19 research outputs found

    Consumer’s Preference Analysis Toward The Attributes Packaging of Local Chocolate Products And Its Influence to Willingness to Pay Using Discrete Choice Experiment Method.

    Get PDF
    The packaging is an important attribute of a product, it is used as the communication tool in a marketing activity. There is a lot of components that should be considered to make the packaging. The previous research mentioned that front-of-pack attributes have the potential to affect people's choices. A Discrete Choice Experiment (DCE) was one of the methods that can be used to analyze the consumers' preference towards products. In this research, DCE method will be used with several attributes related to the product packaging such as design and packaging material. This research is conducted to analyze the preference of the consumers toward the design and material of the milk chocolate packaging. The reference sample of this research is an 80 grams milk chocolate bar product. The purpose of this research is to analyze the willingness of the consumers to pay the products that are offered. The result of this research reported level of attributes (design and packaging material) that preferred by the consumers. It was found that the Design 2 (black) attribute is significantly preferable to the Design 3 (yellow) and the Design 1 (white) designs among the surveyed consumers. Meanwhile, the consumer survey for the packaging material attributes (plastic, paper and aluminum foil) also showed the use of aluminum foil as the packaging material for milk chocolate is notably preferable than the other two materials. Those preferences were also affecting the willingness to pay (WTP) of the consumer towards the product. The consumer willing to pay Rp. 5.037 higher for Design 2 (black) design than the price that given to controlled level (Design 1 (white)) and do not willing to pay Rp. 3.256 higher for Design 3 (yellow) design compared to controlled design. Meanwhile for the material attributes, the analysis predicted the consumers are willing to pay Rp. 14.650 higher for aluminum foil based packaging and Rp. 8.081 higher for paper based packaging compared to the price that given to controlled level (plasti

    Pengaruh Rasio Bahan Pembentuk Edible Spoon Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Organoleptik

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan terbaik dari pengaruh rasio bahan pembentuk edible spoon terhadap karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik. Metode yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor, yaitu rasio tepung gandum:maizena (A) (1:3, 2:2, 3:1) dan suhu (B) (130°C, 150°C, 170°C). Parameter yang diamati antara lain warna, daya patah, ketebalan, air, serat, protein, pati, serta penilaian organoleptik. Data hasil dianalisis menggunakan Minitab 17 dan diuji menggunakan ANOVA. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan pada interaksi keduanya, selanjutnya uji Tukey dan DMRT, level signifikansi 5%. Analisis organoleptik menggunakan uji Friedman dan perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny. Analisa hasil adalah rasio tepung gandum:maizena dan suhu berbeda nyata terhadap karakteristik edible spoon. Sampel perlakuan terbaik adalah edible spoon rasio tepung gandum:maizena (3:1) dan suhu 170°C, warna [(L) (67.53), (a) (8.30), (b) (19.60)], daya patah (1.01 Kgf), ketebalan (0.22 cm), air (1.90 %), serat (0.68 %), protein (5.43 %), pati (68.35 %), dan organoleptik warna (4.08), aroma (3.60), rasa (4.30), dan tekstur (3.70)

    Optimasi Konsentrasi Maltodekstrin Dan Suhu Pengering Semprot Terhadap Atribut Sensoris Susu Bubuk Edamame (Glycine Max (L.) Merr)

    Get PDF
    Atribut sensoris seduhan susu bubuk edamame yang diamati menggunakan metode Hedonic Scale Scoring memiliki titik optimal akibat faktor perlakuan konsentrasi maltodekstrin dan suhu pengering semprot. Kombinasi faktor yang optimal terhadap atribut sensoris seduhan susu bubuk edamame yaitu pada konsentrasi maltodekstrin 129,91 g/L dan suhu pengering semprot 131oC dari 13 unit percobaan yang diamati dan dianalisis menggunakan Design Expert 7.1.5. Rata-rata respon atribut sensoris dari produk optimal adalah warna dengan respon 8,5, aroma 8,25, rasa 7,8 dan tekstur 8,35. Produk optimal memiliki nilai kadar air 2,31 ± 0,04%, total padatan terlarut 19,89 ± 0,02% brix, daya larut 95,23 ± 0,38 % dan rendemen 24,25%

