akan dikembangkan dengan menggunakan metode pengembangan dan pemrograman perangkat lunak yang berorientasi objek (OOP). Untuk pengembangannya digunakan aplikasi Eclipse Juno dan Dreamwever. Aplikasi ini berbasis Mobile Application (Android) menggunakan bahasa pemrograman Java dan MySQL sebagai databasenya dan PHP sebagai web servernya. Metode pengembangan aplikasi menggunakan Metode Prototype. Yang nantinya akan menghasilkan sebuah apliksi m-commerce dengan memanfaatkan sistem aplikasi android pada smartphone. Aplikasi ini nantinya akan sangat berguna untuk toko Phone Comp Service. Aplikasi yang dihasilkan ini berupa aplikasi mobile atau m-commerce yang akan dijalankan pada smartphone android. Dengan aplikasi nantinya akan memudahkan konsumen untuk melakukan pemesanan atau transaksi pada toko Phone Comp Service, sehingga akan lebih mudah efesiensi waktu. Aplikasi ini juga akan meningkatkan omset penjualan toko

    Pengaruh Pencucian Membran Ultrafiltrasi Menggunakan Surfactan dan NaOH pada Proses Penyaringan Air Terproduksi

    Full text link
    One of water treatment technology that can be used for treat produced water is membrane technology. The most of challenging in membrane technology is fouling. The objective of this research are to study influence of ultrafiltration membrane washing to flux recovery and removal resistance by using surfactant and NaOH for treat produced water. Membrane that to be used on this research is membrane ultrafiltration with pore size between 0.1500 until 0.0014 micron and using capillary module configuration. The method that to be used is current-cross flow for filtration proses with filtration time 180 minutes with pressure in 0.2 bar, 0.4 bar, 0.6 bar and concentration of cleaning agent surfactant and NaOH in 1.5%, 2.0% and 2.5% by using counter-cross flow with pressure 0.8 bar and time for washing in 30 minutes. The highest washing effectiveness rate of 69.53% obtained by using surfactant 2.5% and filtration pressure 0.6 bar, the highest leaching efficiency based on flux recovery value is 99.32% and 99.65% for removal resistance obtained by using surfactant 2.5% and filtration pressure 0.2 bar

    Pertimbangan Konsumen Memilih Hotel ( Study pada Konsumen di Swiss-belinn Ska Pekanbaru)

    Full text link
    Hospitality business is marketing in services. Bidangperhotelan effort at present shows the increasingly fierce competition dalamusaha increase occupancy rates were owned by each hotel. Untukitu entrepreneurs engaged in the hospitality business is required to bersaingagar can survive in this increasingly fierce competition. Jumlahwisatawan Increased domestic and foreign tourists as well as people who sedangberbisnis who need lodging services resulted in the growth of the hospitality businesses in Indonesia.This study fully address what factors considered by consumers choosing Swiss yangmenjadi Belinn Pekanbaru hotel. This study uses a qualitative method to describe fully the idea of the consumer considerations chose this hotel.Likewise, the variables that affect keputusankonsumen stay at Swiss Belinn Ska Pekanbaru, who always considered olehpihak manajernen Hotel Swiss Belinn Ska Pekanbaru. In this study, consumers in deciding where to stay is influenced by location, fasilitsa, price and promod
    corecore