30 research outputs found
Karakteristik Mikroplastik Di Perairan Pulau Tengah, Karimunjawa
Abstrak Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran mikro (<5 mm). Ukurannya yang kecil dan ketahanannya yang lama menyebabkan mikroplastik berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan karakteristik mikroplastik yang berada di Pulau Tengah, Karimunjawa. Sampel mikroplastik diambil pada 12 April 2021 di 4 stasiun. Sampel air laut diambil menggunakan plankton net dan diukur parameter fisika dan kimianya. Sampel kemudian dilarutkan dalam larutan etanol 96%, H2O2 30%, selanjutnya disaring menggunakan vacuum pump untuk didapatkan partikel mikroplastik. Partikel mikroplastik diamati kelimpahan dan bentuknya menggunakan mikroskop stereo, lalu dianalisis jenis polimernya dengan alat FTIR. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan total mikroplastik yang terdapat di perairan Pulau Tengah sebesar 142,44 partikel/m3. Jenis mikroplastik dalam sampel air laut adalah fiber, fragment, film, dan pellets. Warna mikroplastik yang ditemukan adalah hitam, biru, merah, cokelat, kuning, tranparant, dan hijau. Hasil Uji FT-IR jenis polimer mikroplastik yang ditemukan adalah Nitril, HDPE, LDPE, PVA, dan PP. Mikroplastik berbentuk fragmen paling banyak ditemukan di semua stasiun, dengan kelimpahan 90,3 partikel/m3 dan mikroplastik berwarna hitam paling banyak ditemukan, dengan kelimpahan 74,1 partikel/m3. Mikroplastik yang berada di Perairan Pulau Tengah memiliki potensi untuk mengkontaminasi terumbu karang yang berada di sekitar perairan tersebut.Kata kunci : Pulau Tengah, Mikroplastik, Kelimpahan, FTIRAbstractMicroplastics are micro-sized plastic particles (<5 mm). Its small size and long durability make microplastics dangerous if they accumulate in the body of living things. The purpose of this study was to identify the characteristics of microplastics in Central Island, Karimunjawa. Microplastic samples were taken on April 12, 2021 at 4 stations. Sea air samples were taken using a plankton net and measured physical and chemical parameters. The sample was then dissolved in 96% ethanol solution, 30% H2O2, then filtered using a vacuum pump to obtain microplastic particles. Microplastic particles were observed and their shape using a stereo microscope, then the type of polymer was analyzed by means of FTIR. The results showed that the total microplastic found in the waters of Central Island was 142.44 particles/m3. The types of microplastics in seawater samples are fiber, fragment, film, and pellet. The colors of the microplastics found were black, blue, red, brown, yellow, transparent, and green. The results of the FT-IR test of the types of microplastic polymers found were Nitrile, HDPE, LDPE, PVA, and PP. Microplastics in the form of fragments were found at all stations, with 90.3 particles/m3 and black microplastics were the most commonly found, with 74.1 particles/m3. Microplastics in Central Island waters have the potential to contaminate coral reefs around these waters.Keywords : Central Island, Microplastics, Abundance, FTI
Analisis Kerentanan Pesisir di Kabupaten Kendal
Perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan suhu yang berdampak pada pencairan es di area Antartika dan Artik sehingga terjadi kenaikan muka air laut. Kendal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah bagian utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan merupakan daerah dataran rendah. Wilayah bagian utara Kendal merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 10 m dpl. Hal ini menyebabkan daerah pesisir menjadi rentan dengan perubahan fisik apabila kenaikan muka air laut terus terjadi. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat kerentanan pesisir di Kabupaten Kendal, yang didetaikan menjadi 7 Kecamatan yang berada di bagian utara Kendal. Kajian kerentanan wilayah pesisir dilakukan dengan metode Coastal Vulnerability Index (CVI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kerentanan pesisir dan tingkat kerentanan di Kabupaten Kendal antara lain Kecamatan Rowosari 18,52 kerentanan sedang, Kangkung 7,17 kurang rentan, Cepiring 13,89 kerentanan sedang, Patebon 18,52 kerentanan sdang, Kendal 17,93 kerentanan sedang, Brangsong 8,02 kurang rentan, dan Kaliwungu 21,38 kerentanan sedang.Kata kunci: Kerentanan Pesisir, CVI, Kendal Climate change causes changes in temperature which have an impact on melting ice in the Antarctic and Arctic areas, resulting in sea level rise. Kendal is one