    Pemanfaatan Pektin Kulit Jeruk Manis Pacitan (Citrus sinensis L. Osbeck cv. Pacitan) Untuk Optimasi Sintesis Surfaktan Melalui Modifikasi Hidrofilik Dalam Microwave Assisted System

    Get PDF
    Kulit jeruk manis pacitan (Citrus sinensis L. Osbeck cv. Pacitan) mengandung pektin. Pektin merupakan senyawa polisakarida larut air (water soluble). Struktur pektin terdiri dari sebagian asam D-galakturonat teresterifikasi dengan ikatan α-1,4 glikosidik. Aplikasi pektin digunakan dalam berbagai produk pangan sebagai komponen bahan perekat (gelling agent), pengental (thickening agent), serta penstabil (stabilizer). Metode ekstraksi pektin kulit jeruk manis dilakukan menggunakan microwave assisted extraction (MAE). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Box-Behnken Design dengan faktor rasio bahan : pelarut (1:40–1:60 g/ml), suhu ekstraksi (60-700C), serta lama waktu ekstraksi (1-11 menit). Respon yang diamati adalah rendemen (%), kadar total pektin (%). Hasil optimasi dengan Response Surface Methodology menunjukkan bahwa kondisi optimum adalah rasio bahan : pelarut 1:51 g/ml, suhu 650C selama 7 menit dengan hasil rendemen sebesar 23,87% ± 0,34 dan kadar total pektin 21,01% ± 0,05. Pektin kulit jeruk manis hasil optimasi dan verifikasi kemudian dilakukan karakterisasi sifat fisikokimia serta dibandingkan dengan pektin komersil. Hasil karakteristik fisikokimia dari pektin optimasi tergolong sebagai High Methoxyl Pectin dengan nilai kadar air 5,31% ± 0,22, berat ekivalen 752,42 g/mol ± 31,79, kadar metoksil 39,60% ± 1,24, kadar asam galakturonat 79,63% ± 1,02, dan derajat esterifikasi 68,39% ± 0,98. Pektin kulit jeruk manis hasil optimasi kemudian dilakukan derivatisasi menjadi asam poligalakturonat. Pektin juga dapat berkontribusi dalam pemanfaatan limbah hasil pertanian dari sumber bahan terbarukan (renewable raw materials), ramah lingkungan (biodegradable) sebagai bahan baku pembuatan surfaktan polimerik berjenis pektin teramidasi. Pektin teramidasi berbasis asam poligalakturonat merupakan senyawa hasil derivatisasi pektin dengan karakteristik sebagai surfaktan yang dapat diaplikasikan dalam sistem emulsi. Sintesis surfaktan dilakukan melalui modifikasi hidrofilik asam poligalakturonat direaksikan dengan senyawa taurin sebagai entitas hidrofilik (metode aminolisis) dalam microwave assisted system, sehingga dapat terjadi penambahan rantai hidrofilik pada struktur asam poligalakturonat yang bersifat hidrofobik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Central Composite Design dengan faktor suhu reaksi (70-90oC) dan lama waktu reaksi (5-15 menit). Respon yang diamati adalah derajat amidasi (%). Hasil optimasi dengan Response Surface Methodology menunjukkan bahwa kondisi optimum adalah suhu 90 oC selama 15 menit dengan hasil derajat amidasi sebesar 34,14% ± 0,01. Surfaktan hasil optimasi dan verifikasi kemudian dilakukan karakterisasi gugus fungsi Fourier Transform Infra Red (FT-IR) yang menunjukkan adanya gugus fungsional dari senyawa ester, asam karboksilat, amida, dan gugus C-H alifatik serta pengukuran nilai hydrofilik-lypofilik balance (HLB) sebesar 7,19 ± 0,03

    Pengaruh Formulasi Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) dan Kulit Lemon (Citrus limon) serta Lama Penyeduhan terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik Teh Hijau (Camellia sinensis) Celup

