15 research outputs found
Perancangan Tata Letak Fasilitas Ruang Produksi Kecap dengan Metode BLOCPLAN dan CORELAP (Studi Kasus Pada Jawa Sehati Mulia, Malang)
Kecap adalah salah satu produk olahan fermentasi dengan bahan baku kedelai yang sering dimanfaatkan sebagai penyedap dan pewarna pada masakan. Tingkat produktivitas dan konsumsi masyarakat terhadap kecap tersebut menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk industri kecap di Indonesia. Salah satu industri kecap di Jawa Timur adalah Jawa Sehati Mulia dimana perusahaan tersebut memproduksi kecap dengan dua varian rasa yaitu kecap manis dan kecap pedas. Permasalahan yang terjadi di perusahaan tersebut ialah kesesuaian antara aliran proses dengan penempatan fasilitas mesin atau peralatan masih belum diperhatikan dimana fasilitas yang memiliki hubungan erat dalam urutan aliran material ditempatkan dalam jarak yang jauh dan dipisahkan oleh fasilitas lain yang bukan tujuan perpindahan material. Dampak dari hal tersebut yaitu aliran material yang semakin panjang sehingga mengakibatkan pemborosan waktu dan semakin lamanya siklus produksi kecap di Jawa Sehati Mulia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memberikan hasil perbandingan antara metode BLOCPLAN dan metode CORELAP berdasarkan total momen perpindahan serta menentukan tata letak yang memberikan tingkat efisiensi terbaik untuk fasilitas produksi di Jawa Sehati Mulia.
Metode yang sesuai untuk solusi dari permasalahan pada Jawa Sehati Mulia yaitu metode BLOCPLAN dan CORELAP. Pada metode ini dapat melakukan analisis dari segi kualitatif dan kuantitatif berdasarkan luas area produksi, luas masing-masing fasilitas produksi, dan hubungan derajat kedekatan antar fasilitas yang saling berhubungan di dalam ruang produksi. Dari metode BLOCPLAN dan CORELAP selanjutnya dipilih salah satu metode yang menghasilkan total momen perpindahan terkecil dan tingkat efisiensi terbaik dibandingkan tata letak existing.
Hasil dari penelitian didapatkan total momen perpindahan pada tata letak metode BLOCPLAN yaitu sebesar 30.188,16 meter/tahun. Total momen perpindahan tersebut mengalami penurunan sebesar 7.971,84 meter/tahun dibandingkan dengan tata letak existing. Tata letak yang dihasilkan metode CORELAP memberikan total momen perpindahan sebesar 30.704,64 meter/tahun yang mengalami penurunan 7.455,36 meter/tahun dibandingkan tata letak existing. Berdasarkan hasil kedua metode tersebut, metode yang memberikan penurunan total momen pepindahan lebih besar yaitu metode BLOCPLAN. Total momen perpindahan yang dihasilkan metode BLOCPLAN dan CORELAP memberikan tingkat efisiensi yang berbeda. Tingkat efisiensi tata letak hasil metode BLOCPLAN yaitu sebesar 20,89%, sedangkan tingkat efisiensi tata letak hasil metode CORELAP yaitu sebesar 19,54%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tata letak terbaik ialah tata letak yang memberikan tingkat efisien tertinggi yaitu pada tata letak hasil metode BLOCPLAN.
