2 research outputs found

    THE ROLE OF INTRAOPERATIVE NEUROPHYSIOLOGIC MONITORING TO ENHANCE SUCCESSFUL ORTHOPEDIC SURGERY

    Get PDF
    One of the main advance in orthopaedic surgery domain has a goal to investigates the safest and harmless method in surgical procedures. Less complications means a better outcome of surgery. One of the commonest risks at orthopaedic surgery is central and peripheral nerve injury. The modality of Intraoperative Neurophysiologic Monitoring (IONM) which act to limit the risk of nerve injury during operative procedure through the evaluation of nerve integrity and function enable the surgeon to decrease injury to the nerve associated with orthopaedic surgical procedure in the operating room. This article aims to explain and describe the latest modality of IONM, its basic concept and its function at surgery. The last part of the article discussed about orthopaedic surgical techniques which use IONM. The authors hope that this article will enhance the knowledge of all the readers about IONM. This article was written based on literature study searched at Google Scholar, Medline and PubMed. The references were taken from a relatively up to date study ranging from 2013-2018. The article was selected according to the authors inclusion criteria and six articles was chosen as the references for this review. As a conclusion, IONM has an important role to increase successful rate of surgery through minimizing nerve injury risk during surgical procedure

    Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Penurunan Kesadaran dan Kejang Post Craniotomy Et Causa Subdural Hematoma di IGD RS Panti Waluya Sawahan

    No full text
    Penurunan kesadaran dan kejang merupakan komplikasi prosedur kraniotomi yang paling sering ditemukan. Kondisi penurunan kesadaran disebabkan penekanan mansefalon sehingga terjadi gangguan autoregulasi yang menyebabkan peningkatan asam laktat dan hipoperfusi jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dan hipoksia sedangkan kejang disebabkan peningkatan TIK mengakibatkan herniasi otak kemudian terjadi gangguan SSP mengakibatkan gangguan koordinasi gerak sehingga kehilangan volunter otot. Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) berupa analisis asuhan keperawatan gawat darurat pada klien post kraniotomi et causa subdural hematoma dengan kondisi kejang dan penurunan kesadaran. Studi kasus ini dilakukan selama satu hari perawatan dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif yang terfokus pada asuhan keperawatan gawat darurat mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Hasil penelitian ditemukan adanya penurunan kesadaran delirium, GCS 223, kejang, nyeri kepala, pusing, mual muntah, batuk, gurgling. Masalah keperawatan yang diprioritaskan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit, resiko perfusi serebral tidak efektif, resiko aspirasi, dan resiko cedera. Intervensi yang diberikan sesuai diagnosa yaitu manajemen jalan napas, manajemen elektrolit, manajemen peningkatan tekanan intrakranial, pencegahan aspirasi, manajemen kesehatan lingkungan. Inovasi intervensi yang diberikan yaitu pemberian HOB 30o dan oksigenasi 3 lpm. Hasil evaluasi ditemukan peningkatan kesadaran menjadi somnolen, peningkatan CGS 344, tidak kejang berulang, tidak ada penumpukan sekret dan sputum dijalan napas, tidak tampak mual dan muntah, diaforesis tampak berkurang, MAP membaik
    corecore