8 research outputs found

    Determinants of Masturbation of Adolescent at Tapung Public High School 3 in the District of Kampar, 2017

    Full text link
    Masturbasi adalah aktivitas merangsang dengan menyentuh atau meraba organ seks sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh faktor perkembangan pertumbuhan organ reproduksi yang terjadi pada remaja. Perubahan akibat kematangan seksual secara biologis yang dialami oleh remaja merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan remaja mengalami kebingungan dalam menghadapi dorongan seksualnya adalah dengan melakukan masturbasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan masturbasi pada remaja SMA Negeri 3 Tapung Kabupaten Kampar Tahun 2017. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara teknik Stratified Random Sampling yakni siswa SMA yang dipilih secara acak berdasarkan jumlah total sampel yang diinginkan yaitu sebanyak 87 siswa. Analisis dilakukan dengan uji statistik Chi-square yang bertujuan untuk menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75,9% responden terpapar media massa, 78,2% responden mempunyai pengetahuan rendah, 60,9% responden mempunyai orang tua yang tidak berperan, 77% responden mempunyai pengaruh teman sebaya yang berpengaruh. Dari hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara media massa (Pvalue = 0,001 dan OR = 6,591 [2,126-20,429]), pengetahuan (Pvalue  = 0,018 dan OR = 4,200 [1,405- 12,558]), peran orang tua (Pvalue = 0,001 dan OR = 8,533 [2,726-26,708]), dan pengaruh teman sebaya (Pvalue = 0,005 dan OR = 5,091 [1,713-15,128]). Kesimpulan dari hasil penelitian 4 variabel yang diteliti (media massa, pengetahuan, peran orang tua dan pengaruh teman sebaya) 4 variabel mempunyai hubungan bermakna dengan masturbasi dan saran agar orang tua lebih dapat menjalin komunikasi lebih intensif dengan remaja

    Hubungan Personal Hygiene Narapidana Laki-laki dengan Kejadian Penyakit Dermatitis di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Pekanbaru

    Full text link
    Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal, dapat berupa penebalan atau bintil kemerahan pada kuit, mengelompok atau tersebar, kadang bersisik, dan berair. Kondisi lingkungan dilapas yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat memengaruhi rendahnya personal hygiene para penghuninya, Survei awal yang telah dilakukan di Lapas Kelas II A Pekanbaru didapatkan bahwasannya penyakit dermatitis menduduki peringkat pertama dari 15 penyakit yang terdapat di LAPAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene narapidana laki-laki dengan kejadian penyakit dermatitis di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas II A Pekanbaru Tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh narapidana laki-laki di Lapas Kelas II A Pekanbaru yang berjumlah 1723 orang. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 156 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan uji-square. Hasil penelitian yang didapatkan ada hubungan antara kebiasaan mandi dengan nilai p=0,001 dan POR=12,444, penggunaan sabun secara bersama dengan nilai p=0,001 dan POR=21,570, kebersihan pakaian dengan nilai p=0,001 dan POR=5,034, kebersihan handuk dengan dengan nilai p=0,001 dan POR=14,745, kebersihan tangan, kaki dan kuku dengan dengan nilai p=0,001 dan POR=8,533, dan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan nilai p=0,001 dan POR=9,638 dengan kejadian dermatitis di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas II A Pekanbaru. Disarankan kepada lapas diharapkan sebagai bahan informasi dan masukan untuk meningkatkan sanitasi lingkungan lapas, serta bagi narapidana agar memelihara kebersihan dirinya sebagai upaya mengurangi risiko terkena penyakit dermatitis.

    Perkembangan Motorik Halus Balita Usia 3-4 Tahun Di Paud Se- Kecamatan Rengat Barat

    Get PDF
    Perkembangan motorik halus adalah berkembangnya unsur kematangan dan keterampilan yang menggunakan otot-otot halus pada anak Balita (usia 3-4 tahun) yang membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata tangan secara progresif. Penelitian ini bertujuan untuk perkembangan motorik halus Balita usia 3-4 tahun di PAUD se- Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2017. Metode yang digunakan adalah analitik kuantitatif yang bersifat cross sectional. Sampel berjumlah 76 orang anak usia 3-4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional sampling. Analisis data univariat dan bivariat menggunakan chi-square, status gizi berdasarkan BB/TB serta perkembangan motorik halus digunakan Denver Development Screening Test II. Hasil penelitian diketahui enam variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan perkembangan motorik halus Balita usia 3-4 tahun yaitu status gizi, berat badan lahir, riwayat ASI eksklusif, lama di PAUD, pola asuh orang tua di rumah dan jenis permainan yang dimiliki di rumah dengan nilai p value < α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus Balita usia 3-4 tahun di PAUD se- Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2017 telah sesuai dengan usia
    corecore