Saran yang diberikan terdiri dari dua, yaitu saran untuk perusahaan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Adapun saran untuk perusahaan yaitu dapat menerapkan tata letak fasilitas BLOCPLAN agar jarak dan total momen perpindahan dapat diminimasi dan melakukan pergantian alat material handling dengan kapasitas lebih besar. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dapat melakukan perbandingan hasil dengan aplikasi lain seperti VIP-PLANOPT dimana aplikasi tersebut diklaim telah menggunakan algoritma yang lebih optimal
Optimasi Perencanaan Produksi Pia Apel, Pia Nangka, Pia Durian, Pai Apel, dan Thins Brownies Apel dengan Metode Goal Programming (Studi Kasus di Perusahaan Permata Agro Mandiri)
Pandemi Covid-19 membawa dampak negatif terhadap beberapa perusahaan baik skala mikro, kecil ataupun menengah. Dampak tersebut adalah terjadinya penurunan penjualan yang menyebabkan omset perusahaan menurun. Salah satu perusahaan yang merasakan hal tersebut adalah Perusahaan Permata Agro Mandiri. Perusahaan Permata Agro Mandiri merupakan perusahaan yang memproduksi produk oleh-oleh antara lain pia apel, pia durian, pia nangka, pai apel, dan thins brownies apel. Pada masa pandemi, perusahaan mengalami over-product yang mengakibatkan perusahaan harus membuang beberapa produk yang tidak laku terjual, sehingga perusahaan mengalami penurunan omset sampai 90% dari omset biasanya. Perusahaan sampai dengan saat ini menurunkan kapasitas produksi dengan ritme produksi yang tidak pasti. Perusahaan menurunkan kapasitas produksi tersebut hanya dengan perkiraan saja, sehingga menyebabkan perusahaan kesulitan dalam mencapai keuntungan yang maksimal karena besar kecilnya keuntungan dan biaya produksi tidak diperhitungkan dalam penentuan kapasitas produksi.
Solusi yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Permata Agro Mandiri adalah dengan mengoptimasi perencanaan produksinya. Selain memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya, perusahaan juga perlu untuk mengoptimalkan penggunaan mesin sehingga mesin dapat digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode goal programming, metode ini mampu mengoptimasi permasalahan dengan berbagai tujuan tanpa mengabaikan tujuan yang lainnya, sehingga tidak ada salah satu tujuan yang terabaikan. Konsep dalam optimasi perencanaan produksi pada Perusahaan Permata Agro Mandiri dengan metode goal programming adalah diawali dengan meramalkan permintaan untuk mengetahui target permintaan pasar, sasaran keuntungan, sasaran biaya produksi, dan sasaran penggunaan mesin.
Berdasarkan hasil optimasi, kapasitas produksi optimal pada bulan April 2022 kapasitas produksinya adalah 2950 pcs, Mei 2022 adalah 3163 pcs, Juni 2022 adalah 8100 pcs, Juli 2022 adalah 3927 pcs, Agustus 2022 adalah 6109 pcs, September 2022 adalah 6860 pcs, Oktober 2022 adalah 8904 pcs, November 2022 adalah 16133 pcs, Desember 2022 adalah 22102 pcs, Januari 2023 adalah 11092 pcs, Februari 2023 adalah 13141 pcs, dan Maret 2023 adalah 16766 pcs. Berdasarkan solusi optimal tersebut, keuntungan dari bulan April 2022 sampai Maret 2023 yang diperoleh adalah Rp. 489.962.199. Biaya produksi dari bulan April 2022 sampai Maret 2023 yang diperoleh pada solusi optimal yaitu Rp. 182.759.301. Waktu penggunaan mesin pemarut selama bulan April 2022 sampai Maret 2023 adalah 437468,79 detik, waktu penggunaan mesin pengaduk adalah 7437127,36 detik, waktu penggunaan mesin blender adalah 14350,79 detik, waktu penggunaan mesin mixer adalah 102366,92 detik, waktu penggunaan mesin pengadon adalah 412378,11 detik, waktu penggunaan mesin oven adalah 7160193,87 detik, waktu penggunaan mesin sealer adalah 646318,74 detik.