of the areas in northern Central Java which is directly adjacent to the Java Sea and is a lowland area. The northern part of Kendal is a lowland area with an altitude between 0 – 10 m above sea level. This causes coastal areas to be vulnerable to physical changes if sea level rise continues to occur. This study aims to determine the level of coastal vulnerability in Kendal Regency, which are detailed into 7 Districts in the northern part of Kendal. The coastal area vulnerability study was conducted using the Coastal Vulnerability Index (CVI) method. The results showed that the coastal vulnerability index and the level of vulnerability in Kendal Regency included Rowosari District 18.52 moderate vulnerability, Kangkung 7.17 less vulnerable, Cepiring 13.89 moderate vulnerability, Patebon 18.52 moderate vulnerability, Kendal 17.93 moderate vulnerability, Brangsong 8.02 less vulnerable, and Kaliwungu 21.38 moderate vulnerability.Keywords: Coastal Vulnerability, CVI, Kendal
Analisis ENSO terhadap Variabilitas Kedalaman Mixed Layer di Laut Maluku
Kondisi oseanografi di perairan Maluku dipengaruhi oleh variabilitas iklim ENSO salah satunya adalah kedalaman mixed layer. Menggunakan data satelit observasi dan data model untuk mengetahui kondisi angin, suhu permukaan laut dan kedalaman mixed layer tebal jangka waktu 10 tahun, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ENSO terhadap ketebaln mixed layer di perairan Maluku. Dengan mengginakan data kedalaman mixed layer dari Marine Copernicus, kami menemukan bahwa saat periode El-Niño (2015/2016) pada wilayah upwelling mengalami penipisan sebesar 2 meter sedangkan pada wilayah yang tidak terjadi upwelling mengalami penebalan sebesar 1- 2 meter. Saat periode La-Niña (2010/2011) tidak mengalami upwelling sehingga perairan ini mengalami penipisan hingga 7 meter pada seluruh perairan Maluku. Fenomena ini sangat berkaitan dengan kondisi angin di perairan Maluku.Kata kunci: ENSO, Suhu Permukaan Laut, Angin, Kedalaman Mixed Layer dan Perairan Maluku Oceanographic conditions in Maluku Seas are influenced by ENSO climate variability, one of which is the mixed layer depth. Using satellite observation and model data to determine wind, sea surface temperature and mixed layer depth condition in a period 10 years, this study aims to determine the influence of ENSO on the mixed layer depth in Maluku Seas. Using mixed layer depth data from Marine Copernicus, we found that during the El-Niño (2015/2016) the upwelling area experienced a shallower 2 meters while in the area that did not occur upwelling experienced a deeper 1-2 meters. During the La-Niña (2010/2011) there was no upwelling so that these seas experienced shallower up to 7 meters in Maluku Seas. This phenomenon is clearly related to wind conditions in the Maluku Seas.Keywords: ENSO, Sea Surface Temperature, Mixed Layer Depth, Winds, and Maluku Sea
Studi Sebaran Sedimen Dasar di Perairan Sungai Banjir Kanal Timur Semarang, Jawa Tengah
Banjir Kanal Timur merupakan gabungan Tambak Lorok (Kali Banger) dan Kali Tenggang. Adapun sungai Banjir Kanal Timur melintasi kota Semarang bagian timur yang padat pemukiman dan industri. Banyak aktivitas manusia dan industri di sekitar daerah aliran sungai (DAS) ini. antara lain adalah industri tekstil, bahan makanan, bahkan terdapat tempat pelelangan ikan. Banyaknya aktiviitas manusia di sekitar wilayah sungai ini menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan seperti penurunan kualitas air dan peningkatan proses sedimentasi pada mulut muara merupakan permasalahan yang ditimbulkan. Proses sedimentasi di muara sungai yang terjadi terus menerus akan menyebabkan pendangkalan dan sulitnya akses untuk menuju ke laut lepas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis sedimen dasar di Perairan Banjir kanal Timur dan melihat pola arus yang mempengaruhi. Sedimen dasar diambil secara langsung juga melaukan pengukuran batimetri. Terdapat 10 stasiun yang menjadi daerah penelitian dimana 2 stasiun berada di Muara Sungai Banjir Kanal Timur, dan lainnya berada di perairan yang lebih dalam. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jenis sedimen yang berada di Muara Sungai Banjir Kanal Timur adalah lanau dan daerah yang lebih dalam mengandung pasir. Pola arus pada Perairan Banjir Kanal Timur merupakan arus pasang surut.Kata Kunci : Banjir Kanal Timur, sedimen, aru
Pembuktian Catatan Sejarah dalam Perkembangan Pesisir Jepara Bagian Barat, Jawa Tengah
