34 research outputs found

    Teknologi Plestosen: suatu hasil adaptasi bio-kultural

    Get PDF
    Faktor alam, manusia dan kebudayaan merupakan 3 faktor utama yang saling berinteraksi. Manusia merupakan faktor subyek, menghadapi alam untuk dapat melanjutkan kehidupannya

    BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 41

    Get PDF

    BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 46

    Get PDF

    Peran Dan Pentingnya Fosil Bagi Ilmu Pengetahuan

    Get PDF
    One of the perceptions of the wider community regarding the meaning of a fossil in everyday life-among other things, is ancient or ancient objects. It is easier for the general public to relate the notion of fossils to something that is antique and in context of the past. Some of these perceptions are true, but in fact a fossil has a broader and more specific meaning. Therefore, the people's perception of fossils above is only an initial understanding - a part of the whole understanding - which is still far from the real understanding of a fossil, so it must be equipped with more perfect definitions. In the above context, this paper will try to provide some understanding of fossils and their details, so that people's perceptions of the inappropriate understanding of fossils can be avoided.Salah satu persepsi masyarakat luas mengenai pengertian sebuah fosil dalam kehidupan sehari-hari -antara lain- adalah barang-barang kuna ataupun purbakala. Benak masyarakat luas lebih mudah mengkaitkan pengertian fosil dengan sesuatu yang antik dan berkonteks masa lalu. Sebagian dari persepsi tersebut benar, akan tetapi sesungguhnya sebuah fosil mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih spesifik. Oleh karena itu, persepsi masyarakat tentang fosil di atas baru merupakan pengertian awal -sebagian dari keseluruhan pengertian-yang masih jauh dari pengertian sebuah fosil yang sebenarnya, sehingga masih harus dilengkapi dengan pengertian-pengertian yang lebih sempurna. Dalam konteks tersebut di atas, tulisan ini akan mencoba memberikan beberapa pemahaman mengenai fosil dan seluk-beluknya, sehingga dapat dihindari persepsi masyarakat tentang pengertian fosil yang kurang pas

    Teknik Analisis Sisa Manusia

    Get PDF
    Hampir pasti bahwa temuan sisa manusia dalam konteks data arkeologi di Indonesia hanya akan berkisar pada dua spesies, yaitu Homo erectus dan Homo sapiens. Secara morfologis, kedua jenis ini sangat mudah dibedakan pada aspek kranio-fasialnya, tetapi sangat sulit untuk komponen infra-kranialnya. Disebabkan oleh sifat data Homo erectus yang sangat terbatas dan sering dalam bentuk fragmentaris dan disertai dengan pentingnya pengamatan setiap aspek morfologis dari spesies ini karena mempunyai arti evolutif yang sangat berharga informasinya dalam kajian proses evolusi manusia, maka analisis yang dilakukan pada setiap temuan sisa manusia dari lingkup Homo erectus harus dilakukan secara lebih detil, lebih cermat, dan lebih teliti, untuk sampai pada setiap interpretasi yang dapat ditarik.It is almost certain that the findings of human remains in the context of archaeological data in Indonesia will only range in two species, namely Homo erectus and Homo sapiens. Morphologically, these two types are very easy to distinguish in their cranio-facial aspects, but very difficult for their infra-cranial components. Due to the very limited nature of Homo erectus data which is often in fragmentary form and accompanied by the importance of observing every morphological aspect of this species because it has an evolutionary meaning which is very valuable for its information in the study of the process of human evolution. Homo erectus analysis has to be done in more detail, more carefully, and more thoroughly, to arrive at any interpretation that can be drawn

    POSISI STRATIGRAFI DAN TEKNOLOGI ALAT SERPIH SANGIRAN

    Get PDF
    Persoalan alat paleolitik dan manusia purba, masih merupakan persoalan menarik dalam hakekat sejarah perkembangan manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan kaitannya selama Kala Plestosen, yaitu suatu periode kehidupan antara dua juta hingga 10.000 tahun silam. Oleh sifatnya yang tahan terhadap kekuatan destruktif alam, alat-alat batu yang sederhana tersebut telah dianggap bukti tentang eksistensi manusia saat itu. Bukti-bukti kehidupan tersebut ditemukan kembali dalam endapan Plestosen yang terbentuk, antara lain endapan-endapan teras sungai purba. Asal-usul manusia menjadi begitu kontroversiil selama berabad-abad, dan meliputi masa yang sangat gelap. Penemuan sisa-sisa Pithecanthropus erectus oleh Eugene Dubois di Desa Trinil pada tahun 1890 dan 1891, merupakan penemuan yang sempat menggemparkan dunia pengetahuan, dan hingga pertengahan abad 20 telah menjadi suatu legenda

    Dari Pithecanthropus Ke Homo Erectus: Situs, Stratigrafi, dan Pertanggalan Temuan Fosil Manusia di Indonesia