Hasil dari validasi yang dilakukan dengan membandingkan kapasitas produksi optimal dengan perencanaan perusahaan adalah sudah valid. Tetapi perusahaan dapat menggunakan kapasitas usulan agar mampu memenuhi permintaan secara optimal. Perusahaan dapat menerapkan metode goal programming untuk perencanaan produksi kedepannya agar perusahaan memperoleh kapasitas produksi yang optimal pada periode selanjutnya
Performance Measurement Analysis Of Green Supply Chain Management Using Analytical Hierarchy Process Method (AHP) And Objective Matrix (OMAX) (Study In The UD SDD Of Kediri)
Komoditas kedelai dan produk olahanya mengalami tingkat konsumsi yang tinggi
hingga terjadi lonjakan impor yang menembus angka 7 ton dimana hampir 40% atau sekitar 2,7
ton adalah kedelai segar yang menjadi bahan baku utama dari pembuatan tempe dan tahu.
Salah satu produk unggulan berbahan dasar kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat
yaitu tahu. Produk tahu semakin berkembang menjadi berbagai macam produk olahan salah
satunya yaitu stik tahu. UD Sidodadi (SDD) Kediri merupakan salah satu industri yang
memproduksi tahu dan stik tahu yang terletak di Desa Tinalan Kota Kediri. UD SDD saat ini
belum menerapkan pengukuran kinerja yang menerapkan pengukuran kinerja rantai pasok
yang dinilai dari aspek ekonomi dan lingkungan. Pengukuran kinerja rantai pasok diperlukan
dengan tujuan untuk dapat dilakukan evaluasi terkait aktivitas pada UD SDD mengenai rantai
pasok dalam aspek lingkungan.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan dalam menentukan bobot dan
alternatif perbaikan yang terbaik terhadap rantai pasok hijau. AHP dapat memilih dengan
salah satu alternatif terbaik sesuai dengan prioritas dengan cara membandingkan kriteria
evaluasi yang menjadi alternative yang sudah tersedia. Hasil dari pengukuran AHP
dilakukan scoring system dengan menggunakan metode Objective matrix (OMAX). OMAX
mempunyai fungsi dalam pengukuran kinerja yaitu menyamakan skala nilai dalam indikator
KPI dengan perhitungan dari nilai intervalnya. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
menggunakan pengukuran Traffic Light System yang dalam pengukuran sebelumnya untuk
dilakukan analisa penilaian kinerja. Dalam TLS menunjukkan indikator yang ditunjukkan
dengan kategori warna yaitu merah, kuning dan hijau. Warna tersebut akan membantu
dalam melakukan evaluasi dan perbaikan kinerja GSCM oleh perusahaan.
Pengukuran kinerja GSCM didapatkan 6 KPI yang menunjukkan indicator merah
yang akan menjadi prioritas dan diberikan rekomendasi perbaikan yang meliputi 6 KPI yang
menjadi prioritas dan diberikan rekomendasi perbaikan. KPI dengan kategori merah yaitu 1
KPI perspektif green procurement, 3 KPI perspektif green manufacturing dan 2 KPI
perspektif green distribution. Kinerja dengan kategori merah menunjukkan bahwa KPI
berada dibawah target dan memerlukan rekomendasi perbaikan.
Rekomendasi perbaikan yang diberikan untuk UD SDD yaitu melakukan proses
perencanaan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan permintaan produk
dengan menggunakan metode peramalan yaitu metode winter atau dekomposisi serta
meningkatkan kemampuan tenaga kerja terkait metode peramalan permintaan produk.
