5 research outputs found

    Health Promotion Based on The Five Principles “Pancasila” to Manage Aggressive Behavior on Campus in Malang, East Java

    Full text link
    Background: In recent years, access to information among adolescents has led to unlimited manifestation of aggression. Often this has been witnessed in the increasing number of adolescents institutionalized for aggressive behavior. This study aimed to investigate the five principles “Pancasila” based health promotion to manage aggressive behavior among adolescents on campus in Malang, East Java. Subjects and Method: A qualitative study was carried out on university campus in Malang, East Java. A total of 19 key informants was selected for this study, including teachers and students. The theme was application of the five principles “Pancasila”-based health promotion to manage aggressive behavior. The data were collected by literature study, indepth interview, direct observation, and document review. Results: (1) Aggressive behavior was managable under mental health promotion; (2) Mental health promotion can be provided in campus; (3) Mental health promotion is easier implemented if it is linked with local culture with the five principles “Pancasila” uniting various local cultures. Conclusion: The five principles “Pancasila” can be used to plan a mental health pro¬motion program aims to address aggressive behavior. Keywords: five principles “Pancasila”, health promotion, aggressive behavior

    Hubungan Tingkat Stressed, Kematangan Emosi, dengan Jenis Perilaku Koping Orang Tua ABK di Kota Malang

    Full text link
    Tingkat Stressed merupakan tinggi rendahnya keadaan tertekan atau reaksi individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kematangan emosi merupakan kemampuan individu mengendalikan emosi serta mengontrol diri secara sadar, menekankan pengekspresian emosi tidak meluap-luap, menilai situasi secara kritis dan memiliki reaksi emosional secara stabil terhadap sumber stres. Perilaku koping adalah respon tingkah laku atau pikiran untuk beradaptasi terhadap stressed, dengan menggunakan sumber dari dalam dirinya maupun lingkungan secara efektif. Penelitian ini bertujuan:1) Mengetahui tingkat stressed, kematangan emosi, dan perilaku koping pada orang tua ABK di kota Malang. 2) Mengetahui hubungan antara tingkat stressed dan kematangan emosi dengan jenis perilaku koping yang berfokus pada masalah atau berfokus pada emosi.Subjek penelitian 60 ibu yang memiliki ABK di kota Malang. Data penelitian diperoleh menggunakan tiga skala yaitu Skala Tingkat Stressed, Kematangan Emosi, dan Jenis Perilaku Koping. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi.Hasil penelitian menunjukkan 1) Ibu yang memiliki ABK di kota malang memiliki tingkat stressed yang tergolong sangat bervariatif, memiliki kematangan emosi yang sangat bervariatif, memiliki kecenderungan menerapkan perilaku koping berganti-ganti tergantung pemaknaan suatu masalah. 2) Analisis regresi linear menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stressed, kematangan emosi dengan jenis perilaku koping yang terpusat pada masalah maupun emosi. 3) Terdapat hubungan positif siginifikan antara tingkat stressed dengan jenis perilaku koping orang tua ABK. Selain itu terdapat hubungan yang negatif signifikan antara kematangan emosi dengan jenis perilaku koping orang tua ABK di kota MalangDengan penelitian ini, diharapkan nantinya orang tua dapat bersikap terbuka kepada guru atau konselor terkait kondisi perkembangan anak, Sedangkan guru dan konselor diharapkan dapat memberikan informasi yang efektif

    The Role of the Bystander Effect on Body Shaming Intensity in Psychology Students in Malang City

    Full text link
    Body shaming is when the form of one's body is criticized, either intentionally or not. Body shaming is considered a form of verbal bullying. In body shaming situations, there are actors, victims, and bystanders. A bystander can be an amplifier for the actors to keep carrying out the body shaming. This is called the bystander effect and it occurs when bystanders keep silent and do not support the victim of the body shaming. Body shaming is found commonly on university campuses. Psychology students are no exception, even though they are assumed to possess sensitivity and understanding of body shaming. This study aimed to examine the role of the bystander effect on the intensity of body shaming. A quantitative descriptive correlation approach was used and the research instruments employed were the bystander effect scale and the intensity of body shaming scale. 100 psychology students in Malang city participated. Simple linear regression was used to analyze the data. The results indicated that the bystander effect played a significant role in the intensity of body shaming. The contribution of the bystander effect variable to the body shaming intensity variable was 5.3%. Keywords: body shaming, bystander effect, student

    Implementasi Problem-based Learning (Pbl) Pada Pendidikan Tinggi: Evaluasi Proses Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana evaluasi proses implementasi metode pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) pada pendidikan tinggi. Metode penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah mahasiswa dalam kelas mata kuliah psikologi belajar tahun 2018, berjumlah 72 mahasiswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan tes prestasi. Data diambil setelah subjek diberi perlakuan metode pembelajaran PBL. Analisis data menggunakan analisis deskriptif-eksplanatif. Hasil tes prestasi menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan. Hasil analisis deskriptif-eksplanasi menunjukkan bahwa pada awalnya mahasiswa masih belum mampu untuk merepresentasikan masalah, belum dapat menggunakan teori yang tepat untuk menganalisis kasus, dan belum dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan. Setelah adanya tambahan proses latihan pembelajaran kognitif tingkat tinggi (Higher Order Thingking), mahasiswa menjadi lancar dalam melaksanakan proses PBL. Penelitian ini memaparkan bahwa dalam PBL perlu adanya perencanaan yang matang, yaitu disesuaikan dengan karakteristik dan pengalaman awal mahasiswa mengenai student active learning agar hasil lebih optimal
    corecore