Berdasarkan laporan-laporan perjalanan tentang pelabuhan Jepara, Jawa Tengah tahun 1774 oleh Stockdale (1749-1814) menunjukkan di depan pelabuhan terdapat tiga pulau, yaitu Visschers, De Nis, dan Foul, serta satu batu karang yang tinggi Walvisch. Berdasarkan peta tahuh 1858 di depan pelabuhan Jepara terdapat dua pulau dan satu karang. Berdasarkan Peta Laut tahun 2002 menunjukkan bahwa di depan pelabuhan Jepara hanya terdapat satu pulau dan satu terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu pulau telah menyatu dengan daratan Jepara dihubungkan oleh tombolo, satu pulau menjadi bagian daratan (proses deposisional), sehingga tersisa satu pulau (Pulau Panjang) dan satu karang (Karang Bokor). Based on report of journey about Port of Jepara, Central Java at 1774 by Stockdale (1749-1814) that’s there is three islands in front of the port, is Visschers, De Nis, and Foul, and also a high rock Walvisch. Based on map 1858 in the front of the port there is two islands and a reef island. Based on the Map of Sea year 2002 that in front of port of Jepara only one island dan a reef island. Result of the research that’s one island merge with mainland of Jepara by tombolo with depositional processes (Kelor islands), and others are an island (i.e. Pulau Panjang) and a reef island (Karang Bokor)
Simulasi Arus 2 Dimensi di Pantai Marina Boom Banyuwangi
Selat Bali merupakan selat yang membelah Kabupaten Banyuwangi di Pulau Jawa dan Kabupaten Jembrana di Pulau Bali. Pantai Marina Boom akan dikembangkan sebagai wilayah pariwisata perlu kajian oseanografi yaitu arus laut. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pola arus di Perairan Selat Bali setiap musim selama 1 tahun. Metode pengukuran arus menggunakan instrumen Acoustic Wave and Current (AWAC). Metode analisis menggunakan pemodelan hidrodinamika. Hasil penelitian diperoleh tipe pasang surut di Perairan Kabupaten Banyuwangi bertipe pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai Formzahl 0,59. Data arus pengukuran di lapangan memiliki kecepatan maksimum sebesar 1,581 m/det dengan arah arus dominan mengarah dari Barat Laut ke Tenggara pada kedalaman 2 meter, sedangkan berdasarkan hasil pemodelan arus menunjukkan kecepatan maksimum pada Musim Barat sebesar 1,254 m/det, pada Musim Peralihan 1 sebesar 1,217 m/det, pada Musim Timur sebesar 1,088 m/det, dan pada Musim Peralihan 2 sebesar 1,561 m/det. Hasil analisis kecepatan arus pada setiap musim menunjukkan bahwa didapatkan kecepatan maksimum terjadi pada kondisi pasang purnama (spring tide), dikarenakan pada saat bulan purnama, tinggi pasang terjadi maksimum yang menyebabkan kecepatan arus laut menjadi maksimum. Arah arus pada setiap musim menunjukkan arah yang bolak-balik, yaitu mengarah dari Utara ke Selatan dan dari Selatan ke Utara. Tipe arus pada setiap musim di Perairan Selat Bali, khususnya di Pantai Marina Boom, Kabupaten Banyuwangi merupakan arus pasang surut karena memiliki pola pergerakan arus laut yang bergerak bolak-balik keluar masuk selat. Kecepatan arus maksimum terjadi pada Musim Peralihan 2 saat kondisi pasang purnama sebesar 1,561 m/det dan kecepatan arus minimum terjadi pada Musim Peralihan 2 saat kondisi pasang perbani sebesar 0,133 m/det. Kecepatan arus saat pasang purnama cenderung memiliki nilai yang besar dengan kisaran nilai sebesar 0,433 – 1,561 m/det, sedangkan kecepatan arus saat pasang perbani cenderung memiliki nilai yang kecil dengan kisaran nilai sebesar 0,133 – 0,959 m/det
Small Islands Landscape Use Mapping and Its Patches Spatial Structure Analysis at Parang Islands, Karimunjawa National Park, Indonesia
The results of small islands landscape ecology analyses within remote sensing science are not widely discovered on the inferential capabilities of such research. This issue presents a series of papers on the use of landscape ecology techniques to explore the landscape use and its patches spatial structure patterns. The aim of this research are to map the landscape use patches based on GeoeEye-1 high resolution satellite image and to assess its patches spatial structure. This prototype research was conducted at Parang Islands, Karimunjawa National Park that was inhabitant and used for complex anthropogenic activities long time before the national park status establish. Significant accuracy for landscape use map has done using overall accuracy, producer and user accuracy, and Kappa index methods. The analyses focus on the variation and composition of landscape use and the value of its patch spatial structure to dealing with national park policy and management. Keywords: Landscape, spatial structure, remote sensing, GIS, and Karimunjaw