Dalam pengadaan bahan baku dapat dilakukan komunikasi dengan supplier untuk
mendapat kedelai yang sesuai SNI. Membuat SOP proses produksi perusahaan dengan
mendetail dilakukan pengarahan dan melakukan implementasi GMP serta pengawasan
terhadap tenaga kerja atau dilakukan sikap disiplin terhadap tenaga kerja. UD SDD perlu
untuk melakukan penjadwalan terkait pengiriman produk stik tahu. Selain itu juga diperlukan
menjalin hubungan dan komunikasi yang baik kepada konsumen UD SD
Optimasi Aliran Bahan pada Departement Produksi dengan Metode Algoritma Genetika (Studi Kasus pada PT. Matcha Muda Manggala Yogyakarta)
PT. Matcha Muda Manggala merupakan perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang bergerak dibidang produksi minuman teh olahan teh Matcha. Bahan baku yang digunakan untuk produksi pada PT. Matcha Muda Manggala merupakan teh Matcha yang di Impor dari Jepang. Tata letak fasilitas yang diterapkan pada lantai produksi PT. Matcha muda manggala yaitu tata letak produk atau product layout. Kapasitas produksi perhari PT. Matcha muda manggala Yogyakarta yaitu sebesar 5 Ton. Jumlah ini dihasilkan dengan pembagian jam kerja sebanyak 3 shift yaitu pagi, siang, malam dengan total jam kerja per hari yaitu 21 jam dengan 3 jam total istirahat. PT. Matcha Muda Manggala Yogyakarta memiliki lantai produksi yang terhubung langsung dengan ruangan storage dan ruangan pengemasan. Di belakang ruang storage dan diatas ruang pengemasan lebih tepatnya. Ruangan storage dan ruangan lantai produksi tidak memiliki level ketinggian yang sama Sehingga akses untuk menyalurkan raw material dari storage ke lantai produksi dilakukan secara manual dan hati-hati. Hal ini menimbulkan potensi kecelakaan kerja. Pada proses produksi shift malam misalkan, jika pekerja mengalami ngantuk atau kelelahan mengangkat beban material dari Storage ke lantai produksi yang lebih bawah. Potensi terjadinya kecelakaan akan meningkat.
Penelitian ini menggunakan metode grafik dan metode algoritma genetika untuk menentukan aliran bahan yang optimal. Metode grafik digunakan untuk pembanding metode algoritma genetika. Jarak perpindahan total dari tata letak lantai produksi awal pada PT. Matcha Muda Manggala Yogyakarta yaitu sebesar 487,6 meter per harinya dimana pemindahan aliran bahan secara berurutan melalui mesin X – A – B – C – D – E – F dimana terdapat backtracking pada mesin E menuju mesin F sehingga frekuensi perpindahanya menjadi dua kali yaitu 20 dibanding aliran bahan dari mesin-mesin lainya.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu, Jarak perpindahan total dari tata letak produksi usulan metode grafik adalah 568,8 meter per harinya. Jumlah ini lebih besar dari total jarak tata letak prduksi awal. Sehingga tata letak usulan metode grafik tidak digunakan sebagai usulan tata letak baru karena tidak lebih optimal dari tata letak awal. Jarak perpindahan total dari tata letak usulan metode algoritma genetika menghasilkan hasil aliran bahan baru yang lebih optimal dari aliran bahan awal yaitu 428,8 meter per hari. Tata letak usulan metode algoritma genetika memiliki urutan tata letak mesin secara berurutan yaitu X – C – E – D – B – A – F. Maka tata letak usulan metode Algoritma genetika digunakan sebagai usulan tata letak baru yang lebih optimal
Strategi Pengembangan Bisnis Sari Buah Nanas Dengan Pendekatan Business Model Canvas Dan Integrasi SWOT-AHP (Studi Kasus Pada UKM Murni Mandiri, Kabupaten Kediri)
UKM Murni Mandiri adalah salah satu UKM di Kecamatan Ngancar yang memproduksi minuman sari buah nanas. Permasalahan yang terdapat pada UKM Murni Mandiri adalah kurangnya kepemilikan sertifikasi izin industri, penggunaan media pemasaran secara online yang belum optimal, dan kurangnya penggunaan teknologi pada proses produksi sehingga perlu melakukan perencanaan strategi usaha. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi model bisnis di UKM Murni Mandiri menggunakan pendekatan BMC dan selanjutnya dilakukan penyusunan alternatif strategi pengembangan usaha. Hasil penelitian menunjukkan BMC pada UKM Murni Mandiri mencakup 9 elemen. Prioritas alternatif strategi pengembangan usaha berdasarkan metode AHP yang pertama adalah mengoptimalkan pemasaran produk melalui media sosial dan e-commerce (WO1), selanjutnya meningkatkan jumlah mitra penjualan (ST1), pengembangan produk untuk menarik pelanggan (SO1), penggunaan mesin produksi secara otomatis (WO2), bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan keterampilan SDM serta pelatihan sertifikasi BPOM dan Halal (WO3), melakukan perbaikan strategi pemasaran (SO2), dan yang terakhir mengikuti program pinjaman (KUR) (WT1)
Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Systematic Layout Planning (SLP) (Studi di UKM Keripik Tempe TempeGo)
Kedelai merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian di Indonesia. Banyak produk turunan kedelai dari pangan dan non pangan
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya tempe. Tempe merupakan
olahan kedelai yang paling digemari karena memiliki gizi tinggi, rasa yang enak dan dapat
diolah menjadi berbagai macam olahan makanan. Salah satu olahan tempe adalah keripik
tempe. Salah satu alasan pengolahan tempe menjadi keripik tempe yaitu meperpanjang
masa simpan dan dapat meningkatkan nilai jual dari produk tersebut. TempeGo merupakan
salah UKM yang mengolah tempe menjadi keripik tempe. Pada UKM tersebut memiliki
permasalahan terkait dengan penataan fasilitas yang tidak teratur dan kurang maksimalnya
pemanfaatan ruang produksi sehingga menyebabkan adanya risiko aliran bolak-balik dan
perpindahan jarak material yang jauh. Permasalahan tersebut dapat menyebabkan
tingginya ongkos material handling.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tata letak awal fasilitas produksi UKM
TempeGo, lalu merancang tata letak layout usulan fasilitas produksi, dan membandingkan
hasil ongkos material handling dari layout awal dan layout usulan. Metode yang digunakan
pada penelitian adalah pendekatan Systematic Layout Planning. Penggunaan metode ini
memiliki tiga tahap yaitu tahap analisis, penelitian dan evaluasi yang nantinya usulan tata
letak yang dibuat dapat meminimasi ongkos material handling. Pada interpretasi layout
usulan menggunakan software BPLAN90 untuk memudahkan dalam perancangan layout.
Output dari pendekatan Systematic Layout Planning ini nantinya bisa menjadi usulan dalam
menimalisir ongkos material handling dalam produksi keripik tempe di UKM TempeGo.
Hasil menunjukkan bahwa layout yang didapatkan dari software BPLAN90 dengan
iterasi sebanyak 20 kali memiliki efektivitas paling baik. Hal tersebut dilihat dari nilai dari RScore
yang
mendekati
nilai
1,
nilai
pada
layout
7
adalah
sebesar
0.80.
Pada
layout
usulan,
posisi
fasilitas mengalami banyak perubahan, namun jarak momen perpindahan menjadi
lebih kecil. Hasil dari jarak tersebut yaitu momen perpindahan sebesar 262.4 meter perminggunya.
Ongkos
material
handling
yang
didapat
sebesar
Rp.
8.997,69.
Didapatkan selisih total nilai momen perpindahan sebesar 291,1 m dan selisih Ongkos
Material Handling per minggu sebesar Rp. 3.877,88. Didapatkan efisiensi jarak sebesar
52.5% dan OMH sebesar 30.11 %. Hal ini menunjukkan bahwa nilai masing-masing
mengenai momen perpindahan serta OMH dari layout usulan menunjukkan lebih rendah
daripada layout existing
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Manisan Tomat Kurma Melalui Pendekatan Business Model Canvas dan Integrasi SWOT-ANP (Studi Kasus CV Firman SK Kecamatan Singosari Kabupaten Malang)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. CV Firman SK merupakan salah satu UMKM di Kabupaten Malang yang bergerak dibidang pengolahan hasil pertanian. Pasca pandemi Covid-19 CV Firman SK mengalami kendala penurunan pendapatan. Manisan tomat kurma merupakan salah satu produk yang mengalami penurunan pendapatan paling signifikan dibandingkan produk lainnya, yakni sebesar 50%. Mengacu pada permasalahan tersebut maka penelitian ditujukan untuk menganalisis strategi pengembangan usaha manisan tomat kurma yang solutif dan adaptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi awal CV Firman SK melalui pemetaan BMC; menentukan alternatif strategi pengembangan usaha CV Firman SK menggunakan analisis SWOT pada elemen BMC; menentukan urutan prioritas strategi pengembangan usaha CV Firman SK menggunakan metode ANP; dan memperbaharui BMC CV Firman SK berdasarkan strategi alternatif pengembangan usaha.
