13 research outputs found
Karakteristik Bio-oil Dari Limbah Industri Hasil Hutan Menggunakan Pirolisis Cepat
Konsumsi minyak bumi semakin meningkat, sementara cadangannya semakin menurun. Saat ini, biofuel alternatif seperti bioetanol, biodiesel dan bio-minyak telah berkembang dari berbagai sumber alami, termasuk limbah hasil hutan. Tulisan ini mempelajari karakteristik bio-oil yang terbuat dari limbah dari industri kehutanan dengan proses pirolisis cepat. Serbuk kayu mahoni, kulit kayu mahoni dan sludge kertas dipanaskan pada suhu 400ÂșC, 450ÂșC, 500ÂșC, dan 550ÂșC untuk menghasilkan bio-oil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bio-oil dapat diproduksi dari ketiga bahan tersebut. Serbuk kayu mahoni yang dipanaskan pada 550oC menghasilkan rendemen liquid tertinggi sebesar 25%, rendemen bio-oil sebesar 5%, fenol 3,66%, pH 2,98, berat jenis 1,092 g/cm3, nilai kalor 9,28 MJ/kg. Proses pirolisis cepat menghasilkan bio-oil yang sebagian besar didominasi oleh asam asetat dan fenol
Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung
Characterization of Surface Active Shell Charcoal Nyamplung Seeds (Calophyllum inophyllum Linn). Chemical and physical activation of nyamplung shell with 0%, 5%, and 10% H3PO4 for 60 and 120 minutes has been carried out to prepare activated charcoal. The purpose of this experiment was to look into the characteristic of nyamplung shell activated charcoal surface. Nyamplung shell was carbonized into charcoal, then activated by immersion in H3PO4 solution using 0%, 5% and 10%, for 24 hours, and heated in retort at two temperatures (700 and 800 oC) and two duration (60 and 120 minutes). The material were characterized by fourier transform infra red (FTIR), scaning electron microscope (SEM) and X-ray diffraction (XRD). The FTIR spectrum show that activated charcoal has OH, C-H, C-O and C=C bonds. The bonds of OH and C-O indicated that the treatment was produced polar activated charcoal. The porous texture was influenced by H3PO4 concentration. The porous with dimension <5 μ being predominant at low concentration of H3PO4 (0% and 5%) but larger amount of H3PO4 (10%) produced wide pore with dimension >5 μ.  
Utilization of Pine Wood (Pinus Merkusii Jungh. & De Vriese) Smoke Liquid as Natural Latex Coagulant
Smoke liquid is a liquid obtained from smoke condensation during charcoal firing process. The main content of the smoke liquid is acetic acid, hence, can be used as an alternative latex coagulant. Acid in vinegar can reduce the pH of latex and cause the latex to coagulate rapidly. This paper determines effectiveness of using smoke liquid as a latex coagulant and characteristics of the treated latex. The smoke liquid in this study was derived from pine wood. The smoke liquid solutions consisted of the crude smoke liquid and the diluted solution in various concentrations of 5, 10, 15 and 20%. The smoke liquid solution was then each poured into a container of latex. Testing was undergone by observing latex coagulating time, coagulate condition, texture, color, odor and homogenity. The most effective smoke liquid which produced the best latex based on its performances was then taken for further testing of physico-chemical properties which included dry rubber content, plasticity retention index (PRI), initial plasticity (Po), final plasticity (Pa), dirt content, ash content, volatile matter content (Vm), and nitrogen content. Results were then compared with the conventional use of formic acid as a control coagulant. The result showed that the crude and distillate smoke liquid solutions with concentration of 10% produced the best coagulantperformances than the other solutions. Rubber latex treated with the crude smoke liquid produced the best physico-chemical properties and could meet requirements of the Indonesian National Standard (SNI) for Rubber Quality
Karakterisasi Karbon Pelet Campuran Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Scumach) Dan Tempurung Nyamplung (Calophyllum Inophyllum Linn.)