    Get PDF
    More than 100 ancient human individuals were shown from various ancient deposits on the island of Java, whose sites are located in various physiographic landscapes, namely: the Solo basin (Sangiran and Miri), the volcanic deposits of the Kendeng Mountains (Trinil, Kedungbrubus, and Perning in Mojokerto), the Bengawan Solo alluvial deposits (Ngandong, Sambungmacan, and Ngawi), and the volcanic deposits of Mount Muria (Patiayam). Human migration on the island of Java is thought to have only taken place in the Lower Plestocene from mainland Asia, which probably originated in Africa.Lebih dari 100 individu manusia purba ditampilkan dari berbagai endapan purba di Pulau Jawa, yang situs-situsnya terletak pada berbagai bentang fisiografi, yaitu : cekungan besar Solo (Sangiran dan Miri), endapan volkanik Pegunungan Kendeng (Trinil, Kedungbrubus, dan Perning di Mojokerto ), endapan alluvial Bengawan Solo (Ngandong, Sambungmacan, dan Ngawi), serta endapan volkanik Gunung Muria (Patiayam). Migrasi manusia di Pulau Jawa itu diperkirakan baru berlangsung pada Plestosen Bawah dari daratan Asia, yang mungkin berasal dari Afrika

    Song Keplek: Okupasi Intensif Manusia Pada Periode Pasca-Plestosen Di Gunung Sewu

    Get PDF
    Song Keplek merupakan sebuah gua (cave) yang berada di jajaran Pegunungan Selatan Jawa, yang secara tradisional dikenal dengan sebutan Gunung Sewu. Daerah yang memanjang dari barat (Wonosari) ke timur (Pacitan) ini memiliki bentang morfologi tersendiri yang khas, yang dicirikan oleh perbukitan karst berbentuk sinoid. Di salah satu lereng perbukitan inilah --yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Desa Pagersari, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan-- Song Keplek tertetak, sekitar 300 meter di sebelah barat daya jalan raya Wonogiri - Pacitan.Song Keplek is a cave located in the Southern Mountains of Java, which is traditionally known as Gunung Sewu. This area that extends from west (Wonosari) to east (Pacitan) has its own distinctive morphological landscape, which is characterized by sinoid-shaped karst hills. On one of these hilly slopes - which is administratively included in the area of Pagersari Village, Punung District, Pacitan Regency - Song Keplek is located, about 300 meters southwest of the Wonogiri - Pacitan highway

    Gua Braholo: Karakter Hunian Mikro Pada Awal Kala Holosen Di Gunung Sewu

    Get PDF
    Terletak di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Gua Braholo merupakan salah satu gua hunian prasejarah yang berada dalam jajaran pegunungan karst Gunung Sewu. Gua ini ditemukan oleh Bidang Prasejarah Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, ketika dilakukan survei di seluruh wilayah Gunung Sewu pada tahun 1996. Belasan gua ditemukan di bagian barat pegunungan ini dan salah satu di antaranya adalah Gua Braholo, yang kemudian ditindaklanjuti dengan melaksanakan ekskavasi pada tahun 1997 dan 1998.Located in Semugih Village, Rongkop District, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta Special Region Province, Braholo Cave is one of the prehistoric settlement caves located in the karst mountain range of Gunung Sewu. This cave was discovered by the Prehistoric Division of the National Archaeological Research Center, when a survey was carried out throughout the Mount Sewu area in 1996. Dozens of caves were found in the western part of this mountain and one of them is the Braholo Cave, which was then followed up by carrying out excavations in 1997 and 1998

    Saatnya Menengok ke Barat: Sebuah Interpretasi Baru Tentang Distribusi Temuan Homo Erectus di Jawa

    Get PDF
    Paleontological data indicate that the beginning of Java Island’s occupation occurred at the Plio-Pleistocene boundary, around 2.4 Mya. However, the oldest Homo erectus fossil was found in Sangiran, around 1.5 Mya. Recently, Pleistocene sites were discovered from the western part of Java, e.g. Rancah, Semedo, and Bumiayu. This paper describes the significance of archeological, paleontological, and especially paleoanthropological data from the new sites, and their implications to the future Quaternary prehistory research strategies determination. Data collection methods include literature study and surveys, while analysis is carried out on the geological, archeological, paleontological, and paleoanthropological data. The result shows the dispersal of Homo erectus is extended to the western part of Java, between 1.8-1.7 Mya, older than the oldest Homo erectus of Sangiran. A new window of the human arrival on this island is identified. So, it is time to look to the west, and intensive research should be carried out to those areas.Data paleontologis menunjukkan bahwa awal penghunian Jawa terjadi pada batas Plio-Plestosen sekitar 2.4 juta tahun lalu, namun fosil Homo erectus tertua yang ditemukan di Sangiran, berasal dari lapisan 1.5 juta tahun lalu. Belakangan ini, ditemukan situs-situs Plestosen, dari bagian barat Pulau Jawa, yaitu Rancah, Semedo, dan Bumiayu. Tulisan ini bertujuan untuk menampilkan signifikansi data arkeologi, paleontologi dan terutama paleoanthropologi dari situs-situs tersebut, serta implikasinya bagi penentuan strategi penelitian prasejarah kuarter di masa depan. Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka, dan survei pada ketiga situs tersebut. Analisis data dilakukan pada data geologis, arkeologis, paleontologis dan paleoantropologis. Hasilnya, distribusi lateral Homo erectus semakin luas di bagian barat Jawa, dengan kronologi 1.8-1.7 juta tahun, lebih tua dibanding Homo erectus tertua dari Sangiran. Sebuah jendela baru tentang kedatangan Homo erectus di Pulau Jawa telah teridentifikasi. Implikasinya, sudah saatnya penelitian prasejarah kuarter intensif dilakukan di bagian barat pulau ini
    corecore