5 research outputs found

    Karakterisasi Edible Film dari Berbagai Macam Pati Biji Beras dengan Penambahan Kitosan

    Full text link
    Penggunaan plastik untuk pengemas makanan yang tidak sesuai dapat memicu rusaknya jaringan tubuh manusia bahkan memicu kanker. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan plastik berbahan dasar gas alam dan minyak bumi. Hingga saat ini, bahan tersebut masih digunakan namun mulai dikurangi kuantitasnya karena tidak ramah lingkungan serta berpotensi mengganggu kesehatan. Salah satu inovasi plastik yang dapat diterapkan yaitu plastik dari bahan organik yang dapat dimakan (Edible Film). Pengembangan bahan edible film diantaranya adalah senyawa polimer dari tumbuhan seperti pati. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi terbaik dalam pembuatan edible film menggunakan berbagai macam biji beras dengan rasio pemberian kasein dan kitosan cangkang udang. Pati yang digunakan berasal dari biji beras putih, biji beras merah, biji beras hitam, biji beras ketan putih dan biji beras ketan hitam. Biji beras yang telah dihaluskan disaring dengan 100 mesh dan dilakukan pengadukan bersama kasein, kitosan dan gliserol untuk menjadi edible film. Studi pembuatan edible film dilakukan dengan variasi jenis biji beras dan variasi penambahan kitosan : kasein dengan rasio = 20:4, 25:4, 30:4, 35:4, 40:4 dalam gram. Pengujian menunjukkan semakin tinggi kandungan kitosan dan amilosa pada pati, akan meningkatkan nilai Tensile Strength (TS) edible film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film terbaik didapatkan dari pati beras ketan putih dengan variasi kitosan 1,25 gram. DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    Protective Effect of Methylprednisolone on Contralateral Testes of Wistar Rats Under Torsion-Detortion

    Full text link
    Background: Testicular torsion is an emergency situation and requires immediate surgery. Testicular torsion accounts for 13-54% of cases of acute pediatric scrotal disease and occurs in 1 in 4,000 men aged <25 years and 1 in 160 men over 25 years. Even though the intervention was carried out for less than 6 hours, post-detortion testicular tissue mortality was still high, due to reperfusion ischemic injury due to excessive production of ROS (Reactive Oxygen Species). The contralateral testis is often affected after torsion-detortion due to the effects of ROS. The provision of additional therapy after detortion is an urgent need to be found because it can reduce the death of testicular tissue due to reperfusion ischemic injury. Methods: It is an experimental study with a randomized controlled study design with post test only control group design. The research sample was 18 Wistar rats divided into 3 groups. Torsion of the ipsilateral testis is performed, then detortion and intravenous therapy are administered. The apoptotic index (infertility) was observed on the Johnsen score variable, the number of seminiferous tubular cell layers, neutrophil adhesion and the number of necrotic cells in the Eosin Hematoxyline in the contralateral testis. Furthermore, statistical analysis is carried out, the results are presented in tables and figures. Results: There was a significant difference between the Methylprednisolone group and the Torsion Detortion group with p = 0.008 in the Johnsen score variable and the number of seminiferous tubular cell layers. Discussion: Methylprednisolone as an anti-inflammatory has been proven in its function to reduce ROS so that it can reduce reperfusion ischemic injuries. &nbsp

    Seorang Pasien dengan Batu Staghorn Bilateral dan Spondilitis Ankilosis : Laporan Kasus Langka

    Full text link
    Latar Belakang : Spondilitis ankilosis merupakan penyakit peradangan sendi yang bisa mempengaruhi tulang-tulang axial yang dapat menyebabkan nyeri sendi, dan dapat berlanjut kepada penyatuan dari tulang belakang1. Prevalensi penyakit ini diperkirakan mencapai 16,7 dari 10.000 orang di daerah Asia.2 Meskipun penyakit ini utamanya menyerang sendi, tetapi dilaporkan pula bahwa terdapat kasus manifestasi ekstraartikuler seperti halnya nefrolitiasis. Nefrolitiasis menyumbang sekitar 13,6% dari penderita spondilitis ankylosis.3 Kasus Nefrolithiasis Staghorn sinistra dengan spondilitis ankilosis pernah dilaporkan, tetapi belum pernah dengan kasus nefrolithiasis staghorn bilateral4  Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana spondilitis ankilosis dan nefrolitiasis staghorn bilateral. Presentasi Kasus : Seorang pria berumur 38 tahun datang dengan keluhan nyeri hilang timbul pada pinggang sebelah kiri. Pasien sebelumnya telah didiagnosis dengan spondilitis ankilosis dan nefrolitiasis bilateral dekstra dan sinistra serta telah menjalani operasi Percutaneous Nephrolithotomy dekstra pada bulan Juni 2018. Pada pemeriksaan didapatkan keterbatasan gerak sendi tulang belakang dan nyeri ketok kostovertebra di sebelah kanan dan kiri. Dari pemeriksaan foto polos didapatkan gambaran batu staghorn bilateral Kesimpulan : Pasien didiagnosis dengan spondilitis ankilosis dan nefrolitiasis staghorn bilateral. Prosedur penegakan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan dengan tepat untuk menghindarai kesalahan diagnosa. Penatalaksanaan nefrolitiasis perlu memperhatikan banyak aspek seperti ukuran batu, ketersediaan sarana dan prasarana, serta mobilitas pasien, supaya dicapai tingkat kesembuhan yang tinggi

    Pendugaan Biomassa Dan Serapan Karbon Di Beberapa Areal Taman Hutan Kota Jakarta, Bekasi Dan Bogor (Estimated Value of Biomass and Carbon Sequestration in Several Forest Park of Jakarta, Bekasi and Bogor)

    Full text link
    Keberadaan taman hutan sebagai ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang padat penduduk dan aktivitas lalu lintas yang tinggi, seperti DKI Jakarta, Bekasi dan Bogor menjadi penting dalam menyerap CO2. Namun informasi dan data mengenai peran hutan kota masih sangat sedikit, karena umumnya kajian dilakukan dalam skala kecil dan pada lokus yang terpisah-pisah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga biomassa, simpanan dan serapan karbon pada lima ruang terbuka hijau di lima titik wilayah Jakarta dan Bogor. Metode yang digunakan untuk menduga biomasa adalah dengan non-destructive sampling untuk biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau di Taman Kanal Banjir Timur (KBT) mampu menyerap CO2 sebesar 1.000,01 ton/tahun; Taman Hutan Tractors Head Office mampu menyerap CO2 sebesar 937,53 ton/tahun, Taman Wisata Mangrove Muara Tawar Bekasi mampu menyerap karbon CO2 sebesar 46,10 ton/tahun, dan Taman Hutan Bukit Golf Pantai Indah Kapuk mampu menyerap CO2 sebesar 147,91 ton/tahun. Sementara Taman Hutan Kampus IPB Dramaga Bogor mampu menyerap CO2 sebesar 0,16 ton/tahun. Perbedaan nilai tersebut dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti luas areal kajian, jumlah tegakan, diameter, tinggi, dan nilai koefisien pada masing-masing jenis tumbuhan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam memberikan informasi dan data mengenai biomassa, kandungan dan serapan karbon di wilayah kajian
    corecore