Metode yang digunakan pada panelitian ini adalah pendekatan Business Model Canvas (BMC) dan integrasi SWOT-ANP. Pendekatan BMC berfungsi untuk memetakan model bisnis CV. Firman SK. Hasil pemetaan model bisnis akan menjadi landasan dalam penyusunan alternatif strategi menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan Threat). Metode SWOT yang diintegrasikan dengan Analytical Network Process (ANP) untuk menghasilkan prioritas alternatif strategi pengembangan usaha yang akurat. Pada penelitian digunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari sumber informasi melalui kegiatan wawancara dan menyebarkan kuesioner. Uji validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan metode validitas permukaan (face validity). Penelitian strategi pengembangan bisnis melibatkan 4 responden pakar.
Hasil total skor matriks IFE sebesar 2,805, artinya CV. Firman SK dinilai cukup mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada. Total skor matriks EFE sebesar 2,750 artinya CV. Firman SK dinilai cukup mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman eksternal. Berdasarkan matriks IE diketahui bahwa posisi bisnis CV. Firman SK terletak pada kuadran kelima yaitu posisi hold and maintain. Alternatif strategi yang dihasilkan meliputi menjual manisan tomat kurma pada marketplace (SO1), bekerja sama dengan toko oleh-oleh dan kantin sekolah dalam menyalurkan manisan tomat kurma (WO1), mendapatkan izin edar BPOM (ST1), menjalin kerja sama dengan pemasok bahan baku utama tomat (WT1). Matriks perbandingan antar kluster SWOT dan kluster alternatif strategi memiliki nilai konsistensi rasio kurang dari 10% (0,1), sehingga penilaian responden dinyatakan konsisten. Elemen SWOT yang paling diutamakan berada pada kluster strength, yakni legalitas P-IRT dan bersertifikat halal (S1) dengan bobot 0,76217
Prioritas alternatif strategi tertinggi dan paling direkomendasikan adalah strategi SO1 dengan bobot sebesar 0,350. Prioritas kedua yakni strategi WT1 dengan bobot sebesar 0,225, prioritas ketiga strategi ST1 bobot 0,219, dan prioritas keempat strategi WO1 bobot sebesar 0,206. Elemen BMC yang mengalami perbaikan berdasarkan strategi alternatif pengembangan usaha adalah channels, key partnership, dan value proposition. CV. Firman SK disarankan menerapkan usulan strategi pengembangan usaha berdasarkan urutan strategi yang paling diprioritaskan
Analisis Pengendalian Kualitas Keripik Tempe Menggunakan Metode Six Sigma DMAI Dan Fuzzy Failure Mode And Effect Analyze (Fuzzy FMEA) (Studi Kasus UKM Ica Sanan, Kota Malang)
Keripik tempe merupakan makanan ringan yang didapatkan dari hasil pengolahan berbahan dasar tempe. Pengolahan tempe menjadi keripik tempe dilakukan untuk meningkatkan kualitas serta memperpanjang masa simpan. UKM Ica Sanan merupakan salah satu UKM yang memproduksi keripik tempe di Kota Malang. Produk keripik tempe yang dihasilkan UKM Ica Sanan saat ini masih memiliki permasalahan selama proses produksi. Permasalahan yang terjadi di UKM Ica yaitu keripik patah, keripik gosong, keripik terlipat, dan keripik kurang matang. Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi di UKM Ica maka diperlukan adanya pengendalian kualitas untuk memperbaiki masalah yang terjadi sehingga keripik tempe yang dihasilkan UKM Ica Sanan dapat memiliki kualitas yang baik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai Sigma pada produksi keripik tempe, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab cacat pada keripik tempe dan memberikan usulan perbaikan untuk meminimalkan cacat pada keripik tempe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu six sigma dan Fuzzy Failure Mode and Effect Analyze (Fuzzy FMEA). Six sigma dilakukan untuk memperbaiki suatu proses secara terstruktur yang berfokus pada tindakan untuk mengurangi variasi cacat produk yang terjadi. Fuzzy FMEA dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan untuk mengetahui prioritas tertinggi dalam perbaikan.