Karbon pelet adalah produk arang yang terbuat dari biomassa karbonisasi yang hancur menjadi bubuk halus dan dipadatkan menjadi pelet. Karbon pelet dirancang untuk energi alternatif terbarukan untuk memasak, proses pembakaran dan kemungkinan untuk pembangkit listrik tenaga uap sebagai pengganti batubara. Makalah ini mempelajari kualitas pelet karbon yang terbuat dari campuran rumput gajah dengan tempurung nyamplung. Setelah karbonisasi, rumput gajah dan kulit biji nyamplung hancur dalam 60 mesh bubuk untuk pelet dengan berbagai rasio rumput gajah arang dan arang tempurung nyamplung dari 100:0, 75:25, 50:50, 25:75, dan 0:100 homogen. Sepuluh persen PVAC perekat ditambahkan ke dalam campuran sebelum kompresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi campuran 75% arang rumput gajah dan 25% arang tempurung nyamplung direkomendasikan untuk karbon pelet. Komposisi campuran tersebut meningkatkan sifat fisik karbon pelet dengan rata-rata kadar air 3,35%, zat terbang 26,19%, kadar abu 13,59%, karbon terikat 60,21%, kepadatan 0,68 kg/cm3, kuat tekan 5,91 kg/cm2 dan nilai kalor 6080 kal/g
KARAKTERISTIK BIODIESEL BIJI BINTARO (Cerbera manghas L) DENGAN PROSES MODIFIKASI
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diperoleh dari ekstraksi bagian tanaman. Tulisan ini mempelajari karakteristik biodiesel yang dibuat dari biji bintaro (Cerbera manghas L.) dengan proses yang dimodifikasi. Modifikasi proses meliputi perlakuan awal (pre-treatment) dan proses degumming. Perlakuan awal meliputi pengukusan, pencucian, pengeringan, dan pengempaan. Modifikasi proses degumming berupa penambahan katalis asam fosfat, kemudian bentonit; proses esterifikasi dengan katalis metanol asam yang dilanjutkan dengan penambahan zeolit; proses transesterifikasi dengan katalis metanol basa. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisiko-kimia biodiesel dari biji bintaro berupa bilangan asam, berat jenis, bilangan iod, kekentalan, dan kadar alkil ester telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia tentang kualitas biodiesel
Karakteristik Bio-oil Serbuk Gergaji Sengon Menggunakan Proses Pirolisis Lambat
Bio-oil adalah bahan bakar berbentuk cair berwarna kehitaman yang berasal dari biomasa seperti kayu, kulit kayu dan biomasa lainnya dari limbah kehutanan dan industri hasil hutan melalui teknologi pirolisis. Bio-oil dapat digunakan di dalam industri sebagai bahan bakar untuk boiler atau bahan bakar langsung untuk tujuan pengeringan, seperti minyak bakar. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi teknik pembuatan bio-oil dengan bahan baku serbuk gergaji sengon menggunakan proses pirolisis lambat (slow pyrolysis). Pada proses ini serbuk gergaji dipanaskan dengan udara terbatas pada suhu 350-5000C, selama 30-60 menit. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu dan lama pirolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan bio-oil yang optimum adalah suhu 500oC selama 30 menit, dengan karakteristik sebagai berikut; rendemen liquid 43,75% dengan rendemen bio-oil sebesar 7,95%, kadar fenol 3,80, pH 2,84, bobot jenis 1,116 g/cm3, nilai kalor 22,42 MJ/kg dan daya nyala sedang. Bio-oil yang dihasilkan didominasi oleh asam asetat dan fenol, selain itu terdapat beberapa komponen yang termasuk bahan bakar mudah terbakar yaitu 2-propanon (CAS) aseton, benzena, 1,2,4 trimethylbenzena, dan 2-Furanmetanol (furfuril alkohol)
Karakterisasi Bio-oil Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Penambahan Katalis Ni/nza Menggunakan Metode Free Fall Pyrolysis
Sumber daya biomassa terutama dari limbah industri kehutanan seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS) tersedia melimpah. Saat ini pemanfaatan TKKS sebagai produk pirolisis masih terbatas pada produk arang, arang aktif, dan briket arang. Di sisi lain penelitian pembuatan bio-oil dari biomassa menggunakan metode pirolisis cepat menghasilkan produk yang mengandung hidrokarbon dan nilai kalor yang meningkat, akan tetapi jumlah katalis yang digunakan lebih tinggi dibandingkan dengan biomassa. Tulisan ini mempelajari data dan informasi karakteristik bio-oil dari tandan kosong kelapa sawit melalui penambahan katalis Ni/NZA. Hasil penelitian menunjukkan penambahan 6% katalis menghasilan bio-oil yang optimal, yaitu rendemen sebesar 30,27%, pH 2,94, berat jenis 1,068, viskositas 44 cSt, nilai kalor 29,38 MJ/kg, dan daya nyala dengan kategori sedang. Bio-oil yang dihasilkan didominasi oleh asam terutama asam asetat, fenol, benzene, atau toluene, serta terdapat senyawa golongan hidrokarbon alkena seperti hexadecene dan hidrokarbon aromatik naphthalene