    No full text
    Teh merupakan salah satu minuman yang memiliki manfaat sebagai pangan fungsional yang dapat menjaga kesehatan tubuh karena mengandung senyawa fenol dan antioksidan. Teh hijau (Camellia sinensis) celup yang ditambahkan kayu manis (Cinnamomum burmanii) dan kulit lemon (Citrus limon) serta diseduh dengan waktu tertentu merupakan salah satu bentuk diversifikasi minuman fungsional untuk meningkatkan senyawa antioksidan dan cita rasanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh rasio penambahan kayu manis dan kulit lemon, lama penyeduhan dan interaksi kedua faktor terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik teh hijau celup sehingga didapatkan perlakuan terbaik. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan 2 faktor yaitu rasio kayu manis:kulit lemon dengan komposisi teh hijau 70%, serta lama penyeduhan. Perlakuan tersebut antara lain rasio penambahan kayu manis : kulit lemon (15:15)%, (12:18)%, dan (9:21)% dengan lama penyeduhan 1, 3, dan 5 menit. Data dianalisis dengan ANOVA menggunakan Minitab 17. Apabila terdapat perbedaan nyata (α = 0,05) maka diperlukan uji lanjut DMRT. Analisis uji hedonik menggunakan Friedman Test, interaksi parameter dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson, dan analisis perlakuan terbaik menggunakan metode uji Zeleny. Hasil penelitian menunjukkan penambahan kayu manis yang semakin banyak dan penyeduhan lebih lama mengakibatkan peningkatan total fenol dan aktivitas antioksidan pada teh celup. Perlakuan terbaik seduhan teh celup ada pada perlakuan rasio teh hijau:kayu manis:kulit lemon (70:12:18)% dengan penyeduhan selama 5 menit. Perlakuan terbaik memberikan respon pH 5,13, warna L* 44,93, a* -2,50, b* 16,93, total fenol 59,82 mgGAE/g, dan aktivitas antioksidan metode IC50 59,39 pp

    Pengaruh Perbedaan Teknik Penyeduhan dan Rasio Daun Stevia (Stevia rebaudiana) Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik Teh herbal Bunga Telang (Clitorea ternatea)

    No full text
    Bunga Telang merupakan tanaman liar yang mengandung nutrisi dan komponen kimia yang dapat meningkatkan kesehatan. Pemanfaatan bunga telang sendiri dapat digunakan sebagai pewarna alami karena memiliki pigmen antosianin berwarna biru, selain itu potensi pemanfaatan lainnya adalah digunakan sebagai bahan baku pembuatan teh herbal. Namun, rasa dan aftertaste dari teh herbal bunga telang perlu dievaluasi karena masih memiliki citarasa yang kurang menyenangkan dan rasa yang terlalu sepat. Oleh karena itu adanya penambahan dauan stevia dapat digunakan untuk meningkatkan citarasa dari teh. Hal ini karena daun stevia memiliki senyawa steviosida yang berperan dalam memberikan rasa manis. Pada proses pembuatan teh, yang harus diperhatikan adalah teknik penyeduhan dan proporsi bahan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik penyeduhan dan proporsi bahan antara bunga telang dengan daun stevia dari segi karakteristik fisik, kimia dan organoleptik teh herbal bunga telang yang baik. Penelitian ini dirancang menggunakan teknik rancangan tersarang (Nested Design) dengan 2 faktor yakni teknik penyeduhan teh (infusi dan dekoksi) dan proporsi antara bunga telang dan daun stevia ((70:30)% (60:40)%, dan (50:50)%) dengan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dengan selang kepercayaan 95% pada minitab 17. Apabila menghasilkan perlakuan beda nyata maka dilakukan uji lanjut BNT. Analisa Sensoris yang dilakukan meliputi warna, aroma, rasa, aftertaste dan overall di analisa menggunakan Oneway ANOVA dan diuji lanjut dengan Tukey HSD. Perlakuan terbaik seduhan dilakukan menggunakan uji Zeleny. Hasil dari penelitian ini adanya pengaruh nyata pada perbedaan teknik penyeduhan total fenol, nilai IC50, L*, a* dan pH, sedangkan pada hasil proporsi teh bunga telang dengan daun stevia yang tersarang dalam teknik penyeduhan teh berpengaruh pada semua parameter. perlakuan terbaik pada penelitian ini diperoleh pada seduhan teh dengan teknik penyeduhan dekoksi dengan proporsi bunga telang dan daun stevia (50:50) yang memiliki nilai IC50 115,673 ppm, kadar total fenol 1,1675 mgGAE/100g, warna kecerahan (L*) 22,77, kebiruan (-a*) -23,88, kehijauan (-b*) -22,5, nilai pH 5,9. Pada hasil uji organoleptik menghasilkan nilai rerata ranking tingkat kesukaan panelis terhadap warna 2,1 aroma 3,9; rasa 2,2; aftertase 2,2 dan overall 2,38