Hasil six sigma pada tahap define diperoleh 4 penyebab keripik cacat dengan hasil cacat dominan lebih dari 80% adalah cacat patah dan cacat gosong. Pada tahap measure dilakukan pembuatan peta kendali p dengan hasil seluruh data yang diperoleh berada di antara Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas
Kendali Bawah (BKB) sehingga proses telah terkendali. Nilai DPMO sebesar 92.250 yang dikonversikan dalam nilai sigma yaitu 2,83. Hasil sigma yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditetapkan di industri Indonesia. Final yield didapatkan nilai sebesar 63,1% hasil tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas proses pada UKM Ica masih belum memenuhi standar Indonesia dan perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi jumlah penyimpangan yang terjadi pada produksi keripik tempe.
Pada tahap analyze digunakan diagram sebab akibat untuk mengetahui penyebab terjadinya cacat keripik dominan dan di analisis menggunakan Fuzzy FMEA. Pada keripik patah diperoleh nilai FRPN dari peringkat tertinggi yaitu penumpukan produk (6,77), pisau kurang perawatan (6,33), kondisi bahan baku tempe (5,79), kurangnya ketelitian (3,57), dan kurangnya pengetahuan (3,21). Nilai FRPN keripik gosong yang diperoleh yaitu waktu penggorengan terlalu lama (6,76), kualitas minyak goreng (6,07), kelelahan (4,54), dan ruangan kurang nyaman (3,63). Tahap terakhir yaitu improve untuk memberikan alternatif perbaikan untuk UKM Ica yaitu penambahan peralatan produksi, penambahan suplier bahan baku, penyusunan SOP, mengadakan peningkatan kerja, memperbaiki waktu kerja, dan memperbaiki ruang produksi
Analisis Pengembangan Minuman Sari Buah Nanas dengan Metode Quality Function Deployment (Studi Kasus Pada UKM Murni Mandiri, Kabupaten Kediri).
Kabupaten Kediri merupakan daerah dengan tingkat produksi nanas terbesar di Jawa Timur sebesar 105.492,70 ton pada tahun 2017. Kendala masa simpan yang singkat, mendorong masyarakat melakukan upaya pengolahan buah nanas menjadi produk olahan yang memiliki nilai ekonomi, salah satunya minuman sari buah nanas. Murni Mandiri adalah salah satu UKM di Desa Babadan yang memproduksi minuman sari buah nanas dengan merek NAMAKO. Kualitas produk merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya untuk meningkatakan daya saing produk minuman sari buah nanas sehingga meningkatkan kualitas produk menjadi prioritas utama untuk meningkatkan jumlah penjualan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan dan keinginan untuk proses pengembangan kualitas minuman sari buah nanas NAMAKO serta menentukan strategi pengembangan kualitas minuman sari buah nanas NAMAKO.