Studi Run-Up Gelombang Pada Bangunan Jetty Pelabuhan Di PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) Tegalsari, Kota Tegal
Bangunan pelindung pantai jetty pelabuhan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Kota Tegal berfungsi untuk melindungi wilayah muara dari efek pendangkalan. Tinggi bangunan jetty Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal memiliki tinggi bangunan sebesar 2,5 meter. Gelombang datang ke bangunan pantai akan dapat membangkitkan run-up gelombang, sehingga dapat mempengaruhi stabilitas dan efektivitas bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi run-up yang terjadi pada bangunan jetty di PPP Tegalsari, Kota Tegal. Pengumpulan data penelitian diawali dengan pengukuran dimensi jetty, pengukuran gelombang menggunakan ADCP yang dipadukan dengan data angin ogimet selama 11 tahun (2009–2019), pengukuran batimetri dan data pasang surut PPP Tegalsari tahun 2020. Analisis data gelombang menggunakan metode Sugianto et al (2017), analisis pasang surut dengan metode admiralty, dan analisis tinggi run-up menggunakan perhitugan empiris Bilangan Irribaren (CERC,1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi run-up gelombang pada Musim Barat pada jetty 0,64 m pada kondisi overtopping dengan h-ds = 0,57 m, tinggi run up gelombang pada Musim Peralihan I sebesar 0,53 m pada kondisi non - overtopping dengan h-ds = 0,57 m, tinggi run up gelombang pada Musim Timur pada jetty 0,52 m kondisi overtopping dengan h-ds = 0,57 m, tinggi run up gelombang pada musim Peralihan II pada jetty sebesar 0,57 m dengan kondisi overtopping dengan h-ds= 0,57 m . Jetty dikategorikan kedalam kondisi overtopping karena pada musim barat dan peralihan II karena nilai h-ds lebih kecil dibandingkan nilai run-up.Kata kunci: Run-up, gelombang, overtopping, PPP Tegalsar
Model Sebaran Limbah Bahang Di PLTU Tanjung Jati B Jepara
PLTU Tanjung Jati B sedang menambah unit operasionalnya. Adanya penambahan unit ini akan menambah luasan limbah air panas yang lebih luas dari sebelumnya. Bertambahnya luasan limbah air panas ini memerlukan analisa pola sebarannya untuk dapat mengantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan pada perairan sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sebaran suhu perairan setelah adanya penambahan unit 5 & 6 PLTU Tanjung Jati B Kabupaten Jepara pada musim barat, peralihan I, timur, dan peralihan II. Penelitian ini menggunakan data primer berupa suhu lapangan dan debit simulasi air bahang . Data sekunder berupa pasang surut, batimetri, arus, dan angin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model hidrodinamika adveksi-dispersi dengan menggunakan aplikasi Delft3D. Hasil penelitian ini adalah pola sebaran suhu air bahang akan mengikuti pola arus yang ada, dimana arah sebaran pada Musim Barat dan Peralihan I condong ke arah timur, lalu pada Musim Timur dan Peralihan II condong ke arah barat
Spatial Structure Analysis of Benthic Ecosystem Based on Geospatial Approach at Parang Islands, Karimunjawa National Park, Central Java, Indonesia
Abstract. This research examines the spatial structure of live coral based on its patches on a geospatial data. Spatial structure is a part of the landscape ecology approach that has been applied on terrestrial and applied on marine ecosystems on this research. It is including Mean Shape Index (MSI), Number of Patches (NumP), Mean Patch Size (MPS), Total Seascape Area (TLA) and Class Area (CA). Live coral patches were extracted based on GeoEye-1 satellite image with several tasks, such as ortho-rectification, atmospheric calibration, water column correction; Lyzenga transform and supervised classification. A field survey was done in 2015 - 2016 with 38 verification sites and 16 sites of manta tow. Live coral patches produced a significant accuracy (overall accuracy=84.1%, user accuracy= 81.8%, producer accuracy = 90%, and Kappa Index k = 0.81%). Live coral was found 35% (CA: 201.99 ha) of seascape TLA area 814.19 ha and spread over a large number of patches (NumP: 5613-21087 patches). The live coral had a mean shape index (MSI) between 1.23 to 1.25 and the average size of patches (MPS) between 0.0029 - 0.0082. This approach could be applied to reef ecosystems and becomes a baseline data to anticipate future damage.Keywords: Spatial structure, benthic ecosystem, patches, live coral, and Karimunjaw