    Pengaruh Perbedaan Teknik Penyeduhan dan Penambahan Kulit Lemon (Citrus Limon) Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik Teh Herbal Cascara

    No full text
    Kulit kopi merupakan limbah pertanian yang masih mengandung nutrisi dan komponen kimia yang dapat meningkatkan kesehatan. Salah satu cara pemanfaatan kandungan limbah kopi yakni digunakan sebagai teh, biasanya disebut dengan teh cascara. Namun, rasa dan aroma teh perlu dievaluasi karena aroma yang kurang menyenangkan dan rasa yang terlalu asam. Oleh karena itu adanya penambahan kulit lemon dapat meningkatkan aroma dan rasa teh. Hal ini karena kulit lemon memiliki aroma dan rasa yang segar. Pada proses pembuatan teh, yang harus diperhatikan adalah teknik penyeduhan dan proporsi bahan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik penyeduhan dan proporsi bahan antara cascara dengan kulit lemon dari segi karakteristik fisik, kimia dan organoleptik teh cascara yang baik. Penelitian ini dirancang menggunakan teknik rancangan tersarang (Nested Design) dengan 2 faktor yakni teknik penyeduhan teh (infusi dan dekoksi) dan proporsi antara kulit kopi dengan kulit lemon ((90:10)% (80:20)%, dan (70:30)%) dengan 4 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dengan selang kepercayaan 95% pada minitab 17. Apabila menghasilkan perlakuan beda nyata maka dilakukan uji lanjut BNT. Analisa Sensoris yang dilakukan meliputi warna, aroma, rasa, aftertase, kenampakan dan overall di analisa menggunakan Oneway ANOVA dan diuji lanjut dengan Tukey HSD. Perlakuan terbaik seduhan dilakukan menggunakan uji Zeleny. Hasil dari penelitian ini adanya pengaruh nyata pada perbedaan teknik penyeduhan total fenol, kadar kafein, L*, a* dan pH, sedangkan pada hasil proporsi teh cascara dengan kulit lemon yang tersarang dalam teknik penyeduhan teh berpengaruh pada semua parameter. Hasil perlakuan terbaik pada seduhan teh dengan teknik penyeduhan dekoksi dengan (80:20)%, memiliki nilai fenol 28,96 mgGAE/g, kadar kafein 1,47 mg/g, (L*) 45,04, (a*) 15,65, (b*) 33,91, pH 5,85. Pada hasil uji organoleptik menghasilkan nilai rerata warna 6,36; aroma 6,14; rasa 5; aftertase 5,5, kenampakan 6,34 dan overall 5,5. Adanya penambahan kulit lemon mampu menaikkan aroma dari cascara KUD yang dimiliki

    Pengaruh Perbedaan Teknik Penyeduhan dan Rasio Penambahan Jahe (Zingiber officinale) Terhadap Sifat Kimia, Fisik, dan Organoleptik Teh Cascara

    No full text
    Tahun 2018, produksi kopi di Indonesia mencapai 685,79 ribu ton, sehingga menghasilkan limbah kopi sebesar 308,60 ribu ton. Pemanfaatan kulit kopi di Indonesia belum maksimal, sehingga memiliki nilai ekonomis yang rendah. Pemanfaatan kulit kopi, salah satunya dapat dijadikan minuman teh cascara dengan penambahan jahe. Teh herbal merupakan teh yang terbuat dari selain daun teh (Camellia Sinensis). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan teknik penyeduhan serta rasio cascara jahe gajah terhadap karakteristik kimia, fisik, dan sensori

    Potensi Puree Pisang Kepok Sebagai Bahan Fat Mimetic Pada Produk Cookies Jenis Drop.

