3 research outputs found

    Penyuluhan Pembuatan Microorganisme Local Bagi Warga Desa Brengkol Guna Mengurangi Penggunaan Pupuk Kimia Pada Pertanian

    Get PDF
    Mayoritas pertanian saat ini menggunakan pupuk kimia. Meskipun efektif dalam menyuburkan tanaman, namun dampak jangka panjangnya dapat merusak ekosistem persawahan dan lahan pertanian itu sendiri. Penyubur tanaman memanfaatkan  mikro  bioorganisme  lokal menjadi  solusi  bagi  petani  lokal, menuju pertanian ramah   lingkungan dan  bebas dari pupuk dan obat-obatan kimiawi. Tujuan kegiatan ini adalah (1) Memanfaatkan limbah organik sebagai bahan pembuatan microorganisme local, (2) Menghindari penggunaan pupuk kimia agar hasil tanaman layak dikonsumsi, (3) Menginformasikan pemanfaatn limbah organik sebagai bahan microorganisme local terhadap petani. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2017, bertempat di aula balai desa Brengkol, kecamatan Pituruh, pukul 08.00 WIB. Metode pelaksanaan yaitu penyuluhan, mengintroduksikan bahan limbah organik dan pembuatan micoorganisme local. Hasil kegiatan pembuatan microorganisme local di desa Brengkol kecamatan Pituruh menunjukan: (1) Kegiatan ini dihadiri oleh perangkat desa, petani, karang taruna dan tohoh masyarakat, (2) Peserta yang mengikuti kegiatan ini antusias dan sangat termotivasi dengan penyampaian materi dan praktik sehingga dengan penyampaian materi dan praktik pembuatan MOL peserta diharapkan bisa mempraktekan sendiri

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL : "STONE, STEEL AND STRAW"

    Get PDF
    Arkeoloog menemukan runtuhan dinding neolitik di Yeriko, Tepi Barat, yang diperkirakan dibangun 7.000 tahun S.M. Sejauh ini, dinding itu dianggap sebagai bangunan pertama. Jika nenek moyang manusia modern mulai hadir 200.000 tahun lalu, maka kita hanya dapat membayangkan bahwa hingga 7.000 tahun S.M. nenek moyang kita mungkin tinggal di gua-gua atau pepohonan yang dirangkai. “Arsitek” pertama, barangkali, adalah Imhotep yang merancang Piramida Bertingkat di Saqqara (makam Raja Zoser) 2.639 tahun S.M. Dalam kurun 9.000 tahun, arsitek dan arsitektur telah melibatkan perkembangan dan pemakaian bahan bangunan yang lebih beragam. Batu (stone) masih tetap dipakai. Bahan-bahan alami organik seperti jerami (straw) juga masih banyak dipakai. Baja (steel) mewakili bahan bangunan modern yang berkembang pesat sejak revolusi industri. Saat ini, 2013, kita menyaksikan perkembangan amat pesat bahan-bahan bangunan dalam beberapa tahun terakhir. Ini sejalan dengan perkembangan pesat di dunia kalkulasi digital yang mendorong ditemukannya zat-zat baru. Bahan berteknologi nano, bahan “anti-gravitasi”, dinding hologram, selubung bangunan penuai energi, hanyalah sedikit contoh dari bahan-bahan yang akan mewarnai arsitektur di masa depan. Seminar SCAN#4 bertema “STONE, STEEL and STRAW” yang menjadi salah satu tema dari 10 tema yang telah disiapkan dari SCAN#1 hingga SCAN#10 (tahun 2020). Kali ini kita berkumpul untuk memumpunkan perhatian kita pada bahan bangunan dan membahasnya sesuai dengan latar belakang kita masing-masing, mulai dari sisi budaya, psikologi, rekayasa hingga ekonomi. Kita dapat belajar dari masa lalu dan menggagas masa depan demi keberlanjutan budaya, arsitektur dan lingkungan (Sustainable Culture, Architecture and Nature). Namun, jika pada tahun 0 Masehi bumi baru dihuni sekitar 250 juta manusia dan saat ini telah menjadi 7.000 juta (7 milyar) manusia maka kita, arsitek, perlu waspada bahwa bumi yang tak bertambah luas ini sedang menghadapi kesulitan besar. Semoga, di seminar SCAN#4 ini kita dapat melihat gagasan-gagasan baru tentang bahan-bahan bangunan di masa depan yang mendukung Sustainable Culture, Architecture and Nature demi bumi yang nyaman dan sejahtera bagi seluruh makhluk penghuninya
    corecore