Metode yang dipilih pada penelitian ini yaitu Quality Function Deployment (QFD). QFD merupakan metode yang digunakan untuk menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap atribut produk ke dalam proses perancangan untuk meningkatan kualitas produk. QFD bertujuan untuk mengidentifikasi Voice of Customers (VOC) agar mendapatkan berbagai alternatif terbaik dalam meningkatkan kualitas suatu produk. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner dengan responden produsen 2 orang (pemilik UKM dan penanggung jawab bagian produksi terkait dengan kualitas sari buah nanas) dan konsumen sebanyak 60 responden.Hasil dari penelitian yang diperoleh berupa 7 prioritas perbaikan pada rencana produksi meliputi membuat varian rasa baru, mempertahankan komposisi bahan pengawet sesuai dengan ketentuan, membuat kemasan gelas plastik, ukuran gelas plastik dengan volume 220 ml, mendesain label kemasan baru yang lebih menarik, mempertahankan umur simpan produk, dan melengkapi informasi produk pada kemasan. Rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan rencana produksi meliputi perbaikan pada kemasan berupa menggunakan kemasan gelas plastik dengan volume 220 ml dengan desain label baru yang memuat informasi lengkap mengenai produk, serta pengembangan pada rasa yaitu menciptakan varian rasa baru dengan penambahan nata de coco dan mengkombinasikan rasa nanas dengan kayu manis, cengkeh dan selasih.
Estimasi Produksi dan Pengembangan Biogas dari Anaerobic Co- Digestion Limbah Makanan dan Kotoran Ternak Sapi Menggunakan PESTLE Analysis (Studi Kasus di Desa Tawangsari, Kabupaten Malang)
Energi telah menjadi kebutuhan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah setiap tahunnya membuat penggunaan energi yang meningkat pula, sehingga perlu dilakukan identifikasi dan pengembangan Sumber Energi Baru Terbarukan (EBT). Salah satu sumber EBT yang memiliki potensi tinggi di Indonesia adalah bioenergi dari biomassa berupa biogas. Desa Tawangsari menghasilkan limbah makanan yaitu 4 ton per hari setiap rumah tangga dan kotoran ternak sebanyak 20 ton per hari. Oleh karena itu, implementasi teknologi anaerobic digestion di Desa Tawangsari dari limbah makanan dan kotoran ternak sapi dapat menjadi investasi yang tepat bagi rumah tangga serta menjadikan desa mandiri energi. Penelitian ini dilakukan menggunakan teknologi Anaerobic Co-digestion dengan metode uji Biochemical Methane Potential (BMP). Substrat yang digunakan adalah limbah kotoran ternak sapi dan limbah makanan dengan rasio 50:50. Tahap selanjutnya melakukan analisis potensi biogas di Desa Tawangsari dengan metode PESTLE analysis yang diintegrasikan dengan SWOT analysis. Dari hasil penelitian, potensi listrik pada 1 ton co-substrate FW : CM adalah 1815,38 kWh, dapat mencukupi kebutuhan listrik sebanyak 362 rumah tangga/hari. Berdasarkan hasil PESTLE analysis yang diintegrasikan dengan SWOT analysis Desa Tawangsari memiliki faktor internal dengan hasil skor tertinggi yaitu hasil biogas akan menghemat pengeluaran penggunaan LPG dan listrik dan teknologi biogas fleksibel diterapkan dalam skala kecil, menengah, dan besar. Faktor eksternal dengan hasil skor tertinggi yaitu produksi biogas dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dan produksi biogas dapat menghasilkan produk baru seperti biofertilizer. Matriks IE internal bernilai 2,50 dan eksternal 3,22 yang menghasilkan output strategi grow and build. Strategi yang telah disusun untuk pengembangan biogas dari co-substrate FW : CM di Desa Tawangsari meliputi: (1) mengolah limbah makanan dan kotoran ternak sapi menjadi biogas melalui teknologi anaerobic co-digestion; (2) meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Tawangsari terkait teknologi pengolahan limbah menjadi biogas; dan (3) meningkatkan implementasi teknologi anaerobic digestion kepada masyarakat untuk mengurangi biaya penggunaan LPG dan listrik