    No full text
    Cookies merupakan salah satu jenis kue kering yang memerlukan penggunaan bahan berkadar lemak tinggi untuk menghasilkan rasa, tekstur, dan mouthfeel yang khas. Produk dengan kadar lemak tinggi dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan, maka dari itu diperlukan inovasi pembuatan cookies dengan suatu bahan yang dapat berperan sebagai fat mimetic. Penggunaan buah pisang berupa bubur (puree) diduga dapat berperan sebagai fat mimetic karena merupakan bahan berbasis karbohidrat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan puree pisang sebagai bahan fat mimetic pada taraf tertentu pada produk cookies berdasarkan karakteristik fisik cookies menggunakan alat texture analyzer dan berdasarkan penilaian konsumen menggunakan uji hedonik sehingga dapat diketahui potensi puree pisang sebagai fat mimeti

    Eksplorasi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai Bubuk Pewarna Alami pada Pembuatan Bakpao Pandan

    No full text
    Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai pewarna hijau pada produk pangan. Namun dalam penggunaanya masih dengan cara tradisonal yaitu dengan menghancurkan daun pandan wangi kemudian ditambahkan air. Pembuatan pewarna dari daun pandan dengan cara tersebut menghasilkan limbah berupa serat yang tidak terlarut pada air, sehingga untuk mengatasi hal tersebut daun diolah dalam bentuk bubuk. Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengeksplorasi daun pandan wangi secara utuh tanpa menghasilkan limbah dalam bentuk bubuk sebagai pewarna alami pada pembuatan produk pangan seperti bakpao pandan. Penelitian dilakukan 2 tahap yaitu pembuatan bubuk daun pandan wangi dan aplikasinya pada pembuatan bakpao pandan. Penelitian tahap 1 menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) 2 faktor yaitu umur daun (muda & tua) dan jenis pengerigan (pengeringan kabinet, vakum, & beku) dilakukan 4 kali ulangan. Tujuan dari penelitian tahap 1 yaitu untuk mengetahui pengaruh umur daun dan jenis pengeringan terhadap karakteristik fisik dan kimia bubuk daun pandan wangi yang dihasilkan. Umur daun dan jenis pengeringan berpengaruh nyata (α = 0,05) terhadap kadar air, abu, densitas, daya serap air & minyak, pH, warna (L*, a*, & b*), total klorofil, fenol, dan IC50 bubuk daun pandan wangi. Perlakuan terbaik didapatkan dari umur daun tua dan jenis pengeringan vakum. Bubuk daun pandan wangi terbaik memiliki kadar air 6,30%; abu 11,55%; densitas 0,16 g/cm3; daya serap air 898,51%; daya serap minyak 421,27%; pH 5,71; L* 61,60; a* -3,31; b* 14,79; total klorofil 13,82 mg/g; total fenol 96,34 mg/g; dan IC50 sebesar 142,19 ppm. Penelitian tahap 2 dilakukan dengan RAKF 3 faktor yaitu umur daun (muda dan tua), konsentrasi bubuk daun pandan wangi (1%, 3%, dan 5%), serta umur simpan bakpao (0, 2, 4, dan 6 hari) dilakukan 4 kali ulangan. Tujuan dari penelitian tahap 2 yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk daun pandan wangi terhadap karakteristik fisik dan profil tekstur bakpao yang dihasilkan. Penambahan bubuk daun pandan wangi berpengaruh nyata (α = 0,05) terhadap kadar air, warna, berat, tinggi, diameter, volume, dan tekstur dari bakpao pandan yang dihasilkan. Perlakuan terbaik didapatkan dari umur daun muda dan konsentrasi 3%.Bakpao perlakuan terbaik memiliki kadar air crust 33,10% & crumb 34,47%; kecerahan (L*) crust 65,37 & crumb 65,31; tinggi 38,31 mm; diameter 69,22 mm; volume spesifik 3,27 cm3/gram; ukuran pori 4,12 mm2; hardness 477,25 gram; springiness 0,87; dan cohesiveness 